Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okky Rizki Rohayat
"Dalam studi ini, penerapan metode analisis diagram polar impedansi dan splitting curve data magnetotellurik (MT) Lapangan Panas Bumi Wayang Windu bagian selatan adalah untuk mendeteksi struktur geologi bawah permukaan dan juga untuk mengetahui apakah metode ini dapat diterapkan pada area tersebut. Analisis ini dilakukan dengan membuat pemodelan forward terlebih dahulu sebagai acuan.
Hasil dari pemodelan forward menunjukkan bahwa adanya perbedaan resistivitas dua batuan atau lebih yang mengalami kontak akan menyebabkan split pada kurva MT dan distorsi pada bentuk diagram polar impedasi yang membentuk elongasi sejajar atau tegak lurus terhadap struktur (garis kontak). Struktur ini dikomparasi dengan data geologi, data hiposenter microearthquake, dan data sumur.
Hasil komparasi menunjukkan bahwa terdapat empat struktur hasil interpretasi data MT yang memiliki kecocokkan dengan struktur geologi dari data geologi dan sumur, dan beberapa struktur tidak memiliki kecocokkan atau hanya merupakan resistivity structure. Di sisi lain, metode ini dapat memprediksi arah dominan struktur geologi pada area penelitian.

In this study, application of the impedance polar diagram and splitting curve analysis method on magnetotelluric (MT) data of southern Wayang Windu geothermal field are to detect subsurface geological structure and also to find out whether this method can be applied to this area. This analysis is done by making forward modelling as a reference.
The result of forward modelling shows that the difference in resistivity of two or more rocks in contact will cause a split on the MT curve and distortion in the shape of the impedance polar diagram forming parallel or perpendicular elongation to the structure (contact line). This structures are compared with geological data, microearthquake hypocenter data, and well data.
The comparation results show that four structures of MT data interpretation results have correlation with the geological structure of the geological and well data, and some structures do not have correlation or merely resistivity structures. On the other hand, this method can predict the dominant direction of geological structure in the research area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T45112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhara Adhnandya Kumara
"Dewasa ini Indonesia tengah berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi untuk tujuan ketahanan energi nasional. Salah satu energi yang tengah diusahakan adalah energi baru dan terbarukan yang salah satunya adalah energi panas bumi. Untuk mencapai target ini, eksplorasi energi panas bumi perlu digencarkan. Dalam eksplorasi panas bumi, metode yang sering digunakan adalah metode magnetotellurik. Dalam melakukan survei magnetotellurik terdapat banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu desain survei. Salah satu parameter penting dalam proses akuisisi data adalah mengetahui jumlah dan jarak antar stasiun yang tepat untuk memberikan gambaran bawah permukaan terbaik. Jarak antar stasiun sebaiknya tidak terlalu besar, dikhawatirkan apabila terlalu besar resolusi yang didapatkan terlalu rendah dan juga terjadi ekstraplorasi pada saat pengolahan data. Namun, apabila membuat jarak terlalu rapat itu juga akan menguras biaya dan waktu selama pengukuran. Terutama dalam survei magnetotellurik, untuk mendapatkan data yang dalam diperlukan waktu pengukuran yang semakin lama. Biasanya dalam eksplorasi panas bumi, pengukuran data magnetotellurik dapat dilakukan hinnga 24 jam. Sehingga apabila semakin banyak titik yang diukur semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk mengukur. Pada saat ini, belum ada penelitian yang membahas berapa jarak optimum dalam akuisisi data magnetotelurik untuk eksplorasi panas bumi. Penggunaan jarak antar stasiun pada penelitian-penelitian sebelumnya sangatlah bervariatif. Hal ini tentunya berpengaruh pada gambaran sistem panas bumi hasil pengolahan data magnetotelurik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak antar stasiun yang paling optimum untuk eksplorasi pada lapangan panas bumi. Dimana penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan pemodelan kedepan (forward modelling) dan pemodelan inversi (inverse modelling). Dengan membuat beberapa model dan melakukan variasi jarak stasiun, jarak antar stasiun yang optimal dapat disimpulkan. Berdasarkan studi yang dilakukan diketahui bahwa dengan jarak 500-1000 meter untuk daerah interest sudah mampu menggambarkan batasan clay cap dengan baik sehingga jarak ini sudah optimum. Sementara itu, diluar daerah interest diperlukan beberapa stasiun pengikat dengan jarak 1000 meter. Dibandingkan dengan inversi 2D, inversi 3D mampu menggambarkan sistem dengan lebih baik.

