Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmalia Rifandini
"ABSTRACT
Gagasan pembangunan desa pasca otoritarian dipandang sebagai transformasi pembangunan desa, karena tidak lagi menempatkan desa sebagai objek pembangunan yang ditandai adanya tuntutan penyusunan instrumen pembangunan desa. Namun secara praktik, instrumen pembangunan tersebut ternyata tidak mengakomodasi perbaikan produktivitas pertanian dan peternakan di Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat. Sebab, petani-peternak tidak memiliki kapasitas pengetahuan dengan daya dukung tatanan administratif untuk menghendaki arah perbaikan. Pada kenyataannya, mekanisme musyawarah dusun secara tersirat diarahkan untuk menghendaki perbaikan dari negara. Dengan menggunakan perspektif pembangunan kritis, penelitian ini berpandangan bahwa transformasi pembangunan desa dapat berlaku apabila tidak terbatas pada perubahan strategi kebijakan publik, melainkan melingkupi perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan masyarakat desa. Berangkat dari hal itu, penelitian ini menarasikan pendekatan dan bentuk pemberdayaan petani-peternak Yayasan Walungan dalam rangka menemu kenali transformasi pembangunan desa. Penelitian ini berargumen bahwa transformasi pembangunan desa yang memiliki karakteristik pemberdayaan dapat tercapai apabila terdapat penempatan elemen masyarakat sipil sebagai pihak yang menginisiasi artikulasi kebutuhan dan mengaktifkan kesadaran petani-peternak dalam praktik pembangunan desa. Gagasan mengenai artikulasi, dalam penelitian ini, diupayakan melalui perbaikan relasi yang bersifat egaliter, aktivitas kolektif, dan pengorganisasian masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualititatif dalam mendeskripsikan pemberdayaan petani-peternak di Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat.

ABSTRACT
The idea of post authoritarian rural development is seen as the transformation of rural development, since it no longer places the village as an object of development characterized by the demand for the preparation of rural development instruments. However, in practice, the development instrument did not accommodate the improvement of agricultural and livestock productivity in Kampung Pasir Angling Suntenjaya Village, West Bandung regency. Since, farmers do not have the capacity of knowledge with the carrying capacity of the administrative order to require direction of improvement. In fact, the mechanism of deliberations of the hamlet is implicitly aimed at seeking improvement from the state. Using a critical development perspective, the study argues that village development transformation may apply if not limited to changes in public policy strategies, but rather to social change in various sectors of village life. Departing from that, this research narrates approach and form of the community development of farmer breeder that initiated by Yayasan Walungan in order to find the transformation of village development. This study proposes arguments that the transformation of the rural development mdash which has the characteristics of empowerment mdash can be achieved when there is a placement of the civil societys elements as the party that initiates the articulation of needs and activates the consciousness of farmer breeders in the practice of rural development. The idea of articulation in this study is attempted through relations improvement in egalitarian way, collective activities, and community organizing. This research used qualitative research approach in describing the community development of farmer breeders in Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlely Darwis
"Keputusan Menteri Kehakiman RI Nom. M.04.PR.07.03. tahun 1985, tentang Organisasi dan dan Tata Krama Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara menunjuk Rutan sebagai Unit Pelaksana Teknis dibidang Penahan. Fungsi dan tugas pokoknya yang merupakan bagian dan instansi penegak hukum, bertanggung jawab terhadap pelayanan dan perawatan tahanan baik fisik maupun mental dalam rangka mempersiapkan para tahanan untuk menghadapi proses persidangan baik ditingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi maupun pada tingkat Mahkamah Agung.
Teknis pelaksanaan tugas dan pengelolaan Rutan berada di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, walaupun masing-masing dengan Petunjuk Pelaksana Teknisnya, pada kenyataannya sulit menghapus budaya "Penjara". Kemungkinan dan sini terjadi Disfungsi Pembinaan Tahanan di Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat", yang tercermin dan terjadinya bentuk-bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Penelitian tesis ini dilakukan dengan metode studi kasus dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Agar data-data dapat terkumpul sesuai yang diharapkan, penulis menggunakan beberapa cara pengumpuian data, antara lain dengan pengamatan yang panjang, wawancara mendalam, Kepustakaan, dan observasi Iangsung.
Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat sebagai lokasi terpilih untuk dijadikan tempat peneilitian oleh karena komposisi penghuni yang sangat bervariasi. Ada tahanan, ada narapidana, ada yang buta huruf, ada juga yang berpendidikan tinggi, ada Residivis,ada pencopet,maling, perampok, penodong, pembunuh, tak tertinggal juga ada orang yang sakit jiwa (tidak waras).
