Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hafizah
Abstrak :
Penelitian ini membahas pengembangan website edukasi untuk meningkatkan kewaspadaan mahasiswa terhadap keselamatan kebakaran di FKM UI dengan 3 tahap utama yakni (1) Identifikasi kebutuhan dan permintaan upaya peningkatan kewaspadaan mahasiswa di FKM UI; (2) Analisis peluang pengembangan website edukasi; (3) Perancangan dan pengembangan prototype website edukasi; (4) Simulasi prototype website untuk melihat respon mahasiswa. Penelitian menggunakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya kebutuhan dan permintaan peningkatan kewaspadaan mahasiswa terkait keselamatan kebakaran di FKM UI, terdapat peluang dan hambatan untuk mengembangkan website edukasi di FKM UI, dan ada respon positif terhadap prototype website edukasi keselamatan kebakaran FKM UI. ......This paper investigates the development of a website as an alternative strategy to increase student’s awareness of fire safety in Public Health Faculty Universitas Indonesia through 3 steps: (1) Identify needs and demands of measure to increase student’s awareness; (2) Identify the opportunity to develop website as tool to increase student’s awareness; (3) Design and produce a website prototype as output; (4) Identify user acceptance of website prototype that has been developed. This study uses both quantitative and qualitative method with cross-sectional as design study. Results suggest that (1) There is needs and demands of measures to increase student’s awareness of fire safety; (2) There is chances and threads in developing a fire safety education website; (3) Regardless the existence of obstacles, the prototype fire safety education website received positive feedback from students. Future research should investigate and measure the effect of specific website strategies in increasing student’s awareness of fire safety.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maharani Putri
Abstrak :
Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan kejadian unmet need KB pada wanita menikah 2 tahun pascasalin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur, pendidikan, tingkat ekonomi, jumlah anak hidup, agama, pengambilan keputusan pemeriksaan kesehatan ibu, keadaan abstinen, komunikasi dengan pasangan, wilayah tempat tinggal, pemberian ASI eksklusif, kematian anak, keterpaparan dengan informasi KB, pengetahuan terhadap alat kontrasepsi, sikap terhadap kontrasepsi, dan ukuran ideal keluarga terhadap kejadian unmet need pada wanita 2 tahun pascasalin. ...... This study was made in order to describe the incidence of unmet need for contraception in women married 2 years postpartum and the factors that influence it. This study uses data Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 with univariate and bivariate analyzes. The results showed that there is a relationship between age, education, economic level, the number of living children, religion, maternal health screening decision, the state of abstinence, communication with partner, region of residence, exclusive breastfeeding, infant mortality, exposure to family planning information, knowledge against contraceptives, attitudes toward contraception, and ideal family size on the incidence of unmet need in women married 2 years postpartum.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orpa Saman Lebang
Abstrak :
Merokok masih merupakan masalah kesehatan hingga saat ini. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang untuk menjadi perokok, yaitu faktor lingkungan, perilaku dan faktor personal yang saling berinteraksi satu sama lain. Di Sulawesi Selatan usia pertama kali merokok terbanyak terdapat pada usia remaja dibawah dari 20 tahun. Penelitian ini membahas tentang gambaran perilaku merokok pada remaja di SMU Wahyu Kota Makassar Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Untuk validasi data menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi sumber. Hasil studi menemukan bahwa semua informan berasal dari keluarga perokok, memiliki teman yang juga perokok, pernah melihat iklan tentang rokok dan guru yang merokok di sekolah. Selain itu, semua informan juga mengaku kalau mengetahui adanya tata tertib tentang larangan merokok bagi siswa. Namun,menurut salah satu informan yang pernah ketahuan merokok, ia tidak diberi sanksi atau peringatan dari pihak sekolah pada saat kejadian. Dilihat dari sikap semua informan mempunyai sikap yang pro terhadap rokok karena mereka mempunyai persepsi bahwa dengan merokok akan memiliki banyak teman serta dapat mengurangi stres. Ada beberapa saran yang diberikan berdasarkan penelitian diantaranya, yaitu untuk pihak sekolah agar menerapkan tata tertib sekolah tentang larangan merokok bagi siswa-siswi secara tegas dan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sekolah. Pihak sekolah juga diharapkan melakukan razia rokok