Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inggita Adya Rari
"Karya tulis ini berisi tenting penggambaran aktivitas keseharian masyarakat Jawa Kuna berdasarkan relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi. Penelitian ini dilakukan guna mengisi bagian kosong sejarah kebudayaan bangsa Indonesia tentang keadaaan keseharian masyarakat biasa di masa Jawa Kuna, masyarakat Majapahit pada khususnya. Dalarn penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relief-relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi sehingga dapat dikenali _jenis-jenis aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Kuna masa itu. Untuk memperkuat hipotesa digunakan data-data pembanding berupa karya-karya tulis yang sejaman yaitu Kakawin Nagarakrtagama, Kitab Pararaton dan Berita Cina. Pada hasil akhir dibuatlah uraian tentang keadaan keseharian masyarakat Jawa Kuna terutama jenis-jenis kegiatan atau aktivitasnya. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur maupun foto-foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali di lapangan, penomoron pada tiap candi, diikuti dengan langkah berikutnya berupa pendeskripsian. Setelah pendeskripsian dilakukan analisis terhadap data utama dan pendukung (berupa data tertulis yang sejaman dengan relief), dan langkah terakhir adalah penginterpretasian sernua hasil analisa terhadap data utama dan data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat benang rnerah antara masyarakat Jawa Kuna dengan masyarakat Jawa saat ini. Hal ini terlihat dari adanya beberapa kegiatan yang berlangsung sampan saat ini ataupun berlanjut. Adapun kegiatan yang berlanjut adalah kegiatan memancing ikan, menggendong bayi dengan menggunakan kain, menggalah, dsb. Akan tetapi terdapat juga kegiatan yang sudah tidak kita jumpai lagi saat ini seperti kegiatan persambungan ayam dengan anjing, menggendong gajah kecil, dsb. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya perubahan jaman dan perubahan keadaan (seperti keadaan politik, sistim kemasyarakatan, sistim ekonomi, dsb). Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit keterangan tentang keadaan masyarakat biasa masa Jawa Kuna pada umumnya, masyarakat Majapahit pada khususnya."
2000
S11758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Yuniati
"Ragam hias wadasan dan mega mendung merupakan ragam hias yang banyak menghiasi bangunan-bangunan di Kepurbakalaan Islam Cirebon. Dianatara bangunan_bangunan kuno di cirebon, keraton merupakan salah satu bangunan yang dihiasi oleh kedua ragam hias. Terdapat tiga keraton di Cirebon, yaitu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, Keraton Kacirebonan merupakan satu-satunya yang tidak dihiasi kedua ragam hias tersebut. Ragam hias wadasan telah ada sejak masa pemerintahan Sunan Gunung Jati. Hal itu terbukti dengan adanya wadasan pada area bekas Keraton Pakungwati. Sedangkan ragam bias mega mendung, menurut para ahli, merupakan ragam hias yang bentuknya dipengaruh kebudayaan Cina.
Penelitian terhadap aspek bentuk kedua ragam hias di kedua keraton menunjukkan adanya bentuk-bentuk khas yang dimiliki oleh masing-masing keraton, di samping bentuk-bentuk yang umum ditemui di kedua keraton. Bentuk-bentuk khas wadasan di Keraton Kasepuhan adalah bentuk dasar segitiga dengan puncak membulat dan segitiga dengan puncak mendatar. Bentuk wadasan yang hanya terdapat di Keraton Kanoman adalah bentuk dasar belah ketupat dan kerucut. Bentuk wadasan yang terdapat di kedua keraton adalah bentuk dasar segitiga dengan puncak meruncing.
Bentuk mega mendung yang hanya ada di Keraton Kasepuhan adalah bentuk dasar belah ketupat dengan garis-garis pembentuk yang arahnya vertikal. Keraton Kanoman tidak mempunyai bentuk mega mendung yang khas,'karena di keraton tersebut mega mendungnya adalah mega mendung yang berbentuk dasar belah ketupat dengan garis-garis pembentuk yang arahnya horisontal yang terdapat juga di Keraton Kasepuhan.
Selain perbedaan bentuk, terdapat perbedaan pemilihan bahan pembuat mega mendung pada kedua keraton. Di Keraton Kasepuhan hanya bahan tras tang dipilih untuk membentuk mega mendung, sedangkan di Keraton Kanoman, selain bahan tras, bahan kayu dan kulit binatang (sapi) juga dipakai untuk membuat mega mendung. Perbedaan pemilihan bahan tidak terlihat pada wadasan, karena wadasan di kedua keraton sama_sama dibuat dengan menggunanakan bahan kayu, tras, dan karang.
Perbedaan yang juga terlihat antara kedua aragam hias di kedua keraton juga terlihat pada keberadaan wadasan di masing-masing keraton. Di Keraton Kasepuhan, wadasan merupakan ragam hias yang lebih banyak terlihat sebagai bagian dari satu kelompok ragam hias, seperti pada relief yang memuat berbagai bentuk ragam hias, termasuk wadasan. Di Kanoman, wadasan lebih cenderung sebagai ragam hias yang mandiri, tidak menjadi bagian dari satu kelompok ragam hias.
Persamaan yang teramati, selain persamaan pemilihan bahan wadasan, pola persebaran kedua jenis ragam hias. Baik( wadasan maupun mega mendung sama-sama tersebar pada bangunan-bangunan dan benda-benda yang terletak di halaman III (halaman paling selatan kompleks bangunan) kedua keraton, kecuali wadasan yang menempel pada tembok pembatas halaman II dan III KeratonKanoman.
Adanya perbedaan-perbedaan tersebut mungkin didorong oleh pengaruh kekuasaan raja dan penghuni masing-masing keraton. Sedangkan persamaan-persamaan yang timbul agaknya dipengaruhi oleh keberadaan kaidah-kaidah yang dijadikan pegangan oleh para seniman dalam membuat atau penempatkan ragam hias wadasan dan mega mendung di keraton Kasepuhan dan Kanoman. kaidah-kaidah tersebut bisa berupa tradisi atau kebiasaan turun temurun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S11844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library