Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darmadji Prawirasetia
Abstrak :
Pemeriksaan Antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, Tujuannya agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat. Pelaksanaan pelayanan antenatal di tingkat pelayanan dasar telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu pemeriksaan dilakukan empat kali atau lebih dengan distribusi pemeriksaan satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II dan dua kali atau lebih pada triwulan III. Hasil kegiatan pelayanan antenatal pada tahun. 1996 - 1997 dan 1997 - 1998 di tingkat Kabupaten Ciamis dan Kota Administratif Banjar menunjukkan adanya kesenjangan antara target yang harus dicapai dibandingkan dengan cakupan dimana cakupan kegiatan pelayanan antenatal masih rendah. Dengan deraikian yang menjadi permasalahan di Kabupaten Ciamis adalah permintaan efektif yang merupakan gambaran tingkat permintaan ibu terhadap pelayanan antenatal masih rendah. Melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran tingkat permintaan terhadap pelayanan antenatal oleh bidan di desa dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat permintaan tersebut. Penelitian ini adalah deskriptif analitif dilaksanakan dengan pendekatan kros - seksional. Untuk mendapatkan gambaran hubungan variabel dependen dan independen dilakukan dengan pendekatan studi kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin dengan bayi urnur 28 hari yang ada diwilayah kota Adrninistratif Banjar, Pada penelitian tidak dilakukan pengambilan sampel karena seluruh populasi menjadi obyek penelitian. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa terdapat 45 % ibu yang memiliki tingkat permintaan pelayanan antenatal yang tinggi yaitu yang melaksanakan pemeriksaan empat kali atau lebih dengan pemeriksaan pertama pada triwulan I sesuai distribusi pemeriksaan yang ditetapkan Departemen Kesehatan. Kelompok umur 20 - 35 tahun merupakan yang terbanyak (89,2 %) dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu lulusan SD/MI sebesar 56,7 %, sedangkan yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD/MI sebesar 9,2 %. Pada penelitian ini ditemukar 11,7 % ibu yang bekerja yaitu 1,7 % sebagai pegawai negeri sipil dan 10 % sebagai buruh, bertani dan berdagang. Terdapat 46 % ibu memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kehamilan dan 98,3 % mengetahui manfaat pemeriksaan kehamilan bagi kesehatan dirinya, 47,5 % ibu termasuk dalam kelompok paritas berisiko, serta 23,3 °/a memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi terhadap pemeriksaan kehamilan. Sebanyak 94,2% Ibu menyatakan dekat antara jarak rumah dengan tempat pelayanan dan 55 % menyatakan biaya pemeriksaan mahal serta 66,7 % ibu memeriksakan kehamilannya atas dorongan atau anjuran pihak ketiga dan yang terbanyak memberikan dorongan adalah suami atau keluarga. Melalui penelitian ini ingin dibuktikan 11 hipotesis dan dari hasil analisa bivariat diketahui lima hipotesis dapat dibuktikari yaitu adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan, pengetahuan, paritas, kebutuhan dan biaya dengan tingkat permintaan pelayanan antenatal oleh bidan di desa. Menyikapi kenyataan bahwa tingkat permintaan terhadap pelayanan antenatal masih rendah, perlu dlakukan upaya-upaya untuk meningkatkannya antara lain dengan mengubah kebijakan distribusi pemeriksaan menjadi dua kali pada triwulan II dan dua kali atau lebih pada triwulan III, mengingat kenyataan dilapangan menunjukkan hanya sedikit ibu yang memeriksakan untuk pertama kalinya pada triwulan I.
The antenatal care is the pregnancy examination given to examine mother and the baby condition periodic1y. The aim was that the pregnant women could trough-pass the pregnancy, the bearing periods and maternity well, safely and yield healthy babies. The implementation of antenatal care services at the basic level has imposed by The Ministry of Health Republic of Indonesia. Where the antenatal care should be given four times or more : once visit at the first trimester, once visit at the second trimester and twice or more at the third trimester. The antenatal care services activities at Kabupaten Ciamis and kota Administratif Banjar are very low. It is indicated by the gap between the targeted output with the result of antenatal care activities where the result was very low. The result of antenatal care activities was as a figure of effective demand. Because of that the problem of Kabupaten Ciamis was low of demand level to the antenatal care services. This analysis would obtain the description of demand level to the antenatal care services by midwives at the villages and some factors relevant with those demand level. This study is study with a cross-sectional design. To prove relationship of the dependent variable and independent variables the quantitative approach was conducted. The population was selected as the bearing women with their twenty eight days babies in the entire Kota Administratif Banjar. The entire population was the object of the observation. Univariat analysis result indicate that 45 percent mothers have high antenatal demand level with four times or more. The first antenatal care at the first trimester based on antenatal care policy by the Ministry of Health. Women age 20 - 35 have the most antenatal demand ( 89,2 percent) with SD or MI education at the most 56,7 percent and uncompleted graduation or no education of SD or MI (primary school) 9,2 %. This analysis found that 11,7 % women are worked, 1,7 % as a civil servant, 10 percent as working women, farmers, and traders. The mother have well knowledge of pregnancy was 45 percent and 98,3 % know the benefit of antenatal care for their own health, 47,5 % as a risk parity and 23,3 percent have high needs to the antenatal care services. It was very close distance to the service post was acknowledged by 94,2 percent mothers and 55 percent mothers acknowledged that the antenatal care services are expensive and 66,7 percent mothers examine their pregnancy motivated by third party and most given their husband or family. From the bivariat analysis have know five hypothesis was significant. Education, knowledge, parity, needs and cost have relationship with demand of antenatal care services by midwives at the villages. Behaves to the fact for the low demand of antenatal care service, some efforts are still needed to increase it. Among others are by reducing distribution of antenatal care policy. It is twice in the second trimester, twice or more, at the third trimester knowing the fact in the field exhibited only few mothers do the first antenatal care at the first trimester.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustam Sadeli
