Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afrizal
"Di Indonesia kanker payudara adalah kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita setelah kanker rahim. Perkembangan pengobatan kanker payudara semakin pesat setelah ditemukannya reseptor hormon pada sel kanker dan penggunaan terapi hormonal seperti tamoksifen sebagai terapi adjuvan kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui protokol pengobatan kanker payudara pada pasien yang mendapatkan tamoksifen dan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan tamoksifen. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei yang bersifat deskriptif dan pengumpulan datanya dilakukan secara retrospektif terhadap data rekam medik pasien kanker payudara periode bulan Januari 1999 sampai dengan bulan Maret 2004. Kriteria pasien yang dipilih adalah pasien yang mendapatkan tamoksifen dan memiliki data rekam medik yang jelas tentang kanker payudara yang diderita, dosis yang diberikan, lama penggunaan dan status reseptor estrogen dan reseptor progesteron (er/pr). Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidakrasionalan penggunaan tamoksifen jika dilihat dari dosis, lama penggunaan dan status er/pr. Ada 1,45% pasien yang mendapatkan dosis yang tidak rasional, 97,10% yang lama penggunaan tamoksifennya tidak rasional dan 98,55% pasien yang status er/prnya tidak rasional. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan tamoksifen di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo selama periode bulan Januari 1999 sampai bulan Maret 2004, tidak rasional."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chasanatul Latifah
"Lactobacillus tergolong suatu probiotik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Lactobacillus terhadap frekuensi dan lama diare, serta lamanya rawat inap pada penderita diare akut. Desain penelitian yang dilakukan adalah cross sectional dengan metode random stratified. Penelitian ini telah dilakukan di Departemen IKA,RSCM, periode September-Oktober 2006. Data pasien dikumpulkan dari rekam medik dan dianalisis dengan dengan menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian Lactobacillus dengan frekuensi dan lama diare, serta lamanya rawat inap.
Lactobacillus classified as a probiotics. The purpose of this research is to know the influences of Lactobacillus to frequency, period of diarrhoea and duration of hospital stay for acute diarrhoea patient. The design of this research was Cross Sectional with stratified random method. The research had done in IKA Departement, RSCM during September-Oktober 2006. The data patients were collected from medical records and analysed by chi square statistical with confidence level 95%. The result showed that there was no correlation between Lactobacillus to frequency, period of diarrhoea and duration of hospital stay."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Bernadius Agustinus
"ABSTRAK

Gen Multi Drug Resistance 1 (MDR1) merupakan gen yang mengkode P-glikoprotein (P-gp). P-gp merupakan pompa ATP-dependent yang berperan penting dalam eliminasi senyawa seperti obat dan xenobiotik. Gen MDR1 dikenal sebagai gen yang polimorfik. Diantara varian-varian gen MDR1, suatu polimorfisme yang dinamakan C3435T, dapat memodulasi metabolisme dan respon substrat senyawa xenobiotik atau obat pada P-gp seperti steroid, antrasiklin dan alkaloid vinka yang penting terhadap terapi LLA. Beberapa studi menunjukkan bahwa polimorfisme ini juga digunakan untuk mengevaluasi konstribusi kandidat gen yang berpengaruh terhadap risiko insiden leukemia limfoblastik akut (LLA) pada anak-anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat profil polimorfisme C3435T pada 18 pasien anak-anak berumur kurang dari 3 tahun di RSCM yang menderita LLA menggunakan analisis PCR-RFLP dengan enzim restriksi MboI. Sebanyak 3 (16.67%) sampel LLA, dapat terdigesti dan 15 (83,33%) sampel LLA tidak dapat terdigesti. Alel C yang ditandai dengan DNA yang terdigesti mengindikasikan ekspresi p-gp yang tinggi (overekspresi) yang dapat mengeliminasi obat anti leukemia yang mengakibatkan prognosis buruk. Sedangkan, DNA yang tidak terdigesti (alel T) ditemukan banyak pada populasi pasien anak berumur kurang dari 3 tahun yang menderita LLA dibandingkan alel C sehingga diasosiasikan dengan insiden LLA. Kesimpulannya, persentase alel T pada pasien LLA berumur kurang dari 3 tahun di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM lebih besar (83,33%) dibandingkan alel C (16,67%).


