Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djuhaini Djoealin
"Dalam bahasa Belanda, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan, sering kita jumpai bentuk deze, die, dit, dan dat yang merupakan pronomina demonstratif (Geerts, 1984: 215). Pronomina demonstratif menurut Sterkenburg {1984: 45) adalah kata yang menunjuk pada nomina atau sesuatu hal, dengan maksud untuk memberikan penekanan pada nomina tersebut, dan untuk membedakannya dari nomina yang lain. Daze, die, dit, dan dat di sini disebut pronomina demonstratif, yang dalam bahasa Belanda disebut aanwijzend voornaamwoord (Geerts, 1984: 215), yang ber_fungsi mengacu pada sesuatu yang dimaksud oleh pembicara. Jadi dalam penggunaan pronomina demonstratif deze, die, dit, dan dat ini lawan bicara dituntut untuk menemukan referen yang dimaksud. Penggunaan pronomina demonstratif deze, die, dit, dan dat ini banyak sekali variasinya, sehingga sering menimbulkan interpretasi yang berbeda. Penggunaan demon_stratif serupa ini, bagi lawan bicara atau pembaca yang tidak berbahasa ibu bahasa Belanda, sangat membingungkan. Sehingga sering timbul pertanyaan, apakah perbedaan _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soani H. Goenawan
"Dalam kalimat Belanda kita sering menjumpai kata AL5 yang bertugas sebagai konjungsi., cantoh ALS mijn vriend met de fiets komt, kunnen we samen een tochtje makes. Jika kawan saya datang bersepeda, kita dapat bertamasya bersama-sama. (Geerts, 1884: 974) Konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 1982: 90). Konjungsi dalam kalimat Belanda dibedakan atas konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif menghubungkan kata dengan kata kelompok kata dengan kelompok kata atau antar kalimat yang setara (Damsteegt, 1984: 1538). Konjungsi Subordinatif menghubungkan klausa terikat dengan klausa utama atau antar klausa terikat yang tidak setara (Damsteegt, 1984: 1538).Kita sering menjumpai bahwa ALS dalam kalimat dapat muncul baik sebagai konjungsi koordinatif maupun sebagai konjungsi subordinatif. Sebenarnya, ALS tidak muncul sebagai konjungsi koordinatif melainkan muncul sebagai konjungsi korelatif. Kesalahpahaman ini dapat terjadi karena konjungsi koordinatif dan konjungsi ko_relatif bertugas sebagai konjungsi dalam koordinasi. Gabungan ALB dengan ZOWEL dalam kalimat merupakan salah satu contoh konjungsi korelatif, contoh ZOWEL opa ALS oorn Toon brachten een pop mee."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, R. Mawarni
"meniliti bilamana verba majemuk dapat di pisahkan dan bilamana tidak dapat dipisahkan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusmanto
"Dalam banyak kalimat bahasa Belanda terdapat konstruksi aktif dan konstruksi pasif: De zusters wassen de patienten. (Stok.: 141) Perawat memandikan pasien De patinten worden door de zusters gewassen. Pasien dimandikan oleh perawat Bentuk aktif (1) mempunyai subyek gramatikal yang merupa_kan pelaku dalam kalimat itu. Bentuk pasif (2) mempunyai subyek gramatikal yang merupakan sasaran (terhadap siapa tindakan itu dikerjakan) dalam kalimat itu. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa bentuk aktif digunakan bila pelaku berada dalam pusat perhatian dan bentuk pasif diguna_kan bila pada kalimat itu sasaran berada dalam pusat per_hatian. Menurut Damsteegt, di dalam van Dale rootordenbo ek van hedendaags Nederlands (1984: 1529), dikatakan bahwa dalam bahasa Belanda terdapat dua konstruksi pasif, yakni konstruksi pasif dengan subyek, seperti..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moeharti Soesani Moeimam
