Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 1999
922.97 KUL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aroman
"Banyak yang berpendapat bahwa pelayanan kepada masyarakat hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang dan jasa. Pendapat tersebut sebenamya kurang tepat, karena dalam kenyataannya pemerintah (organisasi publik) pun salah satu tugas pokoknya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service). Oleh karena itu organisasi publik pun perlu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
PeneUtian mi mencoba memusatkan kajian mengenai kinerja Suku Dinas (Sudin) Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Selatan dalam pelayanan pajak, khususnya pajak reklame, dengan menganalisis kinerja organisiasi, yaitu sejauhmana sasaran pemungutan pajak reklame yang ditetapakan dapat dicapai dan meneliti tingkat kepuasan pelanggan (Wajib Pajak) atas kualitas pelayanan pajak yang diberikan di organisasi ini. Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik aparat perpajakan perlu memahami konsep yang berkaitan dengan pelayanan prima/kualiias pelayanan.
Adapun tujuan dari penelitian Kinerja Sudin Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Selatan di bidang pelayanan pajak reklame dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai, dan untuk mengetahui kualitas pelayanan pajak reklame dengan meneliti aspek kepuasan pelanggan (WP).
Untuk mengukur tingkat kualitas pelayanan, penulis menggunakan mctode Servqual (service quality) yang dinyatakan oleh Zeithaml - Parasuraman dan Berry, menurut tiga penulis tersebut ada lima dimensi utama kualitas pelayanan, yaitu : tangibles (bukti fisik), reliability ( reliabilitas ), responsiveness ( daya tanggap ), assurance ( jaminan ), dan empathy ( empati ) sebagai indikator untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan.
Dalam penelitian ini teknis analisis data atau metode yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif dengan harapan kajian yang diperoleh diharapkan dapat mengembangkan konsep, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, kinerja oraganisasi Sudin Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Selalan dalam pencapaian sasaran pemungutan pajak reklame kurang efektif atau belum optimal. Sedangkan dilihat dari kualitas peiayanan terdapat kesenjangan dengan skor rata-rata - 1.089 dengan tingkat skor kepuaaan pelanggan (WP) mencapai 0.74 (74 %) dari skor harapan pelanggan (WP) . Dengan demikian Sudin Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Selatan belum dapat memberikan pelayanan pajak, khususnya pajak reklame sebagaimana yang diharapkan oleh pelanggan. Hal tersebut terjadi karena persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan masih lebih rendah dibandingkan dengan harapan pelanggan (WP), yaitu hanya 3.059 sedangkan harapan pelanggan mencapai 4.148.
Oleh karena itu Sudin Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta SeJatan harus mengurangi/menghilangkan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada dimensi-dimensi kualitas pelayanan, sehmgga kepuasan pelanggan meningkat yang pada akhimya sasaran organiasi secara keseluruhan, baik pencapaian sasaran pemungutan pajak maupun kualitas pelayanan yang diharapkan pelanggan (Wajib Fajak) dapat terpenuhi."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardian Wibowo
"Penelitian ini menelaah implementasi/penerapan kebijakan penanganan gelandangan di Kota Jakarta Timur. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan penanganan gelandangan yang diambil Pemerintah Kota Jakarta Timur dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa faktor/elemen tertentu. Menurut George C Edwards III, terdapat empat elemen yang memengaruhi penerapan kebijakan publik. Keempat elemen tersebut adalah communication, resources, dispositions, dan bureaucratic structure. Empat elemen yang dikemukakan Edwards III (1980) menjadi parameter yang dipergunakan dalam penelitian ini untuk menilai pelaksanaan kebijakan oleh Pemkot Jakarta Timur. Fakta-fakta di lapangan dikumpulkan menggunakan metode kualitatif, khususnya mengadopsi metode etnografi ?pencatatan terhadap penilaian, pendapat, maupun ungkapan narasumber; bahkan terlibat langsung dalam berbagai kegiatan subyek (manusia) penelitian?.
Penelitian menunjukkan bahwa empat elemen Edwards III, sadar atau tidak, telah dilaksanakan oleh Pemkot Jakarta Timur meskipun belum cukup sempurna. Namun, meskipun empat elemen tersebut dilaksanakan sepenuhnya, tetap tidak menjamin masalah kegelandangan akan tuntas. Masalah kegelandangan diyakini akan tuntas dengan memberdayakan gelandangan. Namun kebijakan pemberdayaan ini urung terlaksana karena isi kebijakan yang ada tidak mengarah pada pemberdayaan; sehingga, tentu saja, penerapan oleh aparat juga tidakmengarah ke sana.
