Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Judi Kasturi
"Sebagai obyek penulisan skripsi, penulisan judul di atas didasarkan atas berbagai hal, Pokok pembahasan adalah Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), yang merup akan salah satu organisasi pemuda terkuat pada revolusi Indonesia, 1945-1948. Seiring perjalanan revo1usi, Markas Besar Pesindo berpindah-pindah dari Mojokerto (Jawa Timur) dan akhirnya menempati Madiun sebagai basis perjuaangannya. Di Madiun inilah Pesindo melakukan aktivitasnya untuk berperan dalam revolusi Indonesia. Aktifitas Pesindo tak lepas dari kebijaksanaan pimpinan-pimpinannya. Dengan berbagai macam kebijaksanaan -seperti kedislipinan-, pimpinan Pesindo berhasil mengendalikan Pesindo sesuai dengan keinginan politik mereka. Dengan meneliti latar belakang ideologi serta tingkah laku politik, pimpinan Pesindo segera terlihat bahwa Pesindo berhaluan sesuai dengan haluan politik Amir Sjarifudin. Sehingga kebijaksana Pesindo sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah sayap kiri (di bawah Amir Sjairifuddin). Dengan demikian membuktikan bahwa pada masa revolusi kekuatan pemuda menjadi onderbow. Pesindo sebagai onderbouw partai politik segera melebur diri dengan partai-partai kiri lainnya. Kelak dengan kedatangan Muso (PKI), Pesindo merupakan salah satu kekuatan pemuda yang mendukung sepenuhnya kekuatan kiri (di bawah Muso). Mengingat Pesindo merupakan kekuatan yang besar dan mempunyai basis di Madiun, tak ayal ketika kekuatan kiri memberontak terhadap pemrintahan Hatta (yang berpusat di Jokjakarta), Madiun menjadi basis pemberontakan. Pemberontakan yang terkenal sebegai Pemberontakan PKI 1949."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariantara Arsyaf Zainal
"ABSTRAK
Masalah tentang organisasi-organisasi Islam atau partai politik Islam sudah banyak dibahas baik dalam bentuk buku, skripsi, malahan sekarang sudah banyak, dalam bentuk tesis untuk memenuhi syarat doktoral.
Partai-partai Islam itu lahir dan berkembang mempunyai dua kelompok aliran yang besar, yaitu aliran yang berfaham memegang teguh salah satu mazhab dalam agama Islam (Hambali, Hajafi.e, Maliki, dan Syafe'i), dan satu lagi yang berfaham Reformis (faham yang menginginkan ajaran agama Islam tidak memegang salah satu mazhab, teta_pi menginginkan seluruh ajaran disesuaikan dengan ajaran Nabi Muhamad SAW). Kedua aliran ini mempunyai perbedaan yang sangat tajam atas pengertian ajaran agama Islam Untuk menyatukan kedua aliran dalam suatu kesatuan meru_pakan usaha yang sangat sulit.
Majelis Islam A' laa Indonesia yang disingkat MI AI lahir pada periode akhir pemerintah Hindia Belanda di Indonesia, dan berkembang pada masa awal penerintahan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1943. Badan organisasi ini berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyatukan kelompok-kelompok Islam dalam suatu wadah. Disamping itu_

"
1984
S12108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Isa Anshari
"ABSTRAK
Kilang Minyak Pangkalan Brandan:llsaha-Usaha Angkatan Darat dalam Menyelamatkan Kilang Minyak Pangkalan Brandan dari keterbengkalaian 1957-1961, yang merupakan judul skripsi, di_pilih berdasarkan alasan-alasan:yaitu alasan pribadi penulis dibesarkan di kota Pangkalan Brandan selama 15 tahun sejak umur 6 tahun(1964) sampai melanjutkan kuliah di FSUI Jakarta(1979). Selama 15 tahun di Pangkalan Brandan, banyak kenangan yang menyatu dengan kehidupan penulis terutama dengan kilang minyak Pangkalan Brandan. Kilang minyak Pangkalan Brandan sejak tahun 1945 sampai tahun 1957 tidak mampu berkembang. Setelah kehadiran TNI-AD(Ba talyon X Sriwijaya) atau lebih tepatnya sejak menjadi Persero_an Terbatas Perusahaan Minyak Nasional(PT. PERMINA) 10 Desem_ber 1957, kilang minyak Pangkalan Brandan mampu berkembang, yang pada akhirnya menjadi tulang punggung perekonomian Negara Republik Indonesia.' Mengapa antara tahun 1957-1961 kilang

