Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endah Zuraidah
Abstrak :
LATAR BELAKANG: Salah satu penyebab kematian bagi penderita kanker pada wanita adalah kanker serviks. Secara histopatologik kanker leher rahim yang banyak ditemukan adalah jenis karsinoma sel skuamosa. Pada penelitian diteliti beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa. METODE: Desain studi ialah kasus-kontrol dengan subyek penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa berdasarkan pemeriksaan histopatologik yang datang ke RSUPNCM Jakarta dan belum mendapatkan pengobatan. HASIL: Dari 302 wanita penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa yang diteliti terdapat 34,4% pada golongan umur 52 tahun sampai 62 tahun yang memiliki risiko tinggi, dengan rasio odd suaian (OR) 24,05 dan 95% interval kepercayaan 6,34 ; 91,24. Umumnya wanita berpendidikan tingkat SD dan wanita tidak sekolah memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan SMP ke atas, dengan rasio odd suaian berturut-turut 17,97 dan 12,91 dan 95% interval kepercayaan berturut-turut 2,82 ; 114,66 dan 1,96 ; 84,92. Jenis kontrasepsi yang digunakan yang dapat meningkatkan risiko adalah kontrasepsi hormonal jika dibandingkan dengan yang tidak memakai kontrasepsi, dengan rsio odd suaian 2,83 dan 95% interval kepercayaan 1,34 ; 6,00. KESIMPULAN: Pada penelitian ini terlihat bahwa faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa adalah umur yang lebih tua, tingkat pendidikan rendah dan penggunaan kontrasepsi hormonal.
Risk Factors of Cervical Squamous Cell Carcinoma in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta 1997-1998BACKGROUND: Mortality of cervical cancer is highest among cancer in women. The histological type of cervical cancer is mostly squamous cell carcinoma. The purpose of this study is to show the risk factors of cervical squamous cell carcinoma. METHOD: The design is a case control study carried out in patients from Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta during 1997-1998 confirmed histologically with cervical squamous cell carcinoma, who has not started any treatment. RESULT: From 302 women with squamous cell carcinoma of cervix examined, the high risk groups were found to be as follows : 1) 52-62 year age group (34,4%) with adjusted odds ratio (OR) 24,05 and 95% confidence interval (95% CI) 6,34 ; 91,24 2) low education level, elementary 1 no education compare with women with higher education level showed adjusted odds ratio (OR) 17,97 and 12,91, and 95% confidence interval (95% CI) 2,82 ; 114,66 and 1,96 ; 84,92 3) hormonal contraception compared with those who didn't use any contraception showed adjusted odds ratio (OR) 2,83 and 95% confidence interval (95% CI) 1,34 ; 6,00. CONCLUSION: This study showed that older age group, low education and hormonal contraception were dominant risk factors of cervical squamous cell-carcinoma.
2001
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triono Adi Suroso
Abstrak :
Karsinoma endometrium merupakan keganasan ginekologi yang sering dijumpai dan keganasan ketiga yang paling sering pada wanita. Karsinoma endometrium juga merupakan penyebab kematian ketujuh dari keganasan pada wanita. The American Cancer Society melaporkan bahwa pada tahun 1999 terjadi 37.400 kasus baru dan 6.400 kematian. Tahun 2000 dilaporkan 36.100 kasus baru dengan 6.500 kasus kematian. Tahun 2001 terjadi 38.300 kasus baru dengan 6.600 kematian. Sedangkan tahun 2002 diperkirakan akan terjadi 39.000 kasus baru dengan 6.600 kematian pertahunnya di Amerika Serikat. Data registrasi kanker berbasis rumah sakit di RSCM sepanjang tahun 1997-1998 terdapat 19 (1,41%) kasus baru dari 1346 keganasan pada wanita dan separuhnya datang sudah dengan derajat sedang dan berat serta sebagian besar dengan status pendidikanfsosiai ekonomi rendah. Beberapa peneliti mengajurkan untuk dilakukan evaluasi lebih jauh terhadap perdarahan uterus abnormal berdasarkan risiko terjadi polip endometrium, hiperplasia dan neoplasma endometrium. Pengambiian contoh sediaan endometrium merupakan suatu analisis histologi yang sangat panting. Cara ini mudah dilakukan sehingga dapat dijadikan alat bantu diagnosis pada penderita dengan rawat jalan. Diagnosis histopatologi memegang peranan penting dalam penatalaksanaan penyakit kanker. Hasil pemeriksaan ini akan menentukan pengobatan selanjutnya dan prognosis penyakit. Terdapat beberapa cara potensial untuk penapisan antara lain pemeriksaan sitologi, pemeriksaan histologi dan pemeriksaan ultrasonografi transvagina. Cara pengambilan dapat dilakukan dengan biopsi, histeroskopi atau dilatasi dan kuretase. Biopsi lebih murah bila dibandingkan dengan dilatasi dan kuretase, histeroskopi maupun observasi. Sebelumnya baku emas diagnosis histologi endometrium adalah dilatasi dan kuretase. Biopsi endometrium di poliklinik terbukti bermanfaat untuk penapisan penyakit endometrium karena tidak sakit, murah atau efek samping yang relatif rendah. Beberapa penelitian mendapatkan basil dari biopsi di poliklinik dengan nilai keakuratan yang hampir sama dengan dilatasi dan kuretase berkisar antara 90-95%. Deteksi kelainan endometrium yang dilakukan dengan cara dilatasi kuretase memiliki kendala antara lain biaya yang tinggi dan tindakan yang invasif. Dipikirkan dilakukan cars lain yang kurang invasif dan biaya yang relatif lebih murah, diantaranya adalah biopsi endometrium. Biopsi endometrium memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi keganasan endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitivitas 91-99%. Sedangkan spesifisitasnya sekitar 98-99%. Teknik pengambilan contoh sediaan biopsi endometrium dengan menggunakan alat yang kecii, fleksibel dan sekali pakai cocok untuk mendapatkan jaringan endometrium. Kelebihan lain dari biopsi adalah biaya yang dikeluarkan lebih murah. Di RSCM diperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan biopsi endometrium dengan Endoram berkisar Rp. 150.000 dibandingkan dengan biaya untuk kuretase yang berkisar sebesar Rp. 1.500.000. Dari penelitian ini diharapkan pemeriksaan biopsi endometrium dengan Endoram dapat dipergunakan sebagai cars untuk mendeteksi dini bagi penderita yang berisiko tinggi terhadap kelainan endometrium atau perdarahan uterus abnormal sebelum dilakukan dilatasi kuretase. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu pertanyaan penelitian bagaimana sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan histologi biopsi Endoram dengan baku emas dilatasi kuretase endometrium untuk mendeteksi kelainan endometrium pada kasus perdarahan uterus abnormal.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library