"Ktiga tipe ajektiva berakhiran -ing,-ering, dan -achting dapat berpangkal dari bentuk pokok berkelas kata sama, tetapi apakah setiap bentukpokok yang sama memiliki kemungkinan sama untuk menghasilkan tiga tipe ajektiva ini.Kemampuan -ing,-ering, dan achtig berkombinasi dengan suatu bentuk pokok dalam menghasilkan suatu kata baru adalah masing-masing tidak sama. Dalam proses pembentukan kata baru ini, ditemui adanya pembatasan berupa hambatan dari sestem pembentukannya, sehingga hambatan ini dapat dignakan sebagai patokan untuk menentukan prose pembentukan kata."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S15903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaifoel Rahman
"ABSTRAK. Penelitian mengenai partikel toch dalam bahasa Belanda ini telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 1987. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan partikel toch yang dipakai dalam bahasa Belanda tulis Abad XX, melalui tiga masalah pokok yang diajukan untuk dibahas, yakni: 1. Masalah kategorisasi, 2. masalah konstruksi, dan 3. ma-salah makna yang dikandungnya. Untuk mencapai tujuan itu dipakai prosedur kerja sebagai berikut: a. Penelitian kor_pus data, dan dibantu dengan b. penelitian pustaka. Korpus data yang diteliti, dikumpulkan secara acak da_ri dua puluh dua sumber tertulis. Dan kepustakaan yang di_teliti terfokus pada enam karya tulis. Melalui tinjauan pustaka diketahui, bahwa kajian terhadap partikel toch ini yang telah dikerjakan oleh para pakar linguistik Belanda ternyata belum lengkap dan menyeluruh, dalam arti ketiga masalah pokok di atas belum lengkap terjawab dalam tulisan-_tulisan tersebut. Oleh karena itu perlu segera dikerjakan panelitian dasar yang utuh. Karena ciri-ciri yang dimilikinya, toch dapat dikelompokkan ke dalam kategori 'partikel'. Partikel toch ini dari segi sintaktis, ternyata bisa ditempatkan dalam ruas satu (aanloop), ruas dua (eerste plaats), dan dalam ruas empat (middenstuk). Dalam ruas-ruas ini partikel toch bisa berdiri sendiri atau bisa bergabung dengan partikel, kata, juga dengan kelompok kata. Partikel toch dalam ruas dua mensyaratkan konstruksi inversi dalam klausanya. Dan dari segi maknanya, partikel toch memiliki empat makna dasar, yakni: 1. makna Ekspresif, 2, makna attitudi_nal, 3. makna illokutif, dan 4. makna konektif. Tak ada korelasi antara makna dan posisi partikel toch dalam kali_mat yang mengandung toch, sebab partikel ini menunjukkan variasi nuansa makna yang dikandungnya dalam setiap posisi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S15898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"Di dalam bahasa Belanda terdapat banyak masalah-ma_salah yang dapat kita bicarakan. Dari sekian banyak masalah kami tertarik pada masalah bentuk kata turunan atau derivasi. Hal ini disebabkan, di samping kami menemukan kata turunan yang bersifat mempertahankan kelas kata, ada juga yang terjadi perpindahan kelas kata. Yang disebut terakhir, yang di dalam linguistik bahasa Belanda disebut transposisi, menjadi pusat perhatian kami. Pada mulanya kami ingin menyelidiki ,transposisi yang terjadi di antara tiga kelas kata: ajektiva, verba, dan nomina. Tetapi hal ini tidak dimungkinkan, karena masalahnya menjadi terlalu luas. Di saping itu, trans_posisi ke verba telah dibahas oleh De Vries dalam diser_tasinya: Lexicale Morfologie van het Werkwoord in Modern Nederlands. Demikian pula transposisi dari ajektiva ke kelas kata lainnya telah dibahas oleh Schultink dalam disertasinya: De Morfologische Valentie van het Ongelede Adjektief in Modern Nederlands. Akhirnya kami membatasi penyelidikan kami hanya pada penyelidikan transposisi ke nomina dari ajektiva dan verba. Kami memilih transposisi ke nomina ini, karena kami sering menemukan beberapa kemungkinan untuk mentransposisikan ke nomina."