"
1986
S12446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putra Bhuwana
"Pada masa Pendudukkan Militer Jepang di Indonesia, 1942-1945, surat kabar dijadikan salah satu alat propaganda bagi kepentingan Pemerintah Pendudukkan Militer Jepang, selain radio dan majalah. Dalam skripsi ini dibicarakan proses dari dijadikannya Surat kabar tersebut sebagai salah satu corong dari suara Pemerintah Pendudukkan Militer Jepang, khususnya di Jawa. Proses pengaturan dan pengawasan terhadap surat kabar tersebut dilakukan secara bertahap dan dipengaruhi pula oleh situasi medan peperangan. Sebagai klimaksnya pengaturan dan pengawasan terhadap surat kabar tersebut adalah dengan didirikannya Djawa Shinbun Kai (Gabungan Persurat-kabaran di Jawa), yaitu badan yang mengatur sekaligus mengawasi keberadaan surat kabar yang terbit pada waktu itu. Djawa Shinbun Kai, selain menetapkan harga langganan, jumlah peredaran (oplag), penyediaan kertas dan alat cetak, juga bertindak sebagai badan yang mengarahkan berita-berita apa saja yang sebaiknya dimuat dengan maksud mengarahkan opini pembaca surat kabar terhadap apa yang diinginkan oleh Pemerinah Pendudukkan Militer Jepang didalam membantu perang yang sedang dijalankannya. Peran inilah yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusli
"ABSTRAK
Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Perlakuan Jepang terhadap rakyat Indonesia sama dengan pendahulunya, bahkan lebih kejam karena praktek kekuasaan Jepang ditegakkan melalui kekerasan untuk memenuhi tujuan perangnya, misalnya praktek kerja romusya yaitu kerja paksa yang banyak memakan korban. Tetapi keadaan tidak berjalan lama, yang pada permulaan perang Jepang sebagai pihak yang ofensif kemudian mulai berbalik menjadi defensive. Sejak bulan Juli 1944 Pulau Saipan yang sangat stategis dan merupakn kunci pertahanan Jepang jatuh ketangan Sekutu. Peristiwa ini sangat menggoncangkan moral rakyat Jepang, akibatnya jatuhlan kabinet Tojo pada tanggal 17 Juli 1944. Perdana Menteri Tojo kemudian digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso sebagai Perdana Menteri yang baru. Pemerintahan baru Jepang ini mulai mengadakan kebijaksanaan baru guna menarik simpati daerah yang dijajahnya antara lain mengeluatkan _janji kemerdekaan dikelak dikemudian hari_. Langkah ini diambilnya untuk meningkatkan partisipasi Indonesiadalam perang ini. Janji ini kemudian terkenal dengan sebutan _Janji Koiso_ yang diucapkannya di depan sidang istimewa Teikoku Gikai (DPR Jepang) pada tanggal 7 September 1944."
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarini
"ABSTRAK
Pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) oleh DK-PBB pada tanggal 26 Agustus 1947 didahului oleh pembicaraan-pembicaraan tentang sengketa antara Pemerintah Republik Indonesia de_ngan Pemerintah Belanda di dalam Dewan itu, Masuknya masalah sengketa Indonesia-Belanda ke dalam agenda pembicaraan DK_PBB menjadi perdebatan yang menegangkan di antara para ang_gota DK-PBB.
Australia dan India menyokong dan memperjuangkan masuk nya masalah sengketa Indonesia - Belanda ini dengan berpegang kepada rasa kesetia-kawanan diantara bangsa-bangsa berdasar_kan kepada persamaan hak dan nasib menentukan diri sendiri, mendapatkan kesempatan di dalam memecahkan persoalan internasional dan menjadikan PBB sebagai pusat bagi keselarasan di antara bangsa-bangsa di dunia . Di samping itu, juga di per_hatikan beberapa pasal yang terdapat di dalam 14 points da_ri Wilson dan Atlantic -.Charter yang meningkatkan kepada DK-PBB akan hak memerintahkan serta mencari bentuk pemerintahan sendiri dan larangan mempergunakan kekerasan oleh satu negara terhadap negara lain.