Kesimpulan penelitian ini mengarah pada dua besaran pokok, yaitu (i) dari sisi teori sebagai parameter, empat elemen Edwards III tidak cukup mampu menjamin pelaksanaan kebijakan publik karena Edwards III melupakan elemen eksternal (externalities) dan elemen isi kebijakan itu sendiri; (ii) dari sisi pelaksanaan kebijakan sebagai subyek penelitian, kebijakan dan pelaksanaan kebijakan gagal mencapai hasil karena didesain tanpa memerhatikan faktor eksternal. Tindakan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah kegelandangan adalah membuat kebijakan dan melakukan tindakan (pelaksanaan) dengan memperhitungkan elemen eksternal, terutama urbanisasi. Tindakan terpenting terkait urbanisasi adalah melakukan pemerataan pembangunan di daerah daerah yang menjadi ?pemasok? gelandangan ke Jakarta Timur. Serta membuat program pelatihan gelandangan yang berorientasi productive value; dan bukan sekedar mengejar exchangeable force.

This study researches the implementation of homeless handling policy in the Jakarta Timur City. As a public policy, the handling of homeless policy taken by the Jakarta Timur City Government was carried out under consideration of certain factors/elements. According to George C. Edwards III, there are four elements affecting the implementation of public policy. Those four elements are communication, resources, dispositions, and bureaucratic structure. The four elements introduced by Edwards III (1980) became a parameter used in this study to value the implementation of the policy ran by the Jakarta Timur City Government. Facts were gathered using qualitative method, adopting the ethnographic method in particular ?noting down of evaluations, statements and expressions of the source; and even taking part on the research subject?s (person/human) activities-.
The research indicated that the four elements of Edward III, whether intended or unintended, had been implemented by the Jakarta Timur City Government, although it was still imperfect. Nevertheless, the fully implemented of the four elements would not guarantee to put the homelessness issue at its end. Homelessness issue is believed to be solved by empowering those without roof themselves. However this policy to empower has yet take place since the present policy was not targeted to empowering; therefore the implementation of the institution/apparatus/officer is certainly was not aiming there as well.
This research's conclusion is pointed towards two principals, i.e. (i) in theory as parameter, the four elements of Edward III could not ensure the implementation of public policy since Edward III disregarded external element (externalities) and element of the substance of policy itself; (ii) in implementation of the policy as subject of this research, policy and its implementation fail to accomplish since it was designed without consideration to external factors. Actions suggested to end the homelessness issue is to formulate policy and perform actions (implementations) by taking external element into consideration, especially urbanization. The utmost significant action related to urbanization is by equally developing the regions which had become ?suppliers? of homeless to Jakarta Timur, as well as creating courses for homeless people oriented more in productive value; instead only pursuing on exchangeable force."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25262
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syaufi Zahrah
"Prevalensi obesitas di Indonesia menunjukkan peningkatan yang bermakna dari tahun ke tahun, termasuk di dalamnya prevalensi obesitas sentral yang dapat diukur melalui lingkar pinggang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan energi total, asupan lemak, dan lingkar pinggang dengan kadar HbA1c pada obesitas. Penelitian dilakukan di kantor Balai Kota DKI Jakarta dari akhir bulan November sampai Desember 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling, didapatkan 47 subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Karakteristik subyek yang diambil adalah usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT). Variabel data yang diteliti adalah asupan energi total, asupan lemak, lingkar pinggang, dan kadar HbA1c.