Currently Indonesia is trying to meet energy needs for national energy security goals. One of the energies being consideredis new and renewable energy, one of which is geothermalenergy. To meet this goal, exploration for geothermalenergy need to be intensified. The geophysics method which usually used for geothermal energy exploration is the magnetotelluric method. One of the important parameters in the data acquisition is decidingthe number and spacing for eachstation to provide the best sub-surfaceimage. The distance between stations should not be too large, that caused the resolution obtained will betoo low and extrapolation also occurs when the data processing obtained. However, if the distance too denseit will also drain the cost and time during the measurement. Especially in magnetotelluric surveys, to obtain deep depthrequires a longer measurement time. Usually in geothermalexploration, measurement of magnetotelluric data can be done up to 24 hours. Thus, whenmore points are measured the longer the time needed to measure. At present, there is no research that discusses the optimum distance in magnetoteluric data acquisition for geothermal exploration. The use of distance between stations in previous studies ishighly varied. This certainly affects the imaging of the geothermal system resulting from the processing of the magnetoteluric data. This study aims to determine the most optimum distance between stations for exploration on geothermal fields. Where this research will be carried out by doing forward modeling and inverse modelling. By building several models and varied the station spacing, optimum spacing in geotermalarea could be concluded. The study result shown that the optimum spacing is 500-1000 meters for the interest zone, it is capable to delineate the Top of Resevoar. Moreover, outside the interest zone several stasion should be put with the station spacing for about 1000 meters. 3D inversion shown better result in the ability on mapping the system compared with 2D inversion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhara Adhnandya Kumara
"ABSTRAK
Saat ini Indonesia sedang berupaya memenuhi kebutuhan energi untuk kepentingan ketahanan energi nasional. Salah satu energi yang sedang diupayakan adalah energi baru dan terbarukan, salah satunya energi panas bumi. Untuk mencapai target tersebut, eksplorasi energi panas bumi perlu diintensifkan. Dalam eksplorasi panas bumi, metode yang sering digunakan adalah metode magnetotelurik. Dalam melakukan survey magnetotelluric, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam membuat desain survey. Salah satu parameter penting dalam proses akuisisi data adalah mengetahui jumlah dan jarak yang tepat antar stasiun untuk menghasilkan citra bawah permukaan yang terbaik. Jarak antar stasiun tidak boleh terlalu besar, dikhawatirkan resolusi yang didapat terlalu rendah dan terjadi ekstraplorasi pada saat pengolahan data. Namun, jika jarak terlalu sempit juga akan memakan biaya dan waktu selama pengukuran. Khususnya pada survei magnetotelluric, untuk mendapatkan data yang dalam dibutuhkan waktu pengukuran yang lebih lama. Biasanya dalam eksplorasi panas bumi, pengukuran data magnetotelurik dapat dilakukan hingga 24 jam. Sehingga jika semakin banyak titik yang diukur, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengukurnya. Saat ini belum ada penelitian yang membahas jarak optimum perolehan data magnetotelurik untuk eksplorasi panas bumi. Penggunaan jarak antar stasiun pada penelitian sebelumnya sangat bervariasi. Hal ini tentunya mempengaruhi gambaran sistem panas bumi yang dihasilkan dari pengolahan data magnetotelurik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak optimal antar stasiun untuk eksplorasi di lapangan panas bumi. Dimana penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan pemodelan maju (forward modelling) dan pemodelan inversi (inverse modelling). Dengan membuat beberapa model dan memvariasikan jarak antar stasiun maka dapat disimpulkan jarak optimal antar stasiun. Berdasarkan studi yang dilakukan diketahui bahwa jarak 500 - 1000 meter untuk area yang diinginkan mampu menggambarkan batas-batas clay cap dengan baik sehingga jarak tersebut optimal. Sedangkan di luar areal kepentingan diperlukan beberapa strapping station dengan jarak 1000 meter. Dibandingkan dengan inversi 2D, inversi 3D mampu mendeskripsikan sistem dengan lebih baik.