Beberapa hal yang merupakan temuan dalam penelitian tesis ini antara lain, kasus kriminal lain sepertinya kurang menarik dibandingkan dengan kasus-kasus Narkoba yang sedang marak akhir-akhir ini. Selaln itu terlihat ketidaksiapan SDM untuk mengimbangi situasi canggih yang begitu cepat mengalami perubahan diluar tembok, sedangkan para petugas setiap hari selalu dengan situasi monoton prakitis tanpa perubahan.
Arogansi tembok penjara yang tebal membuat orang bertanya-tanya, benarkah keunikan itu ada didalamnya, dan bagaimana kemungkinan orang bisa menembus untuk melihat keunikan yang ada didalam sana. Disfungsi Pembinaan Tahanan seakan-akan tidak pernah terjadi. Mereka yang terlibat, mereka yang mengalami, mereka yang melihat, seakan sama memaklumi keadaan, karena ketidakberdayaan.
Jawaban pertanyaan penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya Rutan jakarta Pusat belum mampu mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembinaan tahanan, dan kenyataan yang lebih menyulitkan adalah maraknya masalah Narkoba yang terjadi di dalam tembok penjara.
Dasar teori yang menjadi penunjang tesis ini adalah basil karya dari Edwin H. Sutherland and Donald R.Cressey yang dituangkan dalam artikel yang berjudul "Detention Before Tryal". Aturan penunjang yang lain adalah Buku Pedoman mengenai Standar Intemasional yang berhubungan dengan Penahanan Pra-sidang yang dikeluarkan oleh Pusat Hak Asasi Manusia Cabang Pencegahan Kejahatan dan Hukum Pidana.
Teori penunjang yang lain adalah teori Goffman yang diambil dari buku Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat ( Soerjono Soekanto, SH.MA,), karya Gressham M. Sykes dalam Crime and Justice" oleh Sirleon Radzinowicz and Marvine Wolfgang, yang keduanya sama-sama membahas bagaimana penderitaan dan tertekannya orang dalam tembok penjara atau orang yang terkungkung dengan satu aturan yang diseragamkan."
Lengkap +
2000
T1426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusgiyarto
"Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara objektif tentang kehidupan sosial komunitas di rumah susun Bidaracina Jakarta Timur. Isinya mengungkapkan bagaimana keadaan kepentingan bersama permasalahan yang muncul dan mereka hadapi bersama, institusi sosial apa yang diharapkan dapat menanganinya serta faktor sosial yang memiliki peranan di sana. Disamping itu melalui penelitian ini juga untuk mengetahui gambaran komunitas di rumah susun. Kemudian bagaimana aspirasi yang mereka harapkan tentang manajemen pengembangan rumah susun yang akan datang. Manajemen pengembangan tersebut diharapkan menjadi model pengembangan komunitas rumah susun yang akan datang.
Penulis melakukan penelitian ini dengan melakukan studi kasus terhadap komunitas penghuni rumah susun Bidaracina Jakarta Timur, Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode yang digunakan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan 6 orang informan. Untuk mempertajam analisis penelitian ini didukung oleh data kuantitatif melalui kegiatan survei sampel dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 orang responden di samping menggunakan studi kepustakaan. Rumah susun ini secara spesifik merupakan bangunan gedung bertingkat dilengkapi sarana fasilitas dan utilitas, taman terbuka, tempat bermain anak - anak, tempat usaha dan mushola serta halaman parkir semuanya diperuntukkan bagi komunitas penghuni. Rumah Susun Bidaracina merupakan hasil dari program urban renewal DAS Ciliwung dengan membangun kembali sebanyak 688 unit hunian rumah susun. Bila dilihat secara makro program ini telah berhasil mengatasi daerah kumuh daerah perkotaan dan memberikan kontribusi sebanyak 688 unit rumah susun atau 7 % terhadap target Pemda DKI Jakarta sebanyak 9.750 unit rumah susun setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan bagi warga yang berpenghasilan rendah. Sedangkan secara mikro program ini telah berhasil membangun 688 unit (tipe 18 ) hunian rumah susun yang layak huni. Namun hal ini masih dirasakan terlalu sempit terutama bagi keluarga yang jumlahnya lebih dari 3 orang. Mereka mendambakan suatu rumah yang memeperhatikan kepentingan dan kebutuhan penghuninya ( Hayward, 1987 ).