Hasil penelitian didapatkan subyek terbanyak berusia antara 36-50 tahun (93,6%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 subyek (57,4%), dan sebanyak 35 subyek (74,5%) termasuk kategori obes I, karena sebagian besar subyek berada pada rentang usia 36 sampai 50 tahun, maka selanjutnya analisis data dan pembahasan dilakukan pada 44 subyek dengan rentang usia tersebut. Asupan energi total 32 subyek (72,7%) dibawah AKG (˂ 70% AKG). Median (min-maks) asupan energi total adalah sebesar 1225,8(766,0-4680) kkal. Sebagian besar subyek penelitian mengonsumsi lemak lebih dari persentase KET yang dianjurkan yaitu sebanyak 42 orang subyek (95,5%). Seluruh subyek laki-laki dan sebagian besar subyek perempuan (84%) memiliki LP lebih. Rerata kadar HbA1c pada subyek laki-laki adalah 6,3±0,2% dan perempuan 6,3±0,3%, dan hampir sebagian besar (68,2%) memiliki kadar HbA1c berisiko tinggi. Terdapat korelasi negatif tidak bermakna antara asupan energi total dengan kadar HbA1c pada subyek laki-laki (r=-0,15, p=0,536) dan korelasi positif tidak bermakna pada subyek perempuan (r=0,28, p=0,898). Korelasi negatif tidak bermakna dijumpai antara asupan lemak dengan kadar HbA1c pada seluruh subyek (r=-0,06, p=0,687). Korelasi positif tidak bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar HbA1c terdapat pada seluruh subyek (r=0,18, p=0,236).

The prevalence of obesity in Indonesia is increasing and also the prevalence of central obesity which can be measured by waist circumference. The aim of this cross sectional study was to find the correlation between total energy intake, fat intake, and waist circumference with HbA1c levels in obes subject. Data collection was conducted during November to December 2013 in the institution of Balaikota DKI Jakarta. The subjects was obtained by consecutive sampling, and 47 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The data collection were characteristics of the subjects including age, gender and body mass index (BMI), as well as total energy intake, fat intake, waist circumference, and HbA1c levels.
The results showed the highest age between 36-50 years (93.6%), majority of the subjects were female (57.4%), and catagorized as obese I (74.5%). Because most of the subjects were in the range of age 36 to 50 years, the data analysis and discussion conducted on 44 subjects. Most of the subject had total energy intake under RDI requirements, i.e., 13 people (68.4 %) of male and 19 subjects (76%) of female subjects. Most of the subjects (42 subjects, 95.5%) had fat intake over recommended percentage of total energy requirement. All of the male and most of female subjects (84%) have waist circumference greater than the normal criteria. Mean of HbA1c levels were 6.3±0.2%, for male subjects and almost the same levels for female subjects, while 68.2% of the subjects were categorized as high risk. The were no significant negative correlation between total energy intake and HbA1c levels in male subjects (r =-0.15, p=0,536) and no significant in female subjects (r=0.28, p=0.898). There were no significant negative correlation between fat intake and HbA1c levels in all subjects (r=-0.06, p=0.687), while non significant positive correlation between waist circumference and HbA1c levels were found in all subjects (r=0.18, p=0.236).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Puspita Rahayu
"Pencemaran air adalah permasalah lingkungan yang menjadi salah satu masalah utama didunia saat ini, karena dapat berbahaya bukan hanya pada manusia, akan tetapi berimbas juga terhadap hewan dan tumbuhan. Oleh sebab itu air limbah yang terdapat zat warna sintetis harus diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke badan air. Pada studi ini telah berhasil disintesis nanokomposit Selulosa/ZnO-FeOCl yang digunakan sebagai fotokatalis untuk mendegradasi limbah zat warna methylene blue. Penggunaan selulosa sebagai support katalis dapat meningkatkan proses adsorpsi sehingga proses fotokatalitik degradasi zat warna methylene blue lebih efektif dan dapat dikembangkan sebagai green katalis untuk pencemaran air dari zat warna sintetis. Nanokomposit Selulosa/ZnO-FeOCl dikarakterisasi dengan FTIR, UV-DRS, XRD, SEM, TEM, dan BET. Penggunaan FeOCl efektif dalam menurunkan energi band gap ZnO yaitu dari 3,22 eV menjadi 1,90 eV. Nanokomposit Selulosa/ZnO-FeOCl memiliki ukuran partikel sebesar 11,5134 nm dan luas permukaan sebesar 21,569 m2/g dapat mendegradasi pada kondisi optimum dengan massa nanokomposit 0,04 gr dan pH 10 selama 45 menit dibawah sinar tampak diperoleh sebesar 95,16%. Studi kinetika reaksi degradasi methylene blue menggunakan nanokomposit Selulosa/ZnO-FeOCl mengikuti pseudo orde pertama dan studi isoterm sesuai dengan model isoterm adsorpsi Langmuir yang menunjukkan proses kemisorpsi dan fotokatalisis.