secara rutin terhadap siswa. ......Smoking is still a health problem until today. There are several factors that cause a person to become a smoker, that environmental factors, behavioral and personal factors interact with each other. In South Sulawesi age of first smoking ever found in adolescents under the age of 20 years. This study discusses the overview of smoking behavior in adolescents inWahyu high school, Makassar, South Sulawesi. This research was conducted using qualitative methods, data collection is done by in-depth interviews with the informants. As for the validitasi data using triangulation and triangulation of data sources. The study found that all the informants came from a family of smokers, have a friend who is also a smoker, never seen on cigarette advertising and teachers who smoke at school. In addition, all informants also admitted that he knew the rules about smoking ban for students. However, according to one informant who once caught smoking, he is not sanctioned or warning from the school at the time of the incident. In view of the attitude of all respondents have a pro attitude towards smoking, they perception that smoking will have a lot of friends and can reduce stress. There are some suggestions given based on such research, which is to the school to implement school rules on smoking bans for students and apply strictly No Smoking Area in school. Moreover, the school is alsoexpected to conduct regular raids againts students smoking.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Septiani
Abstrak :
Praktik pemberian makanan prelakteal masih menjadi masalah yang harus diatasi Indonesia karena dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bayi. Meskipun persentase praktik pemberian makanan prelakteal sudah cenderung menurun, ketidakmerataan masih terjadi berdasarkan beberapa dimensi ketidakmerataan, seperti jenis kelamin anak, usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, kunjungan ANC, IMD, dan penolong persalinan. Sebagai upaya mengatasi ketidakmerataan yang terjadi pada berbagai indikator kesehatan, WHO mengeluarkan sebuah aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) dan Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). Aplikasi tersebut mampu mengidentifikasi ketidakmerataan melalui berbagai ukuran ketidakmerataan. Penelitian ini menggunakan sumber data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002, 2007, 2012, dan 2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidakmerataan praktik pemberian makanan prelakteal terjadi pada pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, IMD, dan penolong persalinan, namun dengan tingkat ketidakmerataan yang berbeda-beda. Tren ketidakmerataan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2017 pada seluruh variabel, kecuali provinsi yang justru menunjukkan ketidakmerataan tertinggi terjadi pada tahun 2017. Praktik pemberian makanan prelakteal menurut provinsi juga menunjukkan ketidakmerataan tertinggi dibandingkan dimensi ketidakmerataan lainnya. ......Prelacteal feeding practices still be a problem in Indonesia and need to be addressed because it may cause a negative impact on the health of the baby. Even though the percentage of prelacteal feeding practices has decrease time to time, inequality still occurs based on several dimensions of inequality, such as child sex, mother's age, mother's education, mother’s working status, economic status, area of residence, province, visits to ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants. To overcome the inequalities that occur in various health indicators, WHO issued an application called the Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) and Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). The application can be used to identify inequality through various inequality measures. This study used the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in the year of 2002, 2007, 2012, and 2017 as the data sources. The results this study found that there were an inequality of prelacteal feeding practices by the mother's age, mother's education, economic status, area of residence, province, visit ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants with various degrees of inequality. The trend of inequality tended to decrease from 2002 to 2017 in all variables, except for the province which actually showed the highest inequality in 2017. Prelacteal feeding practices by province also showed the highest inequality compared to other dimensions of inequality that used in this study.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Purnaningsih
Abstrak :