Australia mempunyai alasan tersendiri dengan mengajukan masalah ini ke depan sidang DK-PBB yaitu bahwa Australia_

"
1984
S12614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Agustini
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang direpresentasikan dalam film _Enam Djam di Djogja_. Usmar Ismail sebagai sutradara dari film ini ingin mengawetkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dalam usaha bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaannya. Film ini mencoba untuk melukiskan perjuangan rakyat dan tentara dalam mempertahankan kemerdekaan melalui Serangan Umum 1 Maret 1949. Walaupun tokoh-tokoh dalam film ini merupakan tokoh fiktif, namun jalan cerita diangkat dari peristiwa historis sehingga tokoh-tokoh dalam film ini secara tidak langsung mewakili tokoh-tokoh riil dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

Abstract
This thesis discusses about events General March 1, 1949 attack which is represented in the film Enam Djam di Djogja. Usmar Ismail, as director of this film wanted to preserve the historical events that occurred in the Indonesian nation effort to seize and retain its independence. This film tries to portray the struggle of the people and the army in maintaining independence through a general assault March 1, 1949. Although the characters in this film is a fictional character, but since the story taken from historical events so that some characters in this movie represent the real figures in the event of General assault March 1, 1949."
2010
S12410
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Yulita
"ABSTRAK
Istilah yang agak umum bagi golongan "tukang pukul" dan seorang yang suka berkelahi oleh masyarakat Indonesia disebut jagoan. Jagoan bernada lebih positif ketimbang istilah preman pada masa kini.
Jagoan adalah sebutan untuk anggota masyarakat yang berpengaruh dan disegani di kampungnya, orang yang kuat, tukang pukul dan pemberani.
Dalam masyarakat Bekasi, jawara dianggap lebih tinggi tingkatannya dari pada jagoan. Jawara dianggap sebagai pendekar, ksatria yang ditokohkan masyarakat Bekasi sebagai orang yang suka memberi perlindungan dan keselamatan secara fisik terhadap masyarakat, juga dianggap sebagai orang yang dituakan atau sesepuh.
Penelitian ini mengangkat permasalahan peranan jawara pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia di daerah Bekasi. Semangat nasionalisme yang dimiliki para jawara akibat pengaruh kelompok-kelompok pemuda di Jakarta dan pemimpin-pemimpin nasionalis Indonesia.
Kelompok-kelompok pemuda, pemimpin-pemimpin nasionalis, dan para jawara bahu membahu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan mereka ditujukan untuk melawan tentara Jepang dan tentara Belanda yang ingin bercokol kembali di wilayah Indonesia.
Karena semangat revolusionernya, maka aksi-aksi yang dilakukan para jawara berekses pada perampokan-perampokan dan pembakaran Gereja Wetan di Kampung Sawah yang oleh mereka dianggap sebagai kaki tangan kolonial Belanda.

ABSTRAK
The rather common term for faction " bouncer" and a pugnacious by Indonesia society referred as a champion. The champion impressing more positive compared to freeman term at present day.
The champion is mention for the society member having an effect on and respected in his kampong, one who the strength, bounce and brave.
In Bekasi society, jawara is assumed as someone who has higher level than a champion. Jawara is considered to be a hero, chevalier who is figured by Bekasi society as one who likes to give safety and protection in physical to society. He is also considered to be someone who old or doyen.
This research is carefully examined the jawara's role from Bekasi in the Indonesian Revolution. The spirit of nationalism was possessed by the champions influenced by the young man groups and the nationalist leaders in Jakarta.
The young man groups, the nationalist leaders, and jawara-jawara were in cooperative to defend the country. Their struggle intended to against Japanese military and the restoration of the Dutch colonialism.
Because of The of spirit of revolutionary so many kinds of bad action there were robberies and the burning of the Catholic Church in Kampong Sawah that it was regarded to back up the Dutch colonialism.
"
2007
T17232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantari
"Skripsi ini mencoba untuk mengungkapkan kembali tentang asal-usul dan usaha-usaha pembangunan serta keadaan Kotabaru Kebayoran sebagai kawasan pemukiman penduduk 1948-1953, baik yang menyangkut masalah latar belakang pencetusan ide, usaha pelaksanaan pembangunan, bagaimana keadaan kota tersebut sebagai kawasan pemukiman, serta pengaruh pembangunan kota tersebut terhadap mata pencaharian penduduk asli Kebayoran yang tempat tinggalnya terkena pembongkaran sampai dengan tahun 1953. Pengungkapan masalah tersebut berdasarkan ilmu sejarah. Kotabaru Kebayoran dicetuskan pembangunannya sebagai usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah kekurangan perumahan yang dialami kota Jakarta. Kota tersebut dirancang untuk dijadikan sebagai kawasan pemukiman pekerja yang pekerjaannya di kota Jakarta, dan kota itu direncanakan dibangun sebagai kota satelit.
