Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuh Gusta Ady Yolanda
"Studi terbaru menunjukkan bahwa paparan anestesi sevoflurane pada 3 tahun awal kehidupan dapat mempengaruhi fungsi kognitif beberapa tahun setelah paparan pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efek paparan sevoflurane yang berkepanjangan dan berulang selama masa penyapihan dan apakah pemberian propolis Sulawesi; senyawa alami yang diketahui memiliki efek anti inflamasi; memiliki efek menguntungkan pada neuroinflamasi dan penanda sinaptik di area korteks prefrontal, dan selanjutnya mempengaruhi fungsi memori kerja spasial. Tikus Sprague Dawley (P21) berumur 21 hari yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kontrol, sevoflurane, dan sevoflurane+propolis. Pemaparan sevoflurane 3% selama 2 jam dilakukan sebanyak 3 kali pada P21, P23 dan P25. Pemberian propolis 200mg/kgBB diberikan secara oral sejak pertama paparan sevoflurane P21 hingga tikus didekapitasi pada P25 dan P51. Analisis kadar IL-6, TNFa, IL-10, dan PSD95 menggunakan ELISA pada P25 dan P51. Memori kerja spasial diukur menggunakan Spontaneous Y-Maze pada P51. Hasil penelitian paparan sevoflurane pada masa penyapihan tidak memberikan perubahan signifikan terhadap kadar IL6, TNF⍺, IL-10 dan PSD95 korteks prefrontal yang sejalan dengan fungsi memori kerja. Pemberian propolis juga tidak memberikan efek signifikan pada semua parameter. Sehingga disimpulkan paparan sevoflurane 3% selama 2 jam dalam masa penyapihan tidak menimbulkan kondisi neuroinflamasi yang akan mempengaruhi penanda sinaptik dan fungsi memori kerja spasial. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dosis sevoflurane yang menyebabkan efek buruk pada fungsi memori dan mengeksplorasi efek menguntungkan propolis pada kondisi ini.

Recent studies suggest that exposure to sevoflurane anesthesia in the early 3 years of life may affect cognitive function several years after the first exposure. This study aimed to explore the effects of prolonged and repeated exposure to sevoflurane during the weaning period and whether administration of Sulawesi propolis; a natural compound known to have anti-inflammatory effects; has beneficial effects on neuroinflammatory and synaptic markers in prefrontal cortex areas, and subsequently affects spatial working memory function. Experimental animals were 21-day-old Sprague Dawley rats (P21) which were divided into three groups, namely control, sevoflurane, and sevoflurane+propolis. Exposure to sevoflurane 3% for 2 hours was carried out 3 times at P21, P23 and P25. Propolis was given orally from the first exposure to sevoflurane P21 until the mice were decapitated at P25 and P51. Analysis of IL-6, TNFa, IL-10, and PSD95 levels using ELISA at P25 and P51. Spatial working memory was measured using the Spontaneous Y-Maze at P51. The results of research on sevoflurane exposure during the weaning period did not provide significant changes to the levels of IL6, TNF⍺, IL-10 and PSD95 in the prefrontal cortex which is in line with working memory function. Propolis administration also did not have a significant effect on all parameters. So it was concluded that exposure to 3% sevoflurane for 2 hours during the weaning period was not to cause a neuroinflammatory condition that would affect synaptic markers and spatial working memory function. Further research is needed to determine which doses of sevoflurane cause adverse effects on memory function and explore the beneficial effects of propolis on this condition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinandus Adri Pradhana
"Tujuan: Kondisi obesitas berpotensi menyebabkan kondisi stres oksidatif dalam tubuh. High Intensity Interval Training (HIIT) diyakini dapat membantu memperbaiki kondisi stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas HIIT terhadap penanda stres oksidatif dan persentase lemak tubuh pada laki-laki dewasa muda dengan obesitas.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan uji pre-post pada satu kelompok perlakuan. Subjek penelitian adalah laki-laki obesitas berusia antara 18-30 yahun yang tidak melakukan latihan fisik rutin selama 6 bulan terakhir. Subjek mendapat intervensi HIIT selama 12 minggu dan diperiksa kadar SOD, MDA, serta komposisi tubuh pada awal dan akhir intervensi.
Hasil: Terdapat peningkatan SOD dan penurunan MDA namun tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan (p=0,674 dan p=0,562). Kemudian terdapat penurunan persentase lemak namun tidak signifikan (p=0,086).
Kesimpulan: Pemberian program HIIT pada subjek laki-laki dewasa muda dengan obesitas selama minimal 12 minggu dapat menurunkan rerata kadar MDA sebesar 0,27µM, meningkatkan rerata kadar SOD sebesar 8,43U/mL, dan menurunkan persentase lemak tubuh sebesar 2,26% namun perubahan tersebut tidak signifikan. Tidak ditemukan hubungan antara perubahan persentase lemak dengan perubahan kadar MDA dan SOD setelah intervensi.

Objective: Obesity has the potential to cause oxidative stress in the body. High Intensity Interval Training (HIIT) is believed to help improve oxidative stress conditions. This study aims to determine the effectiveness of HIIT on oxidative stress, markers and body fat percentage in young adult men with obesity.
Methods: This study used an experimental design with pre-post tests in one treatment group. The research subjects were obese men aged between 18-30 years who had not done regular physical exercise for the last 6 months. Subjects received HIIT intervention for 12 weeks and had SOD, MDA and body composition levels checked at the beginning and end of the intervention.
Results: There was an increase in SOD and a decrease in MDA but did not show significant changes (p=0.674 and p=0.562). Then there was a decrease in fat percentage but it was not significant (p=0.086).
Conclusions: Giving the HIIT program to young adult male subjects with obesity for a minimum of 12 weeks can reduce the average MDA level by 0.27µM, increase the average SOD level by 8.43U/mL, and reduce the percentage of body fat by 2.26%, but these changes not significant. No relationship was found between changes in fat percentage and changes in MDA and SOD levels after the intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library