Mereka yang sekarang menempati rumah susun memiliki kehidupan sosial yang mencerminkan keanekaragaman asal suku, agama maupun jenis pekerjaan. Sebagai komunitas di rumah susun secara bersama - sama mereka menghadapi permasalahan akan kebutuhan yang yang mendesak seperti : air bersih, keamanan dan kebersihan. Pemenuhan kebutuhan ini diserahkan kepada institusi lokal seperti PPRS maupun RT - RW.
Dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa komunitas di rumah susun. Telah berkembang. Namun pengembangannya mengalami beberapa hambatan seperti : adanya kelonggaran aturan dan kurangnya sanksi bagi si pelanggar sehingga menimbulkan konflik antara yang mau tertib dan disiplin dengan mereka yang tidak mau tertib (tak mau membayar iuran wajib ). Konflik ini juga menghambat kelancaran PPRS dan RT - RW. Kendala lain berupa rusaknya sebuah mesin pendorong air sehingga kebutuhan air bersih mengalami hambatan.
Gejala lainnya adalah organisasi informal lokal (akar rumput) dapat mengambil peran mengupayakan sebagian kebutuhan komunitas yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi formal. Organisasi ini memberikan kontribusi dalam pengembangan komunitas rumah susun. Atas dasar pengalaman selama ini dan aspirasi para penghuni (individu, rumah tangga dan komunitas) mereka mendambakan pengembangan komunitas rumah susun yang akan datang agar menghiraukan aspek manusia atau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan para penghuni. Pengembangan tersebut merupakan manajemen yang dirumuskan dalam suatu Model Pengembangan Komunitas Rumah Susun Yang Hirau Aspek Manusia. Pelaksanaanya meliputi 5 aspek kegiatan pengembangan komunitas (Korten, 1986) dengan berperinsip kepada pelayanan berbasis kebutuhan lokal dan pengembangan masyarakat berbasis organisasi akin rumput. Melalui manajemen pengembangan komunitas tersebut diharapkan komunitas rumah susun berkembang. Pengembangan ini ditandai dengan indikator terpenuhinya kebutuhan komunitas dengan sumber lokal yang ada dan kehidupan komunitas menjadi lebih baik.
Akhirnya di sampaikan pula rekomendasi untuk pengembangan komunitas rumah susun yang akan datang agar mempergunakan manajemen pengembangan model tersebut, termasuk untuk pengembangan komunitas di rumah susun Bidaracina."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T3643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhevy Setya Wibawa
"Studi sosiologi tentang Leisure sejauh penulis amati, terfokus pada kelas menengah dan atas. Padahal secara logika, aktivitas waktu luang merupakan bagian dari sisi kehidupan seseorang selain bekerja. Fenomena waktu luang bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan hidup setiap orang. Aktivitas waktu luang menjadi sesuatu yang dinamis untuk dikupas karena keberadaannya sangat dipengaruhi oleh dominasi faktor ekonomi; pandangan yang melihat kemampuan memiliki aktivitas waktu luang yang erat kaitannya dengan kemampuan ekonomi seseorang. Namun aktivitas waktu luang selama ini lebih dianggap sebagai kegiatan yang dimiliki kelas menengah dan atas.
Dengan menggunakan beberapa teori tentang leisure, studi ini mencoba mengaplikasikannya pada permasalahan aktivitas waktu luang masyarakat lapisan bawah, khususnya anak jalanan. Pembentukan pola aktivitas waktu luang anak jalanan diasumsikan dipengaruhi oleh aspek-aspek, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Aspek internal yang dimaksudyaitu stereotip anak jalanan dan status pendidikan mereka. Sedangkan aspek eksternal terdiri dari beberapa hal yang terkait dengan budaya, yaitu budaya komunitas jalanan, budaya patriarkal, budaya kaum muda (youth culture) serta budaya konsumen (consumer culture). Secara khusus studi ini bertujuan untuk pengembangan pengaplikasian teori leisure pada masyarakat kelas bawah dan memperoleh pengetahuan tentang alokasi waktu dan pola aktivitas waktu luang pada anak jalanan.
Jenis panelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan realitas social yang kompleks. Populasi pada penal itian ini adalah anak jalanan yang berdomisili di Jakarta Penelitian ini menggunakan kombinasi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang dipakai adalah data sekunder, yaitu data hasil pemetaan dan survai sosial yang dilakukan oleh PKPM Unika Atma Jaya pada tahun 1999.