ABSTRACT

The Multiple Drug Resistance 1 (MDR1) gene codes for P-glycoprotein (P-gp) is an ATP-dependent efflux pump which has great importance in elimination of several important drugs and xenobiotics. It has been shown to be polymorphic. Among the multiple variants of the MDR1 gene, a silent polymorphism, namely C3435T, has been shown to modulate the metabolization and thus the response to the drug or xenobiotic substrates for P-gp such as steroid, antracycline and vinca alkaloid which associated with drug resistance mechanism. In many studies this polymorphism also can be used to evaluate the contribution of candidate gene to the understanding genetic susceptibility to childhood acute lymphoblastic leukemia (ALL). Our study was an attempt to analyze the MDR1 gene polymorphism profile. We screened for the C3435T polymorphism 18 children under 3 years old with ALL, using PCR-RFLP assay with MboI as the restriction enzyme. We found 3 (16,67%) ALL samples, were digestable and 15 (84,33%) ALL samples were undigestable. C allele which is associated with the digestable DNAs, indicated with high expression p-gp might be eliminating antileukemic drug resulting in high risk diagnosis. On the other hand, the undigestable DNAs (T allele) were found abundant in patients and might to be associated with the incidence of ALL. In conclusion, the T allele percentage on ALL patients under 3 years old in Cipto Mangunkusumo Hospital were found higher (83,33%) compared to the C allele (16,67%).

"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Christian Badia
"Polimorfisme gen multidrug resistance (MDR1) C3435T mempengaruhi ekspresi Pglikoprotein (P-gp), dimana P-gp ini merupakan produk dari gen MDR1 yang berperan penting dalam absorbsi, distribusi, metabolisme, eliminasi (ADME) dan efluks substrat P-gp, serta perlawanan terhadap xenobiotik penyebab kanker.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil polimorfisme gen MDR1 C3435T pada anak berumur lebih dari 3 tahun dengan leukemia limfoblastik akut di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi DNA genomik sebanyak 26 sampel darah pasien leukemia limfoblastik akut dan dianalisis dengan metode PCR-RFLP menggunakan enzim MbOI. Pembawa alel C pada penderita leukemia limfoblastik akut yang berumur lebih dari 3 tahun berjumlah 4 sampel (15,38 %) dan pembawa alel T berjumlah 22 sampel (84,62 %).

Polymorphisms of multidrug resistance gene (MDR1) C3435T affects the expression of P-glycoprotein (P-gp), where P-gp is a product of the MDR1 gene that plays an important role in the absorption, distribution, metabolism, elimination (ADME) and efflux of P-gp substrate, as well as resistance to xenobiotics cause cancer.
The purpose of this study was to determine the C3435T MDR1 gene polymorphism profiles in children older than 3 years with acute lymphoblastic leukemia at the Department of Pediatrics Cipto Mangunkusumo Hospital. This research was carried out with genomic DNA extraction were 26 blood samples of acute lymphoblastic leukemia patients and analyzed by PCR-RFLP using the enzyme MboI. Carriers of the C allele in patients with acute lymphoblastic leukemia are older than 3 years are 4 samples (15.38%) and T allele carriers totaling 22 samples (84.62%).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn Yuliusman
"Penderita LLA yang berusia tiga hingga sembilan tahun memiliki risiko standar mengalami resistensi terhadap kemoterapi dan risiko rendah mengalami kekambuhan penyakit. Salah satu penyebab resistensi terhadap kemoterapi ini adalah ekspresi gen MDR1 C3435T. Penderita LLA anak di RSCM memiliki frekuensi alel T yang lebih banyak dibandingkan alel C. Penelitian ini ingin mengetahui tinggi rendahnya ekspresi gen MDR, dihubungkan dengan faktor risiko usia dan frekuensi tiap alel polimorfisme gen MDR1 C3435T. Analisis ekspresi gen dilakukan pada 30 pasien penderita LLA anak yang berusia tiga hingga sembilan tahun di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM dan 1 non penderita sebagai pembanding. Tinggi rendahnya ekspresi gen MDR1 dianalisis menggunakan metode 5? nuclease assay dengan alat RT-PCR pada cDNA penderita. Optimasi metode analisis yang dilakukan memberikan hasil bahwa jumlah cDNA yang optimal adalah 4.800 ? 9.600 ng per 20 µl reaksi. Analisis ekspresi gen yang dilakukan menggunakan metode komparatif memperlihatkan bahwa sebanyak 21,875% penderita memiliki ekspresi gen MDR1 relatif lebih tinggi serta 78,125% penderita memiki ekspresi gen MDR1 relatif lebih rendah dibandingkan dengan non penderita. Hal ini sesuai dengan tingginya jumlah alel T dan faktor risiko berupa usia penderita.