Water pollution is an environmental problem that is one of the main problems in the world, because it can be harmful not only to humans, but also to animals and plants. Therefore, wastewater containing synthetic dyes must be treated first before flowing into water bodies. In this study, Cellulose/ZnO-FeOCl nanocomposite was successfully synthesized which was used as a photocatalyst to degrade methylene blue dye waste. The use of cellulose as a catalyst support can increase the adsorption process so that the photocatalytic degradation of methylene blue dye is more effective and can be developed as a green catalyst for water pollution from synthetic dyes. Cellulose/ZnO-FeOCl nanocomposites were characterized by FTIR, UV-DRS, XRD, SEM, TEM, and BET. The use of FeOCl is effective in reducing the ZnO band gap energy from 3.22 eV to 1.90 eV. Cellulose/ZnO-FeOCl nanocomposite has a particle size of 11.5134 nm and a surface area of 21.569 m2/g which can degrade under optimum conditions with a nanocomposite mass of 0.04 g and a pH of 10 for 45 minutes under visible light which is 95.16%. The study of the kinetics of the degradation reaction of methylene blue using the Cellulose/ZnO-FeOCl nanocomposite followed the pseudo first order and the isotherm study was in accordance with the Langmuir adsorption isotherm model which showed the chemisorption and photocatalysis processes. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmalia Hidayati
"Sebuah negara yang baik adalah negara yang menghargai jasa-jasa para pahlawanya. Untuk itu kita harus menjaga sejarah peninggalan masa lalu. Dengan menghargai jasa para pahlawan, kita dapat mempelajari nilai-nilai perjuangan mereka yang dapat berarti bagi kehidupan di masa yang akan datang. Namun sayangnya, benda-benda peninggalan bersejarah saat ini keadaannya memprihatinkan. Banyak yang mengalami kerusakan. Salah satu benda bersejarah adalah berupa bangunan kuno. Agar kerusakan tidak semakin parah, maka perlu dilakukan tindakkan pelestarian berupa perbaikan pada bagian yang mengalami kerusakan. Setelah diperbaiki, agar dapat tetap terjaga kelestariannya bangunan dapat dimanfaatkan kembali. Fungsi yang diterapkan harus disesuai dengan pola ruang yang sudah ada. Perbaikan serta perubahan yang dilakukan untuk penyesuaian dengan fungsi baru tidak boleh sampai menghilangkan sejarah dari bangunan tersebut. Dengan demikian maka nilai-nilai sejarah dapat tetap terjaga dan dilestarikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51619
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Citra Resmi
"Sambiloto atau Andrographis panniculata merupakan tanaman tradisional herbal yang yang banyak ditemui di Indonesia. Penelitian Biokimia tentang efek antioksidan zat berkhasiatnya belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aktivitas antimalaria ekstrak etanol sambiloto (EES) pada hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei melalui pengukuran kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH).
Metode: Mencit jantan galur Balb/c dengan berat 28-30 g, 7-8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Kelompok K: Kontrol, Kelompok A: kontrol negatif, Kelompok B: EES 2 mg/kgBB/hari selama 7 hari, C: klorokuin 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. MDA dan GSH diperiksa dengan metode spektrofotometri.
Hasil: Terlihat kadar MDA hati yang lebih rendah pada kelompok perlakuan EES dan klorokuin, walaupun tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p≥0,05). Pada kelompok B dan C terlihat peningkatan kadar GSH dibandingkan kelompok kontrol negatif, kenaikan ini mendekati kadar kelompok kontrol. Pada pengujian statistik, tidak terlihat perbedaan yang bermakna antara kelompok K, B dan C (p≥0,05).
Kesimpulan: EES dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan kadar GSH pda hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei, walaupun hasil ini belum bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif. Untuk aktivitas yang lebih signifikan di hati diperlukan pemberian EES dengan dosis yang lebih tinggi dari 2 mg/kgBB.

Andrographis paniculata is a traditional herb medicine usually used in Indonesia. The aim of this study were to determine the anti-malarial activity of ethanolic extract of sambiloto (EES) in Plasmodium berghei-infected mice through measuring the malondialdehyde MDA) and glutathione (GSH) levels.
Methods: Male mice (Balb/c strain) with weight 28-30 g, 7-8 weeks old, were randomly devided into 4 groups of 5 animals each. Group K: control (nil), Group A: negative control, and 2 treatment groups (B, C). Group B: EES 2 mg/kgBW, once per day for 7 days, and group C: chloroquine 10 mg/kgBW, once a day, for 3 days. All treatment was administered orally.