Pada studi ini data kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran tentang profit anak jalanan di Jakarta, sementara data kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran tentang aktivitas waktu uang anak jalanan secara lebih mendalam dan detail. Pengumpulan data primer menggunakan metode diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (Indepth Interview).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan membuat pembedaan atas aktivitas kerja dan aktivitas non-kerja, atas dasar perolehan penghasilan (uang). Sementara aktivitas non-kerja terdiri atas aktivitas hiburan, aktivitas masa depan dan aktivitas yang dapat di kategorikan sebagai melakukan sesuatu yang bersifat wajib tetapi tidak mendapat uang. Keunikan anak jalanan yang bekerja. pada sektor informal membuat mereka tidak membuat pembedaan secara tegas antara aktivitas kerja dan aktivitas non-kerja.
Temuan lain memperlihatkan bahwa pola aktivitas waktu luang anak jalanan tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja. Walapun secara ekonomis mayoritas anak jananan merupakan bagian dari masyarakat kelas bawah, tetapi secara kultural mereka dipengaruhi oleh budaya patriarkal yang masih kuat, budaya jalanan dan budaya kaum muda (youth culture).
Selain itu perkembangan kapitalisme modern yang masuk pada berbagai sendi dan lapisan masyarakat dunia, sangat kuat berperan dalam menumbuhkan budaya konsumen (consumer culture) pada berbagai lapisan sosial masyarakat. Pengaruh budaya konsumen dengan berbagai produk komoditas yang bersifat massal dalam wujud barang, fesyen, gaya hidup, dll. juga berpengaruh atas aktivitas waktu luang anak jalanan. `Penjajahan' dalam wujud pengaruh budaya konsumen inilah yang dikhawatirkan lebih bersifat destruktif terhadap perkembangan seorang anak yang tumbuh dan berkembang secara bebas di jalan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suparno
"ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola kehidupan sehari-hari, atau interaksi anak sekolah kelas bawah, khususnya anak sekolah yang sambil bekerja di SMPN 69 Kelas Jauh Jakarta. Dengan kata lain, bagaimana pengalaman individu itu dibentuk clan diberi makna. Alasan memilih pokok permasalahan ini karena mereka sekolah sambil bekerja terlibat dalam lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan keluarga.
Kehidupan mereka adalah nyata dapat diamati, interaksi mereka tiap hari merupakan salah satu komponen dalam membentuk masyarakat. Meskipun kita mempunyai informasi tentang penyebab mereka bekerja, prestasi sekolahnya, keadaan orang tuanya, tetapi kita sedikit mengetahui tentang kehidupan mereka tiap hari, yaitu harapan atau cita-cita dalam hidupnya, persaingan dengan teman kerja atau teman sekolah, dipaksa, ditodong selama bekerja, permusuhan yang mereka alami, bagaimana membagi waktu helajar, masalah apa saja yang dialami di sekolah, di rumah, dan di sekolah yang berkaitan dengan interaksi mereka tiap hari.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan kehidupan mereka tiap Bagi mereka sendiri merupakan hal yang biasa yang terjadi tiap hari. Tetapi bagi peneliti, merupakan hal yang menarik, masyarakat terbentuk melalui interaksi soial, dan dengan interaksi diperolch pandangan dari dalam atau makna yang merupakan hasil interaksi.
Penelitian ini mengunakan pendekatan paradigma kualitatif dengan narasi mikro. Karena itu pengalaman pribadi menjadi penting dalam membangun jaringan makna. Dengan metode data-data pengalaman individu atau life history, berusaha untuk menceritakan pengalaman hidup yang dialami melalui pengamatan terlibat.
Temuan dalam penelitian ini adalah masyarakat kelas bawah tidak secara langsung mempertahankan posisi kelas sosial anak-anaknya. Tetapi, didahului oleh proses sekolah dengan maksud untuk menaikan posisi kelas sosial anak-anaknya nanti, meskipun sekolah sambil bekerja. Ternyata dalam interaksi sehari-hari, baik dirumah, di sekolah, dan di tempat kerja anak tersebut masih mencerminkan posisi kelasnya, yaitu kelas bawah.
Mereka bekerja di sektor informal yang rental), beban ekonomi yang berat, penjaja jalanan., ada yang tidak naik kelas, dan mereka mempunyai jaringan antara teman dalam kelompok sebaya yang fungsional bagi pekerjaanya. Orang tua dan teman bekerja mempunyai pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi interaksi anak tersebut. Sementara sekolah lebih .berfungsi sebagai tempat sosialisasi dengan kelas sosial atas.
