Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risa Kartika Rifqi
"Media sosial merupakan salah satu medium yang digunakan jasa pacar sewaaan untuk menjalankan bisnisnya. Di Indonesia, memiliki pasangan sering kali diarahkan pada hubungan heteronormatif antara laki-laki dan perempuan. Pandangan terhadap pasangan nonheteroseksual di Indonesia masih menjadi sesuatu yang tabu dan kontroversial—terutama dalam konteks pacar sewaan. Penelitian ini melihat bagaimana jasa pacar sewaan melanggengkan maupun menegosiasikan konstruksi heteronormativitas di Indonesia. Dengan menggunakan metode kajian tekstual, penelitian ini menganalisis beberapa akun penyedia jasa pacar sewaan di beberapa media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan X. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana konstruksi heteronormativitas dilanggengkan, diromantisasi, dan dinegosiasikan oleh jasa pacar sewaan. Hasil penelitian menunjukkan jasa pacar sewaan mengafirmasi atribut-atribut maskulinitas dan feminitas melalui penggambaran talent pacar sewaan di akun media sosial mereka. Hasil analisis lainnya menunjukkan bahwa kehadiran jasa pacar sewaan dapat menjadi ruang negosiasi atas konstruksi heterenormativitas.

Social media is one of the mediums used by rental girlfriend/boyfriend services to run their business. In Indonesia, having a partner is often directed at a heteronormative relationship between a man and a woman. The view of nonheterosexual couples in Indonesia is still taboo and controversial—especially in the context of rental girlfriends. This study examines how rental girlfriend services perpetuate and negotiate the construction of heteronormativity in Indonesia. Using a textual study method, this study analyzed several accounts of rental girlfriend service providers on several social media, such as TikTok, Instagram, and X. This study aims to explore how the construction of heteronormativity is perpetuated, romanticized, and negotiated by rental girlfriend services. The results of the study show that rental girlfriend services affirm the attributes of masculinity and femininity through the depiction of rental girlfriend talents on their social media accounts. Other analysis results show that the presence of rental girlfriend services can be a space for negotiation of the construction of heteronormativity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadhia Aisyah Putri
"Portal berita digital Tempo sebagai pers atau media massa memiliki citra yang dipengaruhi oleh pembingkaian sebuah topik berita bertagar demonstrasi dengan kosakata yang saling berhubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan medan makna dari kata demonstrasi dan menjelaskan wujud penggunaan kosakata yang berasosiasi dengan kata demonstrasi berdasarkan konteks dari data artikel. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualitatif yang dilakukan dalam beberapa langkah menggunakan aplikasi Antconc dan dikaji berdasarkan pendekatan deskriptif interpretatif. Teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini terdiri dari teori yang berkenaan dengan semantic field, yakni Weissgerber (1962) dan Seven Types of Meaning dari Geoffrey Leech (1981). Hasil penelitian ini memberikan klasifikasi dalam medan makna kata demonstrasi, yakni kata protes dan massal. Klasifikasi tersebut membentuk kategori yang berkaitan dengan demonstrasi, yakni bentuk tindakan dan pelaku. Kategori yang terbentuk menjadi makna yang terhimpun dalam kata demonstrasi memberikan keterangan asosiasi pada daftar kosakata yang dihadirkan. Terdapat 41 konteks pada tujuh daftar kosakata yang mengandung makna asosiatif. Makna tersebut memberikan bukti citra yang lugas dan objektif dalam pemberitaan Tempo.