Results: MDA level of liver occurs lower in the EES and chloroquine treatment groups, although is not significant with negative control group (p ≥ 0.05). In B and C groups shown the increase of GSH liver level compared to the negative control group, but the level is approaching control group. On statistical analysis, there is no significant difference seen between the control, B and C groups (p ≥ 0.05).
Conclusion: EES can reduce MDA level and increased GSH level in mice liver infected with Plasmodium berghei, although this result is not significant compared to the negative control. For the significant effect, need further investigation to find the appropriate dose for hepar tissue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Narasati
"Salah satu tanaman herbal yang berkhasiat terhadap malaria adalah Sambiloto Andrographis panniculata Berm F Pada malaria terjadi peningkatan radikal bebas yang dapat merusak hati Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas hepatoprotektif sambiloto Andrographis paniculata Berm F terhadap mencit yang terinfeksi Plasmodium berghei secara in vivo Metode Mencit jantan galur Balb c dengan berat 28 30 g 7 8 minggu dibagi menjadi 4 kelompok secara acak dan tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit Kelompok K kontrol Kelompok A kontrol negatif Kelompok B ekstrak Andrographis 2 mg kgBB 1 kali per hari selama7 hari dan kelompok C klorokuin 10 mg kgBB sekali sehari selama 3 hari Seluruh perlakuan diberikan melalui oral
Hasil Hasil penelitian memperlihatkan terdapat penurunan kadar aktivitas spesifik GPT pada hati yang diberi perlakuan ekstrak etanol sambiloto EES dibandingkan dengan kontrol negatif walaupun penurunan ini secara statistik tidak bermakna p ge 0 05 pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei 5 8 1 6 vs 6 77 0 77 U mg protein jaringan hati Kesimpulan Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa EES memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar aktivitas spesifik GPT jaringan hati pada infeksi Plasmodium berghei namun pada dosis diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk memperlihatkan hasil yang lebih bermakna.

Andrographis panniculata Berm F is a traditional herb used for the treatment of malaria Malaria infection can cause liver cell damage The aim of the study was to determine the hepatoprotective effect of an ethanolic extract of Andrographis panniculata Burm F EAA against Plasmodium berghei infected mice Methods Male mice Balb c strain weighing 28 30 g 7 8 weeks old were randomly divided into 4 groups of 5 animals each Group K controls nil Group A negative controls and 2 treatment groups B and C Group B Andrographis paniculatas 2 mg kgBW once per day for 4 days and group C Chloroquine 10 mg kgBW once a day for 3 days All treatments administrated orally
Results The results showed a decrease of GPT levels activity of the liver treated extract compared to negative controls in mice infected by Plasmodium berghei although the decrease was not statistically significant 5 8 1 6 vs 6 77 0 77 U mg protein of liver tissue p ge 0 05 Conclusion Based on these result it is concluded that the EES has an influence on the GPT activity by decreased it in Plasmodium berghei infected mice but the appropriate doses needed to show a more effective results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rina Yunita
"ABSTRAK
Pendahuluan: Sambiloto atau Andrographis panniculata merupakan sebuah
tanaman herbal yang memiliki khasiat sebagai antimalaria dengan cara
meningkatkan kerja antioksidan dalam tubuh. Hati merupakan salah satu tempat
terjadinya fase perkembangan Plasmodium pada penyakit malaria. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis aktivitas antimalaria dari Ekstrak Etanol Sambiloto
(EES) pada mencit yang diiinfeksi Plasmodium berghei secara in vivo melalu
pengukuran kadar MDA dan aktivitas spesifik katalase jaringan hati.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental in vivo
menggunakan hewan coba mencit Balb/c. Metode penelitian dilakukan dengan
mengelompokkan mencit ke dalam empat kelompok yaitu kelompok kontrol yang
tidak diberi perlakuan, kelompok I yang diinduksi Plasmodium berghei tetapi
tidak diterapi, kelompok II yang diinduksi Plasmodium berghei dan diberi EES 2
mg/kgBB serta kelompok III yang diinduksi Plasmodium berghei dan diberi
klorokuin 10 mg/kgBB selama 3 hari. Analisis kadar MDA dilakukan dengan
metode Wills dan aktivitas spesifik katalase dengan metode Mates et al.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kadar MDA yang tidak
signifikan pada mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei dan diberi
ekstrak etanol sambiloto (EES) 2 mg/kgBB dibandingkan dengan kontrol negatif
(66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g jaringan hati). Namun pada kelompok
yang diberi perlakuan klorokuin juga terlihat penurunan kadar MDA yang tidak
signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69
nmol/g jaringan hati). Sedangkan aktivitas spesifik katalase kelompok yang diberi
EES menunjukkan peningkatan yang tidak berbeda bermakna dibandingkan
dengan kelompok kontrol (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg jaringan hati).