Kesimpulannya, anak-anak yang sekolah sambil bekerja tersebut, berasal dari keluarga kelas sosial bawah di Tomang Banjir Kanal. Orang tua mereka bekerja di sektor informal, seperti reparasi kunci, pedagang kaki lima, buruh pasar. Keadaan ekonomi keluarga memaksa anak-anak mereka harus bekerja pada usia dini. Tidak seperti anak-anak yang lainnya yang hanya sekolah saja. Kehidupan mereka tiap hari disibukkan oleh pekerjaan dan sekolah, Mereka bekerja penjual koran, penarik ojek, penjual kue, pemungut bola tenis.
Mereka kekurangan uang untuk sekolah, tidak punya modal, hidup di lingkungan kumuh, tidak punya sarana belajar yang memadai, sering kelelahan, sakit-sakitan, belajar malas, tidak banyak memperoleh kesempatan maju, terbiasa dengan taruhan, judi, merokok, dicap anak malas dan nakal di sekolah.
"
Lengkap +
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Begem Viantimala
"ABSTRAK
Kelompok tani sebagai lembaga pelaksana pembangunan pertanian di tingkat desa, sampai saat ini tetap menarik untuk ditelaah, karena meskipun kelompok tani telah terbentuk lebih dari dua dasarwarsa yang lalu sebagai satu jenis institusi social penting pada masyarakat pertanian-pedesaan, masih ada kelompok-kelompok tani yang belum menujukkan kinerja ataupun prestasi yang cukup baik.
Di propinsi Lampung sejak tahun 1980/1981 usaha pelestarian sumber daya alam dan konservasi tanah telah banyak dilakukan. Antara lain dengan cara penyuluhan melalui. Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam (UP-UPSA) dan pembentukan Kelompok Pelestarian Sumber Daya Alam (KPSDA).
Kelompok tersebut bertujuan mempertahankan dan meningkatkan produktivitas usaha tani lahan kering. Namun kenyataannya sampai saat ini belum memberikan hasil yang maksimal.
Ketidak berhasilan kelompok mengindikasikan tidak tercapainya tujuan kelompok. Selanjutnya karena pencapaian tujuan kelompok adalah gambaran dari dinamika kelompok, maka ketidak berhasilan tersebut sekaligus merupakan gambaran dari dinamika kelompok itu sendiri.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana tingkat dinamika kelompok-kelompok tani di lahan kering dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi petani dalam melaksanakan tindakan konservasi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, perlu dilakukan penelitian yang mendalam terhadap eksistensi kelompok-kelompok tani di lahan kering.
Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui tingkat dinamika kelompok tani desa Neglasari dalam meningkatkan produktivitas usaha tani lahan kering. 2. Mengetahui hubungan antara dinamika kelompok dan tindakan konservasi serta produktivitas usaha tani. 3. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara luas, status penguasaan lahan serta pendapatan anggota kelompok tani dan tindakan konservasi tanah.
Penelitian dilakukan terhadap empat kelompok tani yang dipilih secara "acak sederhana". Selanjutnya untuk kelompok yang terpilih sebagai sampel, dipilih sembilan responden yang ditetapkan secara "acak berlapis" berdasarkan status keanggotaan dalam kelompok dan status penguasaan lahan. Dengan demikian jumlah responden penelitian ini adalah 36 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan serta wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan metode tabulasi, sedangkan untuk pengujian hipotesis digunakan uji korelasi peringkat spearman.
Hasil penelitian menunjukkan : 1. Tingkat dinamika kelompok tani Desa Neglasari bervariasi dari "rendah" sampai "tinggi", yaitu kelompok Sido Makmur masuk kategori "rendah", kelompok Karya Mandiri dan Harapan "sedang", dan kelompok Karya Manunggal II "tinggi". 2. Ada hubungan yang sangat nyata antara dinamika kelompok dan tindakan konservasi serta produktivitas usaha tani. 3. Ada hubungan yang sangat nyata antara tindakan konservasi dengan produktivitas usaha tani. 4. Ada hubungan yang nyata antara luas lahan garapan serta pendapatan petani anggota kelompok dan tindakan konservasi tanah.
Disarankan untuk meningkatkan pelaksanaan tindakan konservasi, produktivitas usaha tani dan pendapatan petani perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan dinamika kelompok tani yang disertai dengan pembenahan prasarana dan sarana penunjang kegiatan usaha tani.