empo as a digital news portal has a reputation shaped by framing news topics as demonstrations with interrelated vocabulary. This paper aims to describe the semantic field of the word demonstration and to explain the forms of vocabulary usage that are associated with demonstration based on the context found in article data. This research uses the qualitative method with the help of Antconc application and analysed through a descriptive interpretative approach. The theories used are based on Weissgerber (1962) which are categorised as theories of semantic fields and Seven Types of Meaning by Geoffrey Leech (1981). The finding will reflect the classification of semantic fields for the word demonstration into the categories of protest and mass. These classifications would form categories related to demonstrations, for in instance, forms of actions and perpetrators. The said categories sum up the meanings associated with the word demonstration, providing details on the vocabulary’s associative lists. There are a total of 41 contexts across seven vocabulary lists that contain associative meanings. These meanings provide evidence of Tempo’s straightforward and objective reporting."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Eka Junianto
"Minat masyarakat Indonesia terhadap budaya Jepang khususnya anime semakin meningkat seiring kemajuan teknologi digital. Pada tahun 2022, berdasarkan tools google trends, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan pencarian terbanyak terkait anime Jepang. Hal tersebut menjadi salah satu alasan banyaknya media dan berita online yang mengatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah Wibu terbanyak di dunia. Wibu merupakan istilah yang merujuk pada seseorang yang berada di luar Jepang, tetapi menyukai bahkan cenderung terobsesi dengan budaya negeri tersebut. Adanya fenomena Wibu di Indonesia sering disalahmaknakan sebagai Japanofilia oleh sebagian besar masyarakat. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti menemukan adanya konstruksi yang membentuk stereotipe Wibu di Indonesia. Salah satu stereotipe Wibu yang ditemukan peneliti antaralain “Wibu bau bawang”, “Wibu Nolep”, dan “Wibu mesum” yang sempat populer beberapa tahun lalu. Adapun, konstruksi tersebut banyak ditemukan peneliti dalam berbagai media sosial digital khususnya YouTube sebagai media sosial yang dianggap paling informatif di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menganalisis konstruksi stereotipe Wibu berdasarkan data yang diambil dari Youtube dan media daring lainnya. Dalam melakukan penelitian penliti menggunakan metode etnografi digital untuk mengumpulkan data. Melalui pendekatan kultural studi, penelitian ini mencoba menjabarkan konstruksi Wibu Indonesia melalui video - video di Youtube sebagai proses fenomena budaya di era globalisasi. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan peran YouTube dalam membentuk konstruksi stereotipetis Wibu di Indonesia sekaligus menjadi media negosiasi terhadap budaya tersebut.

Indonesian people's interest in Japanese culture, especially anime, is increasing along with advances in digital technology. In 2022, based on Google Trends tools, Indonesia will be ranked third as the country with the most searches related to Japanese anime. This is one of the reasons why many media and online news say that Indonesia is one of the countries with the highest number of Wibu in the world. Wibu is a term that refers to someone who is outside Japan, but likes and even tends to be obsessed with the culture of that country. The existence of the Wibu phenomenon in Indonesia is often misinterpreted as Japanophilia by most people. Based on this phenomenon, researchers found that there are constructions that form the stereotype of Wibu in Indonesia. One of the Wibu stereotypes found by researchers includes "Wibu smells of onions", "Wibu Nolep", and "Wibu perverted" which were popular several years ago. Meanwhile, researchers have found this construction in various digital social media, especially YouTube, as the social media that is considered the most informative in Indonesia. Therefore, this research will analyze the construction of the Wibu stereotype based on data taken from YouTube and other online media. In conducting research, researchers use digital ethnographic methods to collect data. Through a cultural study approach, this research tries to explain the construction of Indonesian Wibu through videos on YouTube as a cultural phenomenon process in the era of globalization. Based on this research, researchers discovered the role of YouTube in forming the stereotypical construction of Wibu in Indonesia as well as being a media for negotiating this culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kitra Desnika
"Photocard merupakan salah satu elemen dari merchandise yang banyak dikonsumsi oleh penggemar. Photocard memiliki keunikan ketika penggemar mengonsumsi, merawat, dan memperlakukannya. Selain harus dijaga dengan sangat baik, photocard juga diperlakukan seperti elemen yang hidup dan photocard juga mampu menjadi jembatan untuk pembentukan gambaran diri dari penggemar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana photocard bukan hanyalah barang biasa, tetapi juga barang yang dapat memberikan pengaruh dan arti tersendiri kepada penggemar melalui perspektif mediated intimacy dan self-presentation. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi digital. Data-data terkait dikumpulkan melalui platform media sosial Tik Tok dan wawancara dengan beberapa responden yang merupakan penggemar sekaligus kolektor photocard.