Masih tingginya AKI di Indonesia mencerminkan bahwa intervensi untuk menurunkan AKI masih belum berjalan maksimal. Intervensi tersebut melalui antenatal care. Sayangnya, masih terdapat perbedaan cakupan antenatal care K6 yang cukup besar antara perkotaan dan pedesaan Indonesia. Cakupan K6 ditemukan lebih tinggi pada wilayah perkotaan (56.1%) bila dibandingkan dengan wilayah pedesaan (41.9%). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kunjungan antenatal care (K6) pada ibu hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. Sampel penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang tinggal di Indonesia serta memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah sampel 6790 responden untuk wilayah perkotaan dan 7013 responden untuk wilayah pedesaan. Penelitian ini menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda dalam analisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia tahun 2017, yaitu usia, paritas, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan terkait komplikasi kehamilan, indeks kekayaan rumah tangga, dukungan suami/pasangan, dan pengambil keputusan terkait perawatan kesehatan ibu. Paparan dengan media massa hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan saja. Sementara, tempat/fasilitas pelayanan kesehatan hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah pedesaan saja. Tingkat pendidikan ibu menjadi variabel yang berhubungan paling dominan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wanita hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. ......The still high MMR in Indonesia reflects that interventions to reduce MMR have not run optimally. The intervention is through antenatal care. Unfortunately, there are still quite large differences in coverage of K6 antenatal care between urban and rural Indonesia. K6 coverage was found to be higher in urban areas (56.1%) when compared to rural areas (41.9%). This study aims to identify the determinants of antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia. The sample for this study were all women of childbearing age living in Indonesia and meeting the inclusion criteria with a sample size of 6790 respondents for urban areas and 7013 respondents for rural areas. This study uses the chi square test and multiple logistic regression in its analysis. The results of this study indicate that the determinants of antenatal care visits (K6) in urban and rural areas of Indonesia in 2017, namely age, parity, education level of the mother, knowledge related to pregnancy complications, household wealth index, husband/spousal support, and decision makers regarding care mother's health. Exposure to the mass media is only related to antenatal care (K6) visits in urban areas. Meanwhile, health service places/facilities are only related to antenatal care (K6) visits in rural areas. Maternal education level is the most dominant variable related to antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Nursmarastri Sasabil Sidqi
Abstrak :
Coronavirus Disease 2019 telah menimbulkan pandemi dengan penyebaran dan peningkatan jumlah kasus COVID-19 terjadi secara cepat pada berbagai wilayah di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kecamatan Purwokerto Selatan merupakan wilayah dengan kasus COVID-19 paling tinggi di Kabupaten Banyumas terhitung hingga 31 Maret 2021 sebanyak 805 kasus, kematian mencapai 28 orang dan angka CFR sebesar 3,47%. Guna mendukung upaya pencegahan penyebaran COVID-19, diperlukan adanya gambaran wilayah rawan akan peningkatan kasus dan kematian COVID-19. Namun, gambaran zona kerawanan COVID-19 berdasarkan faktor risiko belum dilakukan, sehingga acuan wilayah dalam pencegahan wilayah yang rawan COVID-19 belum dapat dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi, hubungan spasial faktor risiko dengan kejadian COVID-19 dan menentukan zona kerawanan COVID-19 berdasarkan faktor risiko melalui pendekatan SIG. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi ekologi. Populasi dan sampel dari penelitian yaitu kasus COVID-19 yang tercatat di Kecamatan Purwokerto Selatan pada tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko kemiskinan (p-value = 0,034 r = 0,791) mempengaruhi jumlah kasus COVID-19 secara signifikan dan memiliki hubungan yang sangat kuat. Jumlah KK pengguna sanitasi umum (p-value = 0,094; r = 0,679) dan cakupan rumah tangga ber-PHBS (p-value = 0,251; r = 0,502) tidak mempengaruhi secara signifikan, namun ada hubungan yang kuat terhadap jumlah kasus COVID-19, dan kepadatan penduduk tidak berhubungan secara signifikan (p-value = 0,658). Secara spasial ada hubungan jumlah kasus COVID-19 dengan kemiskinan dan KK pengguna sanitasi umum. Zona kerawanan tinggi peningkatan COVID-19 di Kecamatan Purwokerto Selatan yaitu kelurahan Teluk dan Karangklesem. Diperlukan upaya pencegahan dan intervensi difokuskan pada wilayah dengan zona kerawanan tinggi dan pada wilayah penduduk dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. ......The Coronavirus Disease 2019 has caused pandemic with the spread and increase in the number of COVID-19 cases