"
Lengkap +
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriadi Torro
"Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status ekonomi, partisipasi politik dan etnisitas terhadap tingkat integrasi transmigran dan penduduk asli di pemukinan transmigrasi Sukamaju, Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. Daerah sampel penelitian ditentukan dengan metode sampling bertujuan, sementara responden penelitian dipilih dengan tehnik random. Data dikumpulkan dengan penyebaran angket atau kuisioner ke 139 responden dan dianalisis dengan tehnik korelasi dan rearesi sederhana, korelasi dan recresi ganda atas bantuan komputer melalui program SPSS/PC + versi 6.0.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa statu ekonomi dan partisipasi politik secara positif dan signifikan berkorelasi dengan tingkat integrasi (dengan nilai r masing-masing 1,3845 dan 0,6643) pada taraf keyakinan 0,05). Begitupula dengan etnisitas secara negatif dan signifikan berkorelasi dengan tingkat integrasi (nilai r -0,4349 pads taraf keyakinan 0,05). Pengaruh gabungan dari ketiga variabel bebas di atas lebih besar lagi yakni 0,73529 dengan koefisien determinasi 0,54065. Pada tahap interpetasi dan pemba.hasan diketahui bahwa partisipasi politik yang sangat signifikan dan berpengaruh terhadap tingkat integrasi dengan nilai T hitung sebesar 7,278, kemudian disusul etnisitas dan status ekonomi.
Bila mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, terutama studi Mangunrai maka ditemukan titik kesamaan bahwa integrasi yang tinggi sangat dipengaruhi oleh upaya transformasi budaya, sosial dan ekonomi dari masing-masing pihak. Begitupula studi Harahap melihat integrasi dari segi komunikasi, solidaritas kesamaan agama dan budaya. Dari aspek sosiologis studi ini menekankan interaksi dan kontak. Oleh karena itu akselarasi proses integrasi transmigran dan penduduk asli perlu penataan kembali mengenai pola pemukiman yang bergaya segregatad pluralism. Di samping itu tidak menonjolkan rasa keetnikan seperti memberi nama kampung, dusun atau nama-mana tempat umum misalnya lapangan sepak bola dan lain-lain dengan nama dari etnik tertentu. Hal-hal seperti ini dapat mengurangi rasa persatuan dan kesatuan komunitas desa itu.
Studi arerrg integrasi yang menggunakan indikator dan tolak ukur ini, masih perlu disempurnakan dan dikaji lebih mendalam. Ada beberapa studi yang senada seperti Darwis dan Hartoyo mengenai keserasian sosial, namun terhadap studi integrasi dimasa mendatang kedua studi tersebut perlu dikaji ulang, karena indikator-indikator yang ditetapkan hanya melihat interaksi secara nyata, padahal aspek sosiologis yang sesungouhnya adalah hubungan sosial (relationship). Dalam anti aspek-aspek laten yang melekat dalam sebuah komunitas perlu dicari."
Lengkap +
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Acdian
"Tesis ini merupakan kajian terhadap siasat dan politik budaya masyarakat adat kasepuhan dalam pertarungan mendapatkan hak atas sumberdaya atas lahan dan hutan adat di kawasan konservasi Halimun-Salak, Jawa Barat dan Banten. Fokus kajian diarahkan pada sosok dan peran para pemimpin adat di dua wilayah kasepuhan, masing-masing adalah Kasepuhan Cisitu di Kabupaten Lebak, Banten dan Kasepuhan Sinar Resmi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Perhatian terhadap dua sosok pemimpin masyarakat adat itu memberikan penulis sebuah gambaran menarik tentang bentuk-bentuk siasat dan politik budaya yang menjadi sumber inspirasi dalam aksi-aksi kolektif masyarakat kasepuhan berhadapan dengan kebijakan negara, khususnya terhadap klaim atas wilayah konservasi oleh Departemen Kehutanan dan eksploitasi emas oleh PT Aneka Tambang (PT Antam). Studi ini menunjukan bahwa lebih dari sekedar sebuah gagasan adat yang statis, adat menjadi sebuah konstruksi dinamis yang bergerak sesuai dengan proses kontestasi yang terjadi antara masyarakat kasepuhan tersebut berhadapan dengan negara, diwakili oleh pemimpin mereka, dan sekaligus juga sebuah inovasi dalam menjaga dan mempertahankan lembaga adat dalam proses perubahan cepat yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tersebut.