Photocards are one of the merchandise elements that are widely consumed by fans. Photocards have the uniqueness when it comes to how the fans consume, maintain, and treat it. Besides having to be maintained highly well, photocards are also treated like living elements and photocards are also able to become a bridge for the self-image formation of fans. This study aims to see how photocards are not just regular items, but also the items that could give effect and meaning to the fans through the perspective of mediated intimacy and self-presentation. This study uses a qualitative method with a digital ethnographic approach. Related data was collected through a social media platform namely TikTok and interviews with several respondents who are K-Pop fans and at once photocards collectors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Firdausa
"Iluminasi dalam naskah Betawi koleksi Cohen Stuart (CS) memiliki karakteristik dan fungsi tertentu. Karakteristik dan fungsi tersebut dapat mengungkap akulturasi dan sudut pandang masyarakat terhadap seni. Berkaitan dengan hal tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana karakteristik dan fungsi iluminasi dalam naskah-naskah Betawi koleksi CS menggambarkan kontak budaya serta pandangan masyarakat Betawi terhadap seni pada abad ke-19. Penelitian ini bertujuan mengungkap aspek sosial budaya yang terdapat dalam iluminasi naskah-naskah Betawi koleksi CS melalui analisis karakteristik dan fungsi. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kodikologi dan fungsionalisme seni Feldman (1967) dan Young (2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik utama dari iluminasi naskah Betawi koleksi CS adalah kesederhanaan. Selain itu, iluminasi-iluminasi tersebut juga dibentuk dari perpaduan motif floral dan geometris, serta dibuat dengan warna-warna tertentu, yakni merah, biru, kuning, dan hitam. Karakteristik-karakteristik tersebut mengungkap adanya beberapa khazanah budaya di dalam iluminasi naskah-naskah Betawi koleksi CS, yaitu budaya Betawi, Cina, Arab, dan India. Di samping itu, diketahui bahwa iluminasi dalam naskah-naskah tersebut memiliki fungsi personal dan fungsi sosial. Penelitian ini dapat menambah cara pandang baru terhadap iluminasi dan berkontribusi melengkapi referensi mengenai Betawi yang belum banyak ditemukan.

Betawi manuscripts illumination in Cohen Stuart collection have certain characteristics and functions. These characteristics and functions can reveal acculturation and peoples perspective on art. Related to this, this study discusses how Betawi manuscripts illuminations’ characteristics and functions in CS collection describe cultural contact and Betawinese perspective on art in 19th century. Based on these, the aim of this study is to explain socio-cultural aspects in those illumination through characteristics and functions analysis. This research uses codicology and art functionalism approach by Feldman (1967) and Young (2003). The results shows that the main characteristic of the illuminations in simplicity. Beside that, those illumination are formed from a combination of floral and geometric patterns, and made with certain colors, namely red, blue, yellow, and black. Those characteristics reveal the existence of several cultures in it, that are Betawi, Chinese, Arabic, and Indian. In addition, this study also shows that the illuminations have personal function and social function. This research can add a new perspective on illumination and contribute to complete Betawi references."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitaqi Almada
"Studi ini mengeksplorasi aktivitas ruang publik yang dihadirkan di Radio Marsinah FM. Dalam konteks gerakan buruh perempuan di Indonesia, Radio Marsinah FM telah menjadi platform penting untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan kelompok marginal. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa Radio Marsinah FM telah menunjukkan perannya dalam menciptakan ruang publik melalui tiga aspek, yaitu membangun partisipasi, melakukan pengawasan, dan independensi yang berpihak. Penelitian juga menganalisis siaran Union, salah satu program unggulan berupa talkshow interaktif dan diskusi publik tentang diri dan persoalan masyarakat khususnya perempuan. Temuan menunjukkan bahwa siaran Union tidak hanya menjadi sarana informasi dan diskusi, tetapi juga menjadi wadah untuk membangun pemberdayaan di antara buruh perempuan, mendorong kesadaran akan hak-hak mereka, dan memperkuat solidaritas buruh. Untuk melengkapi diskusi mengenai ruang publik, kami juga mempertimbangkan kritik ruang publik Nancy Fraser (1990) dengan gagasan subaltern counterpublics—ruang publik bagi kelompok marginal atau tersubordinasi.