occurring rapidly in various regions throughout the world, including Indonesia. Purwokerto Selatan Sub-District is the area with the highest COVID-19 cases in Banyumas District as of March 31, 2021 as many as 805 cases, 28 deaths and a CFR rate of 3.47%. In order to support efforts to prevent the spread of COVID-19, it is necessary to have an overview of areas prone to an increase in COVID-19 cases and deaths. However, the description of the COVID-19 vulnerability zone based on risk factors has not been carried out, so regional references in preventing COVID-19-prone areas cannot be carried out. This study aims to determine the correlation, spatial relationship of risk factors with the incidence of COVID-19 and determine the COVID-19 vulnerability zone based on risk factors through a GIS approach. The research method used is descriptive quantitative with an ecological study approach. The population and sample of the study were COVID-19 cases recorded in Purwokerto Selatan Sub-District in 2020. The results showed that poverty (p-value = 0.034 r = 0.791) significantly affected the number of COVID-19 cases and had a very strong relationship. The number of households using public sanitation (p-value = 0.094; r = 0.679) and the coverage of PHBS households (p-value = 0.251; r = 0.502) did not significantly affect, but there was a strong relationship with the number of COVID-19 cases, and population density were not significantly related (p-value = 0.658). Spatially there is a relationship between the number of COVID-19 cases and poverty and households using public sanitation. The high-risk zone for the increase in COVID-19 in Purwokerto Selatan Sub-District, namely Teluk and Karangklesem village. The need for prevention and intervention efforts are focused on areas with high vulnerability zones and areas with high poverty levels.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Nurdani
Abstrak :
Latar Belakang. Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019 telah menginfeksi puluhan juta orang di di dunia, termasuk di Indonesia. Tes pemeriksaan PCR sebagai tes standar untuk diagnosis merupakan salah satu upaya pencegahan sekunder penting untuk mencegah penyebaran penyakit, mengetahui besar masalah dan pengambilan keputusan segera untuk upaya pencegahan selanjutnya. Adanya jeda waku yang panjang untuk menunda pemeriksaan diagnosis PCR ini berpotensi menimbulkan penyebaran virus yang lebih luas dan kemungkinan kesalahan diagnosis. Tujuan. Mengetahui gambaran jeda waktu diagnosis pasien COVID-19 dan faktor-faktor pasien yang berpengaruh. Metode Penelitian. Penelitian dilakukan dengan Sumber data Rekam Medis pasien rawat inap COVID-19 tahun 2020 di Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan pendekatan cross sectional. Total sampling dilakukan dengan menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil. Dari 254 subjek penelitian, laki-laki lebih banyak (55.1%). Panjang jeda waktu diagnosis di luar fasilitas pelayanan kesehatan median 6 hari, di fasilitas pelayanan kesehatan 1 hari, dan total 7 hari. Jumlah pasien terlambat di luar fasilitas pelayanan ksesehatan lebih banyak dibandingn dengan terlambat di dalam fasilitas pelayanan kesehatan (80.7% vs. 5.7%). Dari uji chi-square, faktor yang berhubungan dengan keterlambatan diagnosis yaitu jenis kelamin (p=0.013), umur (p=<0.01), status perkawinan (p=0.021), pendidikan (p=0.024), riwayat kontak (p=0.031), dan gejala (p=0.003). Kesimpulan. Ada hubungan antara keterlambatan diagnosis COVID-19 dengan beberapa faktor demografi dan faktor penyakit pasien. ......Background. The COVID-19 pandemic that has occurred since the end of 2019 has infected tens of millions of people worldwide, including in Indonesia. PCR test as a standard test for diagnosis is one of the important secondary prevention efforts to prevent the spread of the disease, find out the magnitude of the problem and make immediate decisions for further prevention. This long delay in delaying PCR diagnosis may represent a wider spread of the virus and a possible misdiagnosis. Objective. To find out the description of the time lag in the diagnosis of COVID-19 patients and the factors that influence it Research methods. The study was conducted using Medical Record data sources for COVID-19 inpatients in 2020 at the Universitas Indonesia Hospital with a cross sectional approach. Total sampling was done by applying inclusion and exclusion criteria. Results. Of the 254 research subjects, more men (55.1%). The length of time delay for diagnosis outside health care facilities is a median of 6 days, at a health service facility 1 day, and a total of 7 days. The number of late patients outside health care facilities was higher than those late in health care facilities (80.7% vs. 5.7%). From the chi-square test, factors associated with late diagnosis were gender (p=0.013), age (p=<0.01), marital status (p=0.021), education (p=0.024), contact history (p=0.031), and symptoms (p=0.003). Conclusion. There is a relationship between the delay in the diagnosis of COVID-19 with several demographic factors and patient disease factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Rahayu