This thesis is a study about cultural politics and strategy of indigenous peoples (Kasepuhan) in the struggle obtain rights to resources of land and forests in the conservation areas of Halimun-Salak, West Java and Banten. The study focused on the figure and the role of traditional leaders in the two kasepuhan areas, Kasepuhan Cisitu in Lebak , Banten province and Kasepuhan Sinar Resmi, Sukabumi, West Java. The focus to the leaders role and function in designing cultural politics and strategy in their contestation against the state policies, especially the claim of conservation areas by Forestry Department and gold mining by PT Aneka Tambang, provides an interesting findings of adat as dynamic construction along with their daily struggles, as well as an inovative strategy by the leaders to maintain adat institution under rapid social changes in their environment."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28974
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jelamu Ardu Marius
"Penelitian ini ingin mengungkapkan proses pembauran di antara etnik Cina dengan pribumi berikut masalah-masalah yang melingkupinya dengan setting studi kelompok etnik Cina dan pribumi di Kelurahan Solor Kotamadya Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK yang menjadi penduduk resmi Kelurahan Solor (500 KK pribumi, 40 KK Cina keturunan dan 10 KK Cina totok). Responden penelitian diambil dengan menggunakan dua cara yakni cara sampling dan cara keseluruhan. Pengambilan responden cara sampling dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dengan Cara undian terhadap etnik pribumi karena jumlahnya banyak Sedangkan untuk KK etnik Cina keturunan dan totok diambil semuanya karena jumlahnya sedikit, Sejumlah 100 KK dijadikan sampel penelitian dengan perincian 50 KK etnik Cina (10 Cina totok dan 40 Cina keturunan) dan 50 KK etnik pribumi. Metode yang digunakan daam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan memakai analisa korelasi rank Spearman. Selain melalui questioner data dijaring melalui teknik wawacara mendalam, wawancara
terstruktur dan pengamatan.
Studi analitis ini ingin mencari hubungan antara 10 variabel bebas yang mempengaruhi terjadinya proses pembauran itu (variabel terikat). Variabel bebas itu meliputi aspek kewarganegaraan, lamanya menetap, kerja sama ekonomi, kesamaan agama pendidikan campuran, pemukiman campuran, penggunaan bahasa daerah yang sama, pendidikan/pekerjaan/pendapatan, keterlibatan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan yang sudah melembaga dan kawin campur. Sedangkan variabel terikatnya adalah asimilasi atau pembauran. Yang ingin diketahui adalah apakah ke sepuluh variabel itu menyebabkan terjadinya
asimilasi dan bila ya sejauh mana kekuatan hubungannya. Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut.
Ho : Kewarganegaraan, Iamanya menetap, kerja sama ekonomi, kesamaan agama, pendidikan campuran, pemukiman campuran, penggunaan bahasa daerah yang sama, pendidikan/pekerjaan/pendapatan, keterlibatan dalam aktivltas sosial yang sudah melembaga dan kawin campur secara sendiri-sendiri tidak mengakibatkan terjadinya pembauran.
Ha Kewarganegaraan, Iamanya menetap, kerja sama ekonomi, kesamaan agama. pendidikan campuran, pemukiman campuran. penggunaan bahasa daerah yang sama, pendidikan/pekejaan/pendapatan. keterlilbatan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan yang sudah melembaga dan kawin campur secara sendiri-sendiri mengakibatkan terjadinya pembauran.