Three to nine years old ALL patients associated by having standard risk to get chemoteraphy resistance and low risk to relapse. The main cause of the chemoteraphy resistance is the presence of MDR1 gene?s polymorphism, C3435T. Previous research showed that T allel?s frequency was greater than C allel?s in children with ALL in Cipto Mangunkusumo hospital. This research purpose is to link the MDR1 gene?s expression, it?s polymorphic allel frequency and age risk factor. MDR1 gene expression was assessed in 30 ALL patients whose age between 3 and 9 years old in Pedriatric Department Cipto Mangunkusumo Hospital and 1 healthy subject for reference. The gene expression analysis was done with 5? nuclease assay method using RT-PCR in patient?s cDNA. The optimized method used 4.800 ? 9.600 ng cDNA in 20 µl reaction. A relatively high gene expression was possessed by 21,875% patients while the other 78,125% patients own a relatively low gene expression compared to the reference sample. For conclusion, the high T allel frequency and the age of the patients predispose their lower gene expression.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Adinda Azzahra, auhtor
"Pasien anak leukemia limfoblastik akut (LLA) berusia kurang dari tiga tahun yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), diketahui berisiko tinggi mengalami relaps LLA yang diduga terkait dengan ekspresi P-gp oleh gen MDR1 dan berfungsi sebagai pompa efluks ATP-dependent dari beberapa substansi termasuk obat dan xenobiotik, termasuk alkaloid vinka vinkristin yang merupakan obat untuk terapi LLA. Ekspresi P-gp dapat diketahui melalui pengukuran ekspresi gen MDR1 dari sampel cDNA dari mRNA limfosit menggunakan RealTime-PCR dengan kondisi yang optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi RealTime-PCR yang optimal untuk menganalisis ekspresi gen MDR1 pada sampel cDNA dari mRNA limfosit dan untuk mengetahui hasil analisis ekspresi gen MDR1 pasien anak leukemia limfoblastik akut berusia kurang dari tiga tahun di RSCM. Kondisi optimal RealTime-PCR untuk analisis ekspresi gen MDR1 pada pasien anak LLA berusia kurang dari tiga tahun didapatkan dengan menggunakan konsentrasi sampel cDNA sebesar 386,36 ± 38,63 ng/µl. Sebanyak16,67% pasien anak LLA berusia kurang dari tiga tahun di RSCM memiliki ekspresi gen MDR1 yang berlebih serta 83,33% pasien lebih rendah, dibandingkan dengan kontrol referens.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) paediatric patients aged under three year old which were under chemotherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), known to have high risk in ALL relapse which is likely related to P-gp expression by MDR1 gene, an ATP-dependent efflux pump of some substances, such as some drugs and xenobiotics, including vinca alcaloid vincristine that is used in ALL therapy. The expression of P-gp can be determined by measuring the expression of MDR1 gene in cDNA sample derived from lymphocitic mRNA using an optimal condition of RealTime-PCR. The purpose of this research is to determine an optimal condition of RealTime-PCR for analyzing MDR1 gene expression in cDNA sample derived from lymphocitic mRNA and to analyze MDR1 gene expression in ALL paediatric patients aged under three-year-old at RSCM. The optimal condition of RealTime-PCR for analyzing MDR1 gene expression is by using concentration 386,36 ± 38,63 ng/µl of cDNA sample for analysis. Around16,67% ALL paediatric patients aged under three-year-old in RSCM show higher of MDR1 gene expression while 83,33% patients show lower of MDR1 gene expression, compared to reference control.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadila
"Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paruparu. Lamanya pengobatan tuberkulosis yang berlangsung minimal 6 bulan serta efek samping yang ditimbulkan menyebabkan tidak patuhnya pasien menjalani pengobatan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan obat antituberkulosis dan melihat hasil pengobatan dengan menggunakan obat antituberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari 2014 ? Oktober 2015. Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik retrospektif dan mengevaluasi catatan rekam medis dari 223 pasien tuberkulosis paru dengan kasus baru.
Analisis dilakukan pada 223 pasien dimana jumlah penderita perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki yaitu sebesar 53% dan paling banyak diderita oleh pasien dengan umur produktif yaitu pasien dengan rentang umur 46-55 tahun dan pasien dengan rentang umur 26-35 tahun. Sesuai dengan Pedoman Nasional Pengobatan Tuberkulosis, jenis OAT (Obat Antituberkulosis) yang paling banyak digunakan adalah OAT-KDT sebanyak 99,1% dan hanya 0,9% yang menggunakan OAT-Lepasan karena pasien memiliki riwayat hepatotoksis. 49,8% pasien yang menjalani pengobatan selama ≥ 6 bulan dan 43% pasien mendapatkan pengobatan secara rasional. 95% pasien menjalani pengobatan ≥ 6 bulan mendapatkan pengobatan lengkap, dan 95% pasien menjalani pengobatan < 6 bulan merupakan pasien putus berobat.