Abstrak :
Indonesia masih memiliki tantangan dalam upaya penurunan AKI untuk mencapai target SDGs tahun 2030. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang efektif untuk menurunkan AKI, namun selama satu dekade terakhir program KB mengalami stagnansi. Saat ini, program KB cenderung berfokus pada perempuan dan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana dinilai masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana pada tahun 2007, 2012 dan 2017, determinan sosial yang mempengaruhinya serta ketidakmerataan geografis dan sosial ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi potong lintang dari data pasangan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, 2012 dan 2017. Sampel pada penelitian ini adalah pasangan usia subur (PUS) yang masih dalam status perkawinan dan responden istri sedang tidak hamil. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 5.058 (2007), 5.431 (2012) dan 5.957 (2017) pasangan. Analisis multiway ANOVA dilakukan untuk menilai determinan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana. Berbagai ukuran ketidakmerataan juga digunakan untuk meninjau ketidakmerataan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana dengan bantuan alat ukur Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO). Hasil penelitian adalah terjadi peningkatan partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana dalam kurun waktu 2007 – 2017, dari 68.9 hingga 71.2. Jika dilihat dari ketidakmerataan geografis dan sosial ekonomi, terjadi penurunan ketidakmerataan meskipun terdapat beberapa perubahan pola ketidakmerataan pada tempat tinggal (perkotaan vs perdesaan) dan sosial ekonomi. Umur suami, pendidikan suami, tempat tinggal dan paparan KIE KB dari media menjadi determinan sosial yang memiliki pengaruh signifikan terhadap partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana. Perlu ada pemanfaatan media sosial atau media massa dengan melakukan kampanye massif terkait peran laki-laki dalam keluarga berencana baik sebagai pengguna maupun pendamping dan agen perubahan. ......Indonesia still has challenges in efforts to reduce MMR to achieve the SDGs target in 2030. Family Planning (KB) is one of the effective programs to reduce MMR, but over the past decade the family planning program has stagnated. Currently, family planning programs tend to focus on women and men's participation in family planning is still considered low. The purpose of this study was to find out the male involvement in family planning in 2007, 2012 and 2017, the social determinants that influence it as well as geographical and socioeconomic inequality. This study uses a quantitative approach with a cross-section study design from the pair data of the Indonesian Health Demographic Survey (IDHS) in 2007, 2012 and 2017. The samples in this study were couples of childbearing age who were still in marital status and respondents wives were not pregnant. The total sample in this study was 5,058 (2007), 5,431 (2012) and 5,957 (2017) couples. ANOVA multiway analysis was performed to assess the determinants of male involvement in family planning. Various measures of inequality are also used to review the unevenness of male participation in family planning with Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) measuring tool developed by the World Health Organization (WHO). The results of the study were an increase in male participation in family planning in the period 2007 – 2017, from 68.9 to 71.2. There is a decrease in geographical and socioeconomic inequality even though there are some changes in the pattern of inequality in residences (urban vs rural) and socioeconomic. The husband's age, husband's education, place of residence and exposure to family planning promotion from the media are social determinants that have a significant influence on man involvement in family planning. Massive campaigns using social media need to be done to promote the role of men in family planning as active client, companions and agents of change
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roma Yuliana
Abstrak :