ABSTRACT
Currently, Indonesia is trying to meet energy needs for the benefit of national energy security. One of the energies that is being pursued is new and renewable energy, one of which is geothermal energy. To achieve this target, geothermal energy exploration needs to be intensified. In geothermal exploration, the method that is often used is the magnetoteluric method. In conducting a magnetotelluric survey, many things need to be considered in making a survey design. One of the important parameters in the data acquisition process is knowing the exact number and distance between stations to produce the best subsurface imagery. The distance between stations should not be too large, it is feared that the resolution obtained is too low and extraploration occurs during data processing. However, if the distance is too narrow it will also cost money and time during measurement. Especially in the magnetotelluric survey, it takes a longer measurement time to obtain the required data. Usually in geothermal exploration, the measurement of magnetoteluric data can be carried out for up to 24 hours. So that if the more points are measured, the longer it will take to measure it. Currently, there is no research that discusses the optimum distance to obtain magnetoteluric data for geothermal exploration. The use of the distance between stations in previous studies varies widely. This certainly affects the description of the geothermal system resulting from the processing of the magnetoteluric data. This study aims to determine the optimal distance between stations for exploration in geothermal fields. Where this research will be carried out by doing forward modeling (forward modeling) and inversion modeling (inverse modeling). By making several models and varying the distance between stations, it can be concluded that the optimal distance between stations. Based on the study conducted, it is known that the distance of 500 - 1000 meters for the desired area is able to describe the boundaries of the clay cap well so that the distance is optimal. Meanwhile, outside the area of ​​interest, several strapping stations with a distance of 1000 meters are required. Compared to 2D inversion, 3D inversion is able to describe the system better."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naraswari Probowati
"Menjadi suatu hal penting untuk melakukan manajemen monitoring lapangan panasbumi ldquo;H rdquo; yang telah produksi selama lebih dari 15 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi reservoir terutama zona uap selama tahun 2014 dan tahun 2015 menggunakan tomografi MEQ. Relokasi events menggunakan Hypoellipse terhadap data MEQ tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa events MEQ terdistribusi membentuk dua klaster yaitu klaster Utara dan Selatan. Events di klaster Utara berada pada elevasi 500m ASL hingga 2 km BSL dan di Selatan pada elevasi 2 - 4 km. Kedalaman events MEQ tahun 2015 ternyata lebih dangkal daripada events tahun 2014. Selanjutnya direlokasi melalui metode Double-Difference menggunakan TomoDD dengan proses inversi simultan dan re-modelling 3-D Vp, dan Vs menggunakan inputan 1-D velocity dari wilayah lokal yaitu 1.6.
Hasil relokasi menunjukkan peningkatan kualitas data dengan nilai residual waktu tempuh mendekati 0 detik. Diketahui dari hasil inversi, terlihat adanya perubahan posisi kedalaman yang dihasilkan oleh tomoDD rata - rata berpindah secara horizontal dan lebih dalam 500m. Hasil tomogram menunjukkan bahwa dugaan zona uap mulai muncul pada kedalaman 1km ASL di bagian Utara sekitar Gunung Gambung yang kemudian meluas hingga kedalaman 2km BSL dengan nilai Rasio Vp /Vs yang rendah sekitar 1.2 - 1.4 km/s.

It is important to monitoring management of the H geothermal field which has been produced steam over 15 years. This study aims to identify reservoir, especially steam zones during 2014 and 2015 using MEQ tomography. The relocation of events using Hypoellipse shows that MEQ events are distributed to form two clusters of North and South. Events in the Northern cluster are at 500m ASL elevation to 2 km BSL and in the South at 2 ndash 4 km BSL elevation. The depth of events MEQ 2015 was shallower than events in 2014 then relocated through the Double Difference method using TomoDD with a simultaneous inversion and re modelling 3 D Vp, and Vs using 1 D seismic velocity from the local region of 1.6.
The relocation result shows the improvement of data quality with residual value of travel time reach to 0 second. From the inversion result, there is a change of position of depth generated by tomoDD generally move horizontally and deeper 500m. The tomogram results show that alleged steam zones begin to appear at elevation of 1km ASL on the Northern part of Mount Gambung to a depth of 2 km bsl with a low Vp Vs ratio of 1.2 to 1.4 km s.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T49200
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library