Dalam pengujian hipotesis ini ditentukan taraf signifikansi 5% artinya peluang kesalahannya 5% dan taraf kepercayaannya 95%. Nilai tabel atau harga kritis sebesar 1,645 dengan df = n-2 atau 100-2 = 98( lihat tabel lampiran). Dengan memakai uji statistik Koefisien Korelasi rank Spearman hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat sangat kuat. Kekuatan hubungannya sebesar 0,802. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti kesepuluh variabel di atas mempengaruhi terjadinya pembauran di antara kedua etnik. Melalui penelitian itu ditunjukkan suatu fakta bahwa proses pembauran antara etnik Cina dan pribumi dapat tercipta apabila hubungan sosial di antara keduanya berlangsung intensif. Dan analisa tabel silang diketahui bahwa makin mereka sating membina hubungan sosiat proses pembauran makin tinggi, sebaliknya jika
mereka tidak membina hubungan sosial yang intensif proses pembauran makin rendah. Prasangka-prasangka sosial negatip bisa dihindari manakala kedua etnik saling membuka din, saling menghargai dan menerima satu sama lain.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afan Martadi
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang aspek sosial historis sebagai
konteks pengembangan Taman Pantai Kartini di Kabupaten Rembang. Dalam
pengembangan pariwisata tersebut terdapat faktor-faktor pendukung dan
penghambat sehingga pemerintah harus menetapkan kebijakan dengan
memanfaatkan potensi fisik, sosial budaya dan historisnya dengan tepat. Penelitian
ini penting mengingat Taman Pantai Kartini merupakan aset pariwisata yang paling
berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Rembang. Dalam pelaksanaan
pengembangan tersebut, kebijakan pengembangan fisik yang saat ini sedang
dilaksanakan harus mendukung pengembangan sosial budaya dan historisnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan
para informan. Sementara itu pemilihan informan dilakukan secara purposive
sampling, dengan lingkup informan mencakup pemerintah, swasta, masyarakat
yang meliputi tokoh masyarakat, nelayan dan pedagang.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa arah dari
kebijakan pengembangan saat ini mengacu pada pengembangan fisik Taman Pantai
Kartini. Pengembangan fisik tersebut bertujuan untuk melengkapi fasilitas dan
Sarana pariwisata yang masih kurang. Selain itu, pengembangan fisik diarahkan
Untuk dapat mendukung peningkatan potensi sosial budaya dan historisnya. Hal ini
dilakukan dengan cara memperbaiki/menambah bangunan dan benda-benda
warisan/peninggalan (tourism herritage) yag ada di lokasi tersebut. Pembangunan
fisik berupa sarana dan prasarana tersebut juga digunakan untuk memfasilitasi
atraksi pariwjsa dalam bentuk seni dan budaya masyarakat/tradisional.
pelaksanaan pengembangan Taman Pantai Kartini melibatkan beberapa
sektor terkait antara lain, pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketiga komponen
tersebut tidak dapat dipisahkan karena mempunyai hubungan yang saling terkait.
Pelaksanaan kerjasama dengan sektor Swasta masih belum berjalan dengan
maksimal. Faktor penyebabnya adalah pihak pemerintah belum mengadakan
promosi dan sosialisasi pengembangan secara maksimal kepada swasta. Sehingga
pihak swasta masih beranggapan bahwa Taman Pantai Kartini masih belum
mempunyai prospek yang cerah. Sedangkan hubungan dengan masyarakat,
pemerintah sudah cukup baik dalam melaksanakan sosialisasi pengembangan
maupun pembìnaan kesenian dan budaya masyarakat untuk memperkaya atraksi
parìwisata di Taman Pantai Kartini.
Faktor kendala yang paling penting dalam pengembangan lokasi ini tdalah
pendanaan dan pelaksanaan promosi yang masih belum tepat, baik strategis, sasaran
maupun produk wisata yang ingin dipasarkan belum terfokus. Hal ini dapat dilihat
pada pelaksanaan penyiaran iklan yang fokusnya Taman Pantai Kartini justru belum
ada penyiaran iklan hanya berkisar iklan layanan masyarakat dan pembinaan
kesadaran dan kedisiplinan masyarakat terutama terhadap kebersihan dan
kelestarian lingkungan hutan dan laut di Rembang. Faktor sosial budaya yang
rnenjadi penghambatan adalah kondisi yang kurang aman dan nyaman, terutama
pada waktu malam hari. Karena pada malam hari, lokasi ini banyak terdapat
sekelompok pemuda yang sering minum minuman keras, beberapa wanita tuna
susila, dan wanita yang menawarkan jasa seks.
Untuk mengatasi permasalahan yang menjadi penghambat pengembangan
Tamari Pantai Kartini tersebut, untuk mengahadapi permasalahan dana maka
pemerintah harus meningkatkan sistem kemitraan terhadap sektor swasta dengan
strategi pendekatan dan promosi obyek tersebut dengan tepat. Sedangkan untuk
mengatasi masalah sosial budaya, pemerintah harus lebih menggiatkan sosialisasi
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menciptakan
suasana yang aman, nyaman dan tertib. Oleh sebab itu secara keseluruhan
Pemerintah Kabupaten Rembang berkewajiban melaksanakan koordinasi,
Perencanaan, pelaksanaan serta monitoring pengembangan obyek dan daya tarik
Obyek wisata Taman Pantai Kartini.
"
Lengkap +
2002
T4359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>