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S15929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"Selama mengikuti kuliah bahasa Belanda, saya dan juga mahasiswa-mahasiswa lain sering menemui kesulitan dalam menghadapi kata ER yang dalam perwujudannya ada bermacam--macam. Kadang-kadang ER tersebut dalam kalimat berdiri sendiri tidak berkombinasi dengan konstituen lain, tetapi sering pula ER tersebut berkombinasi dengan konstituen-konstituen lain, misalnya: VAN, UIT, IN, OM dan sebagainya, yang dipandang sebagai preposisi dalam bahasa Belanda. Kadang-kadang kombinasi ER. berdiri bersama-sama membentuk kesatuan kata majemuk, tetapi kadang-kadang ER tersebut dipisahkan jauh-jauh dari konstituen pelengkapnya, sehingga kedua konstitu_tuen tersebut membentuk sebuah konstruksi gunting yang menjepit konstituen-konstituen lain di antaranya. Yang sangat menarik perhatian saya adalah proses permutasi atau perpindahan tempat preposisi oleh karena perwujudan ER dalam kalimat. Preposisi yang menga_lami permutasi ditempatkan jauh di bagian belakang ka_limat sebelum kata kerja kala selesai (past participle) atau kata kerja infinitif, sedangkan konstituen ER menduduki tempat preposisi sesudah PV (verb). Yang lebih membingungkan lagi adalah dalam menen_tukan kelas kata konstituen pelengkap ER di mana ka_dang-kadang AAN, ACHTER, BIJ, OH dan sebagainya bukan termasuk kelas kata preposisi melainkan termasuk kelas kata adverbia. Bagi para pemakai bahasa Belanda seba_gai bahasa asing hal demikian tentu menimbulkan kesulitan. Dalam menghadapi perwujudan kata majemuk ER ki_ta dituntut untuk mampu membedakan jenis .kelas kata konstituen pelengkap ER tersebut. Agar jelasnya kita lihat contoh-oontoh kalimat di bawah ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S15756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melani Hardjosudiro
"ABSTRAK
Kemunculan -e di belakang sebuah adjektiva sering mengakibatkan terjadinya perubahan fonetis pada adjektiva tersebut. Dalam penelitian ini penulis membatasi diri pada -e yang muncul pada adjektiva dalam suatu frase nominal berstruktur [det + A + N]. Ini bearti bahwa keberadaan determinator dan nomina merupakan syarat mutlak bagi struktur semacam ini. DEngan demikian penulis tidak akan membahas mengenai -e pada struktur de beste'yang paling baik', het goede'yang baik', agar membahasan ini dapat mengungkapkan faktor-faktor, baik gramatikal mupun semantis, yang mempengaruhi kemunculan -e. Kedua, agar didapat suatu gambaran tentang keterterimaan kemunculan -e di belakang sebuah adjektiva bahasa Belanda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S15894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Pradsna Paramita Djarwo
"ABSTRAK
Jika kita membicarakan masalah gezegde 'predikat' khususnya dalam tata bahasa Belanda, mau tidak mau kita akan menyinggung masalah het werkwoordelijk gezegde ' predikat verbal' dan het naamwoordelijk gezegde 'predikat nominal' . Dalam tata bahasa Belanda baku, hanya ada dua jenis predikat itu yang dikenal. Predikat-predikat tersebut, tidak pernah dipergunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat tunggal, hanya terdapat sebuah predikat. Dari pengamatan kepustakaan yang saya lakukan akan lebih sukar untuk memahami het naamwoordelijk gezegde dari pada het werkwoordelijk gezegde karena naamwoordelijk gezegde untuk selanjutnya akan saya singkat dengan ng - memiliki lebih banyak kekhusussan dilihat dari segi unsur pembentukan, makna dan syarat pemakaian. werkwwodelijk gezegde atau wg dari ng adalah dengan memperhatikan persoonsvorm atau 'py'nya ' verba finit' yaitu salah satu bentuk yang dapat dimiliki oleh suatu verba yang disesuaikan dengan pokok kalimatnya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S15839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>