Abstrak :
Di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, selama empat tahun terakhir terjadi 33 kasus KLB Diare, dengan 4.200 penderita, dan dengan jumlah kematian 17. Diare akut disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme. Umumnya dalam KLB diare, khususnya di Tasikmalaya, yang jadi penyebab tersering adalah kuman vibrio kholera. Banyak faktor yang berperan dalam peristiwa KLB diare, seperti kurangnya kualitas kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, kurangnya penggunaan air bersih, faktor adat istiadat dan perilaku masyarakat, dan juga faktor program atau kegiatan kesehatan. Sistem Kewaspadaan Dini-Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Diare adalah salah satu kegiatan penting dari program Pencegahan dan Penanggulangan Diare (P2 Diare). Pada prinsipnya, kegiatan SKD-KLB Diare merupakan kegiatan pengamatan, suatu sistem yang menghasilkan informasi dan merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan. Informasi tersebut sangat penting, dan mungkin mampu mencegah KLB diare dan mengurangi tingkat kesakitan dan kematian, karena informasi tersebut dapat berfungsi sebagai "tanda dini" yang mampu mendeteksi KLB diare di tahap awal, dan sebagai penuntun untuk menyarahkan kegiatan pencegahan atau kegiatan lain yang diperliikan informasi diperoleh dengan melakukan proses dan analisis berbagai macam data yang sengaja dikumpulkan. Informasi tersebut sebagai output SKD dihasilkan dari berbagai macam sumber data. Maka output SKD tersebut dihasilkan oleh aktivitas kelompok antara petugas-petugas kesehatan atau bersarna leader. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi yang menggambarkan kinerja Puskesmas di Kabupaten Tasikmalaya dalam kegiatan SKD-KLB Diare dan untuk menggetahui faktor yang berhubungan, dan faktor yang menentukan kinerja tersebut, yang dibutuhkan untuk perbaikan. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, dengan rancangan potong lintang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya di mana sebagai unit analisis adalah Puskesmas. Seluruh Puskesmas sebagai populasi diambil sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menenjukan bahwa dalam kinerja SKD-KLB Diare, tidak satupun Puskesmas yang termasuk kategori "baik", jumlah Puskesmas berkategori "kurang?, hampir dua kali lebih banyak dari pada Puskesmas dengan kategori "sedang". Penelitian mengidentifikasi faktor-faktor utama yang menetukan kinerja Puskesmas dalam SKD-KLB Diare yaitu faktor insentif, pengetahuan/pemahaman tugas dari tenaga surveilan, pembinaan dari DT II dan pembinaan di Puskemas. Penelitian ini menyarankan langkah untuk perningkatan kinerja melalui upaya perbaikan pada faktor penentu tersebut. ...... In district of Tasikmalaya, as in generally district of Indonesia, diarrhea disease is still a mayor public health problem, because diarrhea is the most widely spread among communicable disease, endemism, with high morbidity and mortality. Diarrhea, was also the main caused of communicable disease's outbreak. In destrict of Tasikmalaya, during period of the last four years, there were 33 cases of diarrheal outbreaks, total 4,200 cases of diarrhea and total of death was 17. Acute diarrhea caused by various microorganism. Generally, in outbreak of diarrhea, especially in district of Tasikmalaya, the most frequent aetiology was Vibrio Cholera. Many factors were considered in diarrhea! outbreak, such as poor environmental and basic sanitation, with lack of clean and safe water supply, factors of manners, custom and community behavior, and also public health program and its activities. Early Warning System for Diarrheal Outbreak was the important activities in Diarrhea! Control! Program. In essence, Early Warning System, as the surveillance, was a part of health information system that produced health information. The information was very important, and probably was able to prevent outbreak and minimize the grade of morbidity and mortality, because the information was able to function as "early" warning sign to detect diarrheal outbreak in early stage, as guidance to direct the action for prevention or other activities required. The information as the output of Early Warning System, was produced by z processing and analyzing a number of certain data, which purposely collected, and was got from various data resources. So, the output of system was produced by activities of a group, either between health workers or with volunteers. The objective of this research was to obtain the information described the performance of Community Health Center (Puskesmas) in district of Tasikmalaya, in Early Warning System for Diarrheal Outbreak, and to indentify the factors related and determined the performance, which need for improvement. This study was descriptive-analytic in nature, with the cross-sectional design. This study was conducted in district of Tasikmalaya, and Community Health Center (Puskesmas) was the unit of analyzed. All Community Health Center (Puskesmas) were used as population sample. The result of-this research indicated that, there was none of Community Health Center (Puskesmas) has "good" grade category in performance in Early Warning System, and number of Community Health Center (Puskesmas) with "less-- grade category approximate twice more than the "moderate" grade category. The research identified the main factors determined the performance of Community Health Center (Puskesmas) in Early Warning System. Those were incentive, knowledge and skill of surveillance, supervision and care of District Health Departement and chief of Community Health Center (Puskesmas). This research recommended to improve the performance of Community Health Center (Puskesmas) in Early Warning System, by improvement in these determinant factor.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library