Begitupula dengan klorokuin yang menunjukkan peningkatan aktivitas spesifik
katalase yang tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol
(2,97 ± 1,53 vs 3,73 ± 1.56).
Kesimpulan: Pada kelompok dengan pemberian EES 2 mg/kgBB terjadi
penurunan kadar MDA serta peningkatan aktivitas spesifik katalase jaringan hati
mencit dibandingkan dengan kelompok negatif, tetapi secara statistik tidak
bermakna demikian pula dengan kelompok yang diberi klorokuin.

ABSTRACT
Introduction: Andrographis panniculata or Sambiloto is a herbal plant that has
antimalarial efficacy by increasing antioxidant in body. Liver is one of the places
for Plasmodium to develop themselves in malaria. This research aims to analyze
the activity of antimalarial from Sambiloto Ethanol Extract (SEE) in mice which
infected by Plasmodium berghei in vivo through the measurement of MDA level
and the specific activity of catalase in liver tissue.
Method: We used experimental in vivo as the reserach design, using balb/c. The
research design is done by grouping the mices into four groups which of the
untreated group, group I-induced by Plasmodium berghei but not treated, group
II-induced Plasmodium berghei and treated with SEE 2 mg/kg Body weight,
group III-induced Plasmodium berghei and treated with chloroquine with 10
mg/kg Body weight in three days. The MDA level analyze is done by the Wills
method and the specific activity of catalase with Mates et al method.
Result: The research result showed the decrease of MDA level which not
significant in mice that is infected by Plasmodium berghei and treated by SEE 2
mg/ kg BW compared to negative control (66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g
liver tissue). However, group that is infected by Plasmodium berghei and treated
by chloroquine also showed the decrease of MDA level which not significant
compared the negative control (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g liver tissue).
Instead, group which treated by SEE showed the increase in specific activity of
catalase compared with control (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Similarly with chloroquine group which showed an increase in specific activity of
catalase were not significantly different compared with the control group (2.97 ±
1.53 vs 3.73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Conclusion: Group that treated with SEE 2 mg/kg Body weight showed decrease
of MDA level and also the increase of catalase specific activity in mice liver tissue
compared negative control, but statistically not significant as well as the group
given chloroquine;Introduction: Andrographis panniculata or Sambiloto is a herbal plant that has
antimalarial efficacy by increasing antioxidant in body. Liver is one of the places
for Plasmodium to develop themselves in malaria. This research aims to analyze
the activity of antimalarial from Sambiloto Ethanol Extract (SEE) in mice which
infected by Plasmodium berghei in vivo through the measurement of MDA level
and the specific activity of catalase in liver tissue.
Method: We used experimental in vivo as the reserach design, using balb/c. The
research design is done by grouping the mices into four groups which of the
untreated group, group I-induced by Plasmodium berghei but not treated, group
II-induced Plasmodium berghei and treated with SEE 2 mg/kg Body weight,
group III-induced Plasmodium berghei and treated with chloroquine with 10
mg/kg Body weight in three days. The MDA level analyze is done by the Wills
method and the specific activity of catalase with Mates et al method.
Result: The research result showed the decrease of MDA level which not
significant in mice that is infected by Plasmodium berghei and treated by SEE 2
mg/ kg BW compared to negative control (66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g
liver tissue). However, group that is infected by Plasmodium berghei and treated
by chloroquine also showed the decrease of MDA level which not significant
compared the negative control (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g liver tissue).
Instead, group which treated by SEE showed the increase in specific activity of
catalase compared with control (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Similarly with chloroquine group which showed an increase in specific activity of
catalase were not significantly different compared with the control group (2.97 ±
1.53 vs 3.73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Conclusion: Group that treated with SEE 2 mg/kg Body weight showed decrease
of MDA level and also the increase of catalase specific activity in mice liver tissue
compared negative control, but statistically not significant as well as the group
given chloroquine;Introduction: Andrographis panniculata or Sambiloto is a herbal plant that has
antimalarial efficacy by increasing antioxidant in body. Liver is one of the places
for Plasmodium to develop themselves in malaria. This research aims to analyze
the activity of antimalarial from Sambiloto Ethanol Extract (SEE) in mice which
infected by Plasmodium berghei in vivo through the measurement of MDA level
and the specific activity of catalase in liver tissue.