Kotabaru Kebayoran sebagai kawasan pemukiman penduduk. 1948-1953 ternyata menunjukkan :
1. Kota tersebut belum mampu menarik banyak peminat atau pegawai negeri yang ditempatkan di dalam kota tersebut. Hal itu terjadi karena kota tersebut belum memiliki sarana penunjang kota yang memadai untuk menjadikannya sebagai kota idaman.
2. Kota tersebut ternyata tidak mampu untuk menanggulangi masalah kekurangan perumahan yang dialami kota Jakarta. Hal tersebut terjadi karena :
a. Kotabaru belum dapat menarik banyak peminat untuk tinggal di kota tersebut.
b. Pertambahan penduduk Jakarta terus bertambah dengan pesat, sehingga kekurangan perumahan terus bertambah pula.
c. Kota Jakarta pada tahun-tahun tersebut sering mengalami musibah kebakaran.
3. Pengaruh pembangunan kota tersebut kepada mata pencaharian penduduk asli yang rumahnya terkena pembongkaran adalah :
a. Bagi penduduk asli Kebayoran yang semula mempunyai mata pencaharian sebagai petani sawah atau tegalan, dan tetap tinggal di dalam Kotabaru Kebayoran. Di kota tersebut mereka sudah tidak bertani lagi. Mereka pada umumnya beralih pekerjaan menjadi pedagang.
b. Bagi mereka yang semula mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang buah-buahan. Setelah pembangunan Kotabaru Kebayoran cenderung untuk melanjutkan pekerjaan sebagai pedagang dan jenis dagangannya menjadi lebih beragam.
c. Kesempatan kerja di dalam kotabaru Kebayoran terutama yang berkaitan dengan bangunan cukup banyak tersedia. Sebagian dari penduduk ash Kebayoran memanfaatkan kesempatan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S12667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daulay, M. Zainuddin
"Pada tanggal 6 Oktober 1955 syekh Muhammad Makmun bin Yahya kembali ke Tanah Air dari Makkah, Saudi Arabia, setelah bermukim di sana selama kurang lebih 21 tahun menimba ilmu agama. Kepulangannya ke tanah air sekaligus mendirikan tarekat Mufarridiyah. Syekh Muhammad Makmun mendirikan tarekat ini, antara lain untuk meningkatkan ketaatan orang Islam kepada perintah-perintah agama. Menurut syekh Makmun, kehidupan masyarakat Islam di Indonesia saat itu sudah semakin jauh dari ukuran-ukuran keislaman sehingga masyarakat dipandang mengalami kekosongan agama dan kejiwaan. Itulah sebabnya ia mengajak masyarakat Islam berdzikir agar meningkat rasa takut kepada Allah. Dengan kata lain, ia ingin memperbaiki kondisi sosial masyarakat melalui jalur agama. Tarekat Mufarridiyah cepat berkembang dan memperoleh pengikut yang cukup banyak di berbagai wilayah Indonesia, bahkan sampai ke beberapa Negara, seperti Malaysia, Brunai Darusssalam, Singapura, Jepang, dan Australia. Daya tank tarekat ini selain amalan dzikir yang praktis, juga karena integritas sosok syekh Muhammad Makmun yang memiliki kharisma sangat tinggi dalam pandangan para pengikut dan pengagum. Syekh Makmun digambarkan sebagai wall dan ulama yang saat taat dan konsisten dengan ajaran agama, ia memiliki ilmu agama yang luas dan hafal al Quran. Selama 42 tahun sampai akhir khayatnya (1978) digambarkan setiap hari tanpa absen menghatamkan Al Quran. Dengan berbagi keutamaan yang dia miliki, dia diberi gelar al AlTamah (orang yang luas Ilmu), al hafidz (orang yang hafal Al Quran) dan Al kassyaaf ( orang yang diberi keistimewan oleh Allah dapat mengetahui berbagai hal di balik tabir yang ghaib). Bersamaan dengan pesatnya perkembangan tarekat Mufarridiyah pada tahun 70-an, sedang terjadi pula arus besar yang sulit dibendung melanda segenap penjuru tanah air, yaitu golkarisasi. Menghadapi arus golkarisasi pada saat itu, berbagai ormas keagamaan dan pemimpin kharismatik dihadapkan pada posisi dilemmatic. Jika bersedia mengikuti logika pemerintah masuk golkar, berarti slap dengan resiko terkoptasi serta kemungkinan kehilangan legitimasi umat. Bersikap kritis dan menolak bergabung, berarti siap dengan konsekwensi dan resiko politik tertentu. Syekh Muhammad Makmun adalah sosok yang memandang tidak perlu bergabung dengan Golkar sehingga mengalami berbagai tekanan dan hambatan dalam menjalankan aktivitas keagaman dan sosial. Bahkan tarekat Mufarridiyah dilarang di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat dengan alasan sebagai aliran faham menyimpang. Ternyata dalam penelitian, aliran ini tidak mengajarkan sesuatu ajaran dan aktivitas yang menyimpang. Mufarridiyah juga tidak sama dengan gerakan sosial keagamaan yang lain seperti kasus Tanjung Priok, kasus kerusuhan Lampung, yang ingin menarapkan syariah Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka hanya ingin nilai-nilai Islam hidup dan menjadi landasan moral masyarakat. Namun mereka juga tidak setuju dengan berbagai ormas keagamaan yang dinilai akomodatif terhadap kepentingan pemerintah Orde Baru yang dipandang sekuler dan zalim. Penilaian dan sikap seperti inilah yang sering menjadi sumber ketegangan antara umat Islam dengan pemerintah pada masa Orde Baru. Dan ketegangan yang sama juga juga melanda Mufarridiyah, terutama setelah syekh Makmun wafat tahun 1978.

