Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
John Michael Redulla
"Tugas Akhir ini mengeksplorasi hubungan antara emosi dan gagasan tentang keberadaan kita di dunia melalui arsitektur atmosferik. Atmosfer menjadi cara untuk memahami esensi keberadaan kita dan membantu kita hidup secara autentik. Salah satu gagasan yang menjadi pusat proyek ini adalah gagasan Eigentlichkeit atau keberadaan autentik dan bagaimana kita seharusnya menjalani hidup kita secara autentik. Eksplorasi yang dilakukan dalam projek ini adalah menciptakan arsitektur melalui atmosfer sehingga seseorang dapat menemukan dirinya sendiri setelah mengalami serangkaian pengalaman ruang di dalamnya. Proyek ini mengusulkan Authen-City, sebuah mesin untuk kehidupan yang autentik dengan memicu dua tahap keaslian yang harus dialami oleh manusia tidak autentik, yaitu introspeksi dan ekspresi diri. Jika seseorang hidup sebagai manusia tidak autentik di dunia secara autentik, Authen-City menjadi cara bagi manusia yang tidak autentik untuk menjadi autentik. Dengan mengalami tiga fase—fase introspeksi, fase ekspresi diri pertama, dan fase ekspresi diri kedua, Authen-City menjadi media bagi seseorang untuk Berada di Dunia, memungkinkan dirinya menjadi makhluk autentik.
This Final Project explores the relationship between emotions and the idea of out Being in the world through creating atmospheric architecture. The atmosphere becomes a way to understand the essence of our beings and help us live authentically. One idea central to this project is the idea of Eigentlichkeit or authentic existence and how we should live our lives authentically. The exploration here is to create architecture through atmospheres so that one can find oneself after undergoing a series of spatial experiences inside. This project proposes Authen-City, a machine for authentic living by triggering two stages of authenticity to be experienced by Inauthentic Man, namely introspection and self-expression. If one lives as an Inauthentic Man to be authentic. By experiencing three phases—introspection, self-expression 1 and self-expression 2, Authen-City becomes a medium for one to Be in the World, allowing oneself into an authentic being."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Farkhan Khairullah Amriel
"
ABSTRACTKebun binatang merupakan ruang hasil buatan manusia. Sebuah ruang buatan yang memerlukan komposisi dan aspek dari alam dan pikiran manusia. Isu yang terjadi ini membuktikan kondisi satwa yang menjadi objek bagi pengunjung namun seharusnya dirawat dan dilestarikan justru tidak sepenuhnya baik, bahkan buruk. Apakah kondisi satwa ini akibat dari penyediaan dan pengelolaan ruang hidup buatan oleh manusia yang tidak layak? Atau justru akibat kurangnya teritori dan ruang hidup satwa karena perlu adanya interaksi pengunjung? Pertanyaan inilah yang memunculkan ketertarikan untuk membahas tentang apa yang terjadi secara internal maupun eksternal pada satwa tersebut. Sebagai hasil, landscape immersion dapat memainlan peranan penting dalam mengatasi kelayakan habitat dan teritori pada kebun binatang dan mengatur intervensi pengunjung untuk berinteraksi.
ABSTRACTThe zoo is a man made space. An artificial space that requires the composition and aspect of the human nature and mind. Issue that occurs, proves that the condition of animals should be our concern. They become the object for visitors, although they should be treated and preserved. Is the condition of the animals resulting from the provision and management of their living space, that are not feasible Or is it due to lack of territory and their living space which is caused by visitors interaction The questions raise a discussion related to what is happening to the animal in the zoo. As a result, the landscape immersion can play an important roole at zoo in solving the habitat and territorial needs of the animals, as well as in managing the visitors intervention to the animals living environtment. "
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Koming Sawitri Dewi
"Kajian perancangan ini bertujuan untuk memaparkan proses penelusuran ide ketermenerusan atau kontinuitas dari siklus kehidupan organisme dan proses metabolismenya pada konteks sebagai basis perancangan. Penelusuran kontinuitas dari metabolisme organisme ini menjadi penting untuk menunjukkan cara mengolah materi lingkungan oleh organisme nonmanusia untuk mempertahankan keberlanjutan kualitas lingkungan. Arsitektur yang selama ini bersifat statis dan eksploitatif tidak didesain untuk mendaur ulang materi sekitar sehingga dapat mengurangi atau memperbaiki kerusakan dunia. Dunia menjadi rusak akibat aktivitas manusia yang intensif dan degradasi kualitas lingkungan, padahal manusia sebagai organisme memiliki keterbatasan jangka hidup. Studi perancangan ini hadir dalam sebuah konteks situasi imajiner yang memiliki karakteristik lingkungan dunia yang simultan, memungkinkan kontinuitas jiwa berbasis klasifikasi material. Dengan basis tersebut, kestabilan konektivitas antardunia diciptakan untuk mendukung ekspansi batasan kehidupan organisme manusia melampaui satu jangka hidup. Melalui penelusuran jenis material, siklus hidup, serta cara kerja metabolisme organisme pengolah, arsitektur kontinu hadir dalam dunia Revivium sebagai ruang hidup dan perangkat pengolah materi berbahaya di atmosfer lingkungan menjadi materi yang aman. Revivium menghadirkan arsitektur yang mengadopsi siklus hidup organisme dan menempatkannya sebagai objek, subjek, juga operator untuk mencapai kestabilan hidup di berbagai dunia.
This design study aims to explain the process of tracing the idea of continuity of the organisms life cycle of and their metabolic processes in context as a basis for design. Tracing the continuity of the organisms metabolic process becomes important to show how environmental materials are processed by non-human organisms to maintain sustainable environmental quality. Architecture which has so far been static and exploitative is not designed to recycle surrounding materials so that it can reduce or repair damage to the world. The world is becoming damaged due to intensive human activity and degradation of environmental quality, even though humans as organisms have a limited lifespan. This design study exists in the context of an imaginary situation that has the characteristics of a simultaneous world environment, allowing for mental continuity based on material classification. On this basis, stable connectivity between worlds is created to support the expansion of the boundaries of human organism life beyond one life span. This design study exists within an imaginary scenario characterized by an environment-based material classification that determines stability in inter-world connectivity. Through the exploration of material types, life cycles, and the operational mechanisms of processing organisms, architecture of continuity emerges in the world of Revivium as both a living space and a hazardous material processing facility where atmospheric materials are transformed into safe substances. Revivium introduces architecture that adopts the life cycles of organisms, positioning them as objects, subjects, and operators to achieve stability across various worlds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library