Method: We used experimental in vivo as the reserach design, using balb/c. The
research design is done by grouping the mices into four groups which of the
untreated group, group I-induced by Plasmodium berghei but not treated, group
II-induced Plasmodium berghei and treated with SEE 2 mg/kg Body weight,
group III-induced Plasmodium berghei and treated with chloroquine with 10
mg/kg Body weight in three days. The MDA level analyze is done by the Wills
method and the specific activity of catalase with Mates et al method.
Result: The research result showed the decrease of MDA level which not
significant in mice that is infected by Plasmodium berghei and treated by SEE 2
mg/ kg BW compared to negative control (66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g
liver tissue). However, group that is infected by Plasmodium berghei and treated
by chloroquine also showed the decrease of MDA level which not significant
compared the negative control (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g liver tissue).
Instead, group which treated by SEE showed the increase in specific activity of
catalase compared with control (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Similarly with chloroquine group which showed an increase in specific activity of
catalase were not significantly different compared with the control group (2.97 ±
1.53 vs 3.73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Conclusion: Group that treated with SEE 2 mg/kg Body weight showed decrease
of MDA level and also the increase of catalase specific activity in mice liver tissue
compared negative control, but statistically not significant as well as the group
given chloroquine"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryogi Rama Putra
"Latar belakang: Bayamduri (Amaranthus spinosus L.) adalah herbal tradisional yang digunakan untuk pengobatan malaria dan belum banyak data penelitian tentang ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas skizontisidal ekstrak air bayam duri (Amaranthus spinosus L) (EABD) terhadap mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei secara in vivo.
Metode: Mencit jantan (galur Balb/c) dengan berat 28-30 g, 7-8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Kelompok K: kontrol, Kelompok A: kontrol negatif, 2 Kelompok perlakuan (B dan C). Kelompok B: ekstrak Amaranthus 120 mg/kgBB, 1 kali per hari selama 4 hari. dan kelompok C: klorokuin 10 mg/kgBB sekali sehari selama 3 hari. Seluruh perlakuan diberikan melalui oral.
Hasil: Aktivitas skizontisidal darah terlihat pada semua kelompok perlakuan (B dan C), Aktivitas tertinggi terlihat pada kelompok B yaitu 91,20 ± 0,73 %, sedang kelompok C sebesar 88,92 ± 1,10 %. Kedua kelompok berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kontrol, p≤0,05, namun kedua kelompok tidak berbeda bermakna satu sama lain, p≥0,05. Terjadi peningkatan berat badan pada kelompok EABD yang hampir sama dengan kelompok kontrol dan lebih besar dibanding kelompok klorokuin (7,6 % vs 7,05% dan 5,48%).
Kesimpulan: Ekstrak air bayam duri (Amaranthus spinosus) (EABD) dosis 120 mg/kgBB menunjukkan aktivitas skizontisidal darah yang sama baik dengan pemberian klorokuin 10 mg/kgBB terhadap mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei secara in vivo.

Background: Amaranthus spinosus is a traditional herb used for the treatment of malaria, but the information of it?s activity still limited. The aim of this study was to determine the schizonticidal effect of a water extract of Amaranthus spinosus against Plasmodium berghei-infected mice.
Methods: Male mice (Balb/c strain) weighing 28-30 g, 7-8 weeks old, were randomly devided into 4 groups of 5 animals each. Group K: controls (nil), Group A: negative controls, and 2 treatment groups (B and C). Group B: Amaranthus 120 mg/kgBW, once per day for 4 days and group C: Chloroquine 10 mg/kgBW, once a day for 3 days. All treatments administrated orally.
Results: Blood schizonticidal activity was seen in all treatment groups, the highest activity was seen in group B ( 91.20 ± 0.73%), and group C was 88.92 ± 1.10%. Both groups were significantly different compared to control, p≤0,05), but there were no different within both group. An increase in body weight in group B are almost the same as group K and greater than group C (7.6% vs 7.05% and 5.48%).
Conclusion: The Amaranthus spinosus water extract (ASWE) at a dose 120 mg/kgBW demonstrated a good blood schizonticidal activity as well as chloroquine against Plasmodium berghei-infected mice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>