On October 6'h, 1955, Syekh Muhammad Makmun bin Yahya came back to the country from Makkah, Saudi Arabia, after he lived there for less than 21 years to study Islamic religion. His return to the country is olso to establish Tarekat Muffaridiyah. Syekh Muhammad Makmun established this tarekat (Moslem organization) to increase the Moslems obedience of the religion's commands. According to Syekh Makmun, the lives of the Moslem society in Indonesia during that time had become further away from the norms of Islam, that the society was considered in having an emptiness of religion and spirituality. This is the reason why he expects the society to do dzikir (repeatedly chant part of the confession of faith, as a form of worship) in order to increase fear towards Allah. On the other hand, he wishes to improve the society's social condition through religion. Tarekat Muffaridiyah has grown rapidly and has acquired well enough followers of some regions in Indonesia, even reaching other countries, such as Malaysia, Brunei Darussalam, Singapore, Japan, and Australia. The attraction of this tarekat, besides practical deeds of dzikir, it is also because of the integrity of the figure of Syekh Muhammad Makmun who, according to his followers and admirers is very charismatic. Syekh Makmun is described as a religious leader and an Islamic scholar and teacher who is truly obedient and consistent to the lessons of the religion. He has vase knowledge of of the Islamic religion and has memorized the Koran. For 42 years till his death (1978), he was described to not passing a day without completing reciting the whole Koran. With a multitude of excellence that he had, he was given a title Al Allamah (a person who has vase knowledge), Al Hgfidz (a person who memorizes the Koran) and Al Kassyaaf (a person who is given a specialty by Allah of identifying various things behind supernatural happenings). At the same time of the rapid development of Tarekat Muffaridiyah in the 70's, there was also an enormously strong movement, happening all across the country, which was known as Golkarization. To face the Golkarization during that time, several of the religious organizations and charismatic leaders were faced with a difficult situation. If they agreed to follow the government's logic to join Golkar, it meant they had to face the risk of being co-opted and the possibility of losing the legitimacy of their religious community. Being critical and refusing to join in, meant that they had to be prepared with the consequences and some certain political risks. Syekh Muhammad Makmun was a figure who had a certain view not to join in Golkar, resulting that he would experience all sorts of pressure and obstacles on doing religious and social activities. In fact, Tarekat Muffaridiyah was not allowed in South Sumatra and West Sumatra for the reason that it was a deviate religious sect. Apparently based on an observation, this religious sect does not teach deviate lessons and activities. Muffaridiyah is also not identical with other social religious movements such as the Tanjung Priok case, the Lampung riot case, which desires to apply Islamic Law in the life of the nation and country. They only wish the values of Islam in life and to become a moral base in the society. However they also do not agree with all sorts of other social religious organizations that are considered accommodative concerning the Orde Baru (New Order) that is described secular and tyrannical. The consideration and attitude like this is often being a source of strained situation between the Moslems and government in the Orde Baru periode. Muffaridiyah also felt the same stress, especially after Syekh Makmun passed away in 1978."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T37524
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>