Tuberculosis (TB) is a contagious infectious disease caused by M. tuberculosis that can affect various organs, especially the lungs. The duration of treatment for tuberculosis at least 6 months. Side effects caused disobedience by patients undergoing treatment. The purpose of this study is to evaluate the use of antituberculosis medicines and see the results of treatment using anti-tuberculosis medicines in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo the period January 2014 - October 2015. This research method is a descriptive analytic retrospective and evaluate the medical record of 223 patients with new cases of pulmonary tuberculosis.
Analysis was conducted on 223 patients in which the number of female patients is higher than in men that is equal to 53% and most suffered by patients with productive age in which patients with a lifespan of 46-55 years and patients with a lifespan of 26-35 years. In accordance with the National Guidelines for Treatment of Tuberculosis, the most widely used the OAT-KDT as much as 99.1% and only 0.9% using OAT-Removable because the patient had a history of hepatotoxic. 49.8% of patients undergoing treatmen't 6 months and 43% of patients receiving treatment in a rational way. 95% of patients undergoing treatment ≥ 6 months get a complete treatment, and 95% patients undergoing treatment < 6 months patients defaulting treatment.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binerta Bai Agfa
"Angka kejadian bedah caesar di seluruh dunia terus meningkat setiap tahun. Namun, angka risiko kematian pasca bedah caesar sangat tinggi akibat infeksi. Pemakaian suatu jenis antibiotik profilaksis pada sebagian kasus bedah caesar telah terbukti dapat mengurangi kejadian infeksi luka operasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik profilaksis serta kerasionalan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah caesar di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2015.
Penelitian dilakukan secara observasional dengan menggunakan metode deskriptif dan data diperoleh dari rekam medis pasien secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dinilai dari ketepatan pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu pemberian dan tanpa infeksi luka operasi.
Pasien yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian sebanyak 245 pasien. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah sefazolin (72,66%). Pada penelitian terdapat pasien bedah caesar yang menerima antibiotik profilaksis 100% tepat pasien, 100% tepat indikasi, 98,78% tepat obat, 98,37% tepat dosis dan 72,24% tepat waktu pemberian, serta 98,37% tanpa infeksi luka operasi. Penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar terbukti 72,24% pasien menunjukkan kerasionalan.
The number of caesarean section in all over the world continue to increase each year. But the rate of post caesarean section risk of death is very high due to infection. The use of a type of antibiotics prophylaxis in some cases of caesarean section has been proven to reduce the occurrence of surgical site infection. The purpose of this study was to know the image of antibiotic prophylaxis and the rationality of antibiotic prophylaxis on caesarean section patients in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2015.
This study was conducted in observation using descriptive method and the data is acquired from medical record investigation retrospectively. Data were collected using purposive sampling technique. Rational use of antibiotics assessed evaluation of the appropriate patient, appropriate indication, appropriate drug, appropriate dose, appropriate time and without the provision of surgical site infection.
Eligible patients as subjects of research were 245 patients. Data obtained showed that the most common kind of antibiotic prophylaxis that being used is cefazoline (72.66%). In this study were caesarean patients who received antibiotic prophylaxis showed 100% appropriate patient, 100% appropriate indication, 98.78% appropriate drug, 98.37% appropriate dose, 72.24% appropriate time and 98.37% no surgical site infection. The usage of antibiotic prophylaxis in patients with proven 72.24% caesarean section patients showed rationality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>