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Namun, capaian ASI eksklusif Indonesia relatif rendah yaitu berkisar 30-50%. Penelitian ini bertujuan untuk menilai durasi menyusui di antara wanita usia reproduksi di Indonesia dan untuk mengidentifikasi determinan yang terkait dengan durasi ASI eksklusif pada tingkat individu dan kelompok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 1109 ibu dari bayi usia 1-5 bulan. Data diperoleh dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 dan dianalisis menggunakan analisis survival. Estimasi Kaplan Meier menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif kelangsungan bayi disusui tanpa pemberian tambahan makanan/minuman lainnya yaitu 22,9% dengan median time yaitu 5 bulan. Analisis regresi cox extendend menunjukkan bahwa ibu yang bekerja, tidak inisiasi menyusui dini dan status ekonomi menengah adalah penentu yang mempengaruhi penghentian pemberian ASI tanpa tambahan makanan/minuman lainnya lebih awal. Prediktor utama penghentian adalah ibu bekerja pada waktu pengamatan kurang dari 3 bulan (HR=1,35 95% CI 1,05 – 1,73). Program promosi menyusui eksklusif di Indonesia harus memberikan perhatian khusus kepada ibu yang bekerja dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung. ......The World Health Organization recommends at least 6 months of exclusive breastfeeding (EBF). In fact, the rate of exclusive breastfeeding in Indonesia is relatively low, which is around 30-50%.This study was aimed to assess the duration of breastfeeding among women of reproductive age in Indonesia and to identify determinants associated with duaration of exclusive breastfeeding at the individual and group levels. This study used a cross-sectional design with a sample of 1109 mothers of infants aged 1-5 months. Data were obtained Indonesian Health Demographic Survey 2017 and analyzed using survival analysis. The Kaplan-Meier survival estimate showed that the cumulative survival probability breastfeding without supplementary feeding was low (22.9%) with a median time survival of 5 months. Cox extendend regression analysis showed that working mothers, no early initiation of breastfeeding and middle economic status were significant determinants of early cessation of breastfeeding without supplementary feeding. The main predictor of cessation was working mothers at observation times of less than 3 months (HR=1.35 95% CI 1.05 – 1.73). Then, we recommend that the exclusive breastfeeding-promotion programs in Indonesia should give special attention to working mothers and create a supportive work environment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arryan Rizqi Aulia Purnamasari
Abstrak :
Unmet need menjadi masalah kesehatan pada remaja berstatus kawin. Keberadaan remaja telah mendominasi penduduk di dunia. Berdasarkan laporan UNICEF 2019 populasi penduduk remaja (usia 10-19 tahun) 16% dari total penduduk dunia. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami masalah kepadatan penduduk, dengan jumlah populasi setara 3,5% dari total populasi dunia. Penelitian dengan desain cross sectional, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need di Indonesia tahun 2017. Sampel dalam penelitian adalah 626 wanita berusia 15-19 tahun berstatus kawin 626 orang. Proporsi Unmet need kontrasepsi pada kehamilan PUS remaja wanita usia 15-19 tahun pada SDKI 2017 sebesar 8,5 %. Hasil penghitungan pemodelan penelitian didapatkan proporsi unmet need kontrasepsi pada kehamilan PUS remaja wanita 10,4%, dengan proporsi di daerah perkotaan sebesar 53,84% dan di daerah pedesaan sebesar 46,15%. Faktor yang berhubungan dengan unmet need kontrasepsi pada kehamilan remaja di Indonesia yaitu: budaya diperoleh p-value 0,0001 OR= 17,702 (95%CI: 9,293 – 33,717), pemberian layanan informasi petugas kesehatan p-value 0,045 OR= 1,941 (95%CI: 1,084 – 3,595), dan tempat tinggal p-value 0,004 OR= 0,453 (95%CI: 0,270 – 0,760). ......Unmet need is a health problem in married adolescents. The existence of teenagers has dominated the population in the world. Based on the 2019 UNICEF report, the population of adolescents (aged 10-19 years) is 16% of the total world population. Indonesia is one of the countries experiencing population density problems, with a population equivalent to 3.5% of the total world population. Research with a cross sectional design, to find out the factors related to unmet need in Indonesia in 2017. The sample in this study was 626 women aged 15-19 years with 626 married status. The proportion of Unmet need for contraception in couple of reproductive age pregnancies of adolescent girls aged 15-19 years in the 2017 IDHS is 8.5%. The results of the calculation of the research modeling showed that the proportion of unmet need for contraception in female adolescent couple of reproductive age pregnancies was 10.4%, with the proportion in urban areas being 53.84% and in rural areas being 46.15%. Factors related to the unmet need for contraception in adolescent pregnancy in Indonesia are: culture, p-value 0.0001 OR= 17.702 (95% CI: 9.293 – 33.717), provision of information services to health workers p-value 0.045 OR= 1.941 (95% CI: 1.084 – 3.595), and place of residence p-value 0.004 OR= 0.453 (95% CI: 0.270 – 0.760).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>