This study explores the public sphere activities presented at Radio Marsinah FM. In the context of the women's labor movement in Indonesia, Radio Marsinah FM has become an important platform to fight for gender equality and marginalized groups. Using qualitative research methods, this study found that Radio Marsinah FM has demonstrated its role in creating public sphere through three aspects, namely building participation, conducting surveillance, and impartial independence. The research also analyzed the Union broadcast, one of the flagship programs in the form of interactive talk shows and public discussions about themselves and community issues, especially women. The findings show that the Union broadcast is not only a means of information and discussion, but also a place to build empowerment among women workers, encourage awareness of their rights, and strengthen labor solidarity. To complement the discussion on public sphere, we also consider Nancy Fraser's (1990) critique of public sphere with the idea of subaltern counterpublics-public sphere for marginalized or subordinated groups."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Sekar Ayu Alifah
"Konflik batin adalah salah satu unsur penting dalam membangun karakterisasi tokoh dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk konflik batin yang dialami Jeng Yah dan Idroes Moeria sebagai tokoh utama dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teori yang digunakan merupakan teori konflik batin Kurt Lewin dengan pendekatan psikologi sastra. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat tiga tipe konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Gadis Kretek, yaitu konflik mendekat-mendekat, konflik menjauh-menjauh, dan konflik mendekat-menjauh. Pada penelitian ini, konflik mendekat-menjauh merupakan konflik yang paling dominan. Konflik mendekat-menjauh tampak jelas ketika Jeng Yah harus mengubur cintanya demi keselamatan keluarga di tengah situasi politik yang mencekam. Konflik mendekat-menjauh juga menjadi signifikan dalam kehidupan Idroes Moeria ketika ia harus menghadapi dilema moral antara melanjutkan produksi kretek yang memiliki nilai perjuangan atau menghentikannya demi keselamatan keluarga. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konflik mendekat-menjauh lebih banyak muncul dalam penelitian ini karena situasi yang dihadapi oleh para tokoh utama, yaitu Jeng Yah dan Idroes Moeria sering kali mengharuskan mereka membuat keputusan yang melibatkan pilihan dengan konsekuensi baik (positive valence) dan buruk (negative valence).

Inner conflict is one of the key elements in building character development in literary works. This study aims to explain the forms of inner conflict experienced by Jeng Yah and Idroes Moeria as the main characters in the novel Gadis Kretek by Ratih Kumala. The method used in this research is a qualitative method. The theoretical framework applied is Kurt Lewin's theory of inner conflict, with a literary psychology approach. The findings of this study reveal three types of inner conflicts experienced by the main characters in Gadis Kretek: approach-approach conflict, avoidance-avoidance conflict, and approach-avoidance conflict. Among these, the approach-avoidance conflict is the most dominant. This type of conflict is evident when Jeng Yah is forced to bury her love for the sake of her family's safety amidst a tense political situation. The approach-avoidance conflict is also significant in Idroes Moeria's life, as he faces a moral dilemma between continuing the production of kretek, which symbolizes a spirit of struggle, or stopping it to ensure his family's safety. This study concludes that the approach-avoidance conflict appears more frequently because the situations faced by the main characters, Jeng Yah and Idroes Moeria, often require them to make decisions involving choices with both positive (positive valence) and negative (negative valence) consequences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library