Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Chalid
"Swab stick adalah alat pengambilan sampel virus melalui penyapuan jaringan lunak pada bagian hidung. Alat ini yang masih import, menjadi kristis saat kekurangan ketersediaan dalam negri Indonesia saat pandemik Covid-19 lalu. Oleh karena itu, Universitas Indonesia melalui Research Center for Biomedical Engineering, FTUI melakukan kolaborasi dengan empat industri lokal, dalam pengembangan dan produksi swab stick dalam negri, dengan mengacu ISO 13485:2016, peralatan kesehatan sistim manajemen kualitas – persyaratan untuk tujuan regulasi. Industri yang dilibatkan, telah memiliki pengalaman panjang dalam produksi bahan baku polimer, pemrosesan plastik, teknologi flocking dan pengemasan medis, untuk keyakinan pencapaian jaminan kualitas swab stick yang sesuai dengan produk yang ada. Laporan ini mendeskripsikan jaminan kualitas desain, purwarupa dan produksi swab stick. Rangkaian pengujian berupa uji geometri, tarik, kelekatan penyapu, permukaan, penyerapan sapuan dan residu paska produksi. Kerja pengembangan menghasilkan produk swab stick dengan kekakuan 400 MPa, lengkungan pada 15 N, kerapatan 1,5-2,5 Dtex, sudut kontak air 78 derajat dan penyerapan air 25-35 mikro Liter. Lebih lanjut, tidak ditemukan residu bahan beracun pada produk. Produk swab stick yang berkualitas tersebut diharapkan sebagai produk nasional yang mendekati 100% TKDN dalam rangka meningkatkan ketersediaan peralatan kesehatan, terutama menghadapi COVID-19 di Indonesia. Produk ini secara formal didaftarkan dengan nama dagang Sterilized Nasopharynx Swab Stick HS 19

Swab sticks are a means of sampling a person by swabbing the nasopharyngeal pathway. This tool is at a critical point, where domestic availability in Indonesia is lacking because it is purely dependent on foreign supplies during the coronavirus disease 2019 pandemic. Therefore, a collaboration of national companies and the Research Center for Biomedical Engineering, Universitas Indonesia, addressed this scarcity by producing a national swab stick. Since there was no swab stick manufacturer in Indonesia, the production referred to ISO 13485:2016. The companies contributing have strong experience in resin production, plastic processing, flocking technology, and medical packaging to ensure the product quality. We propose a series of measurements, and have conclude that the product has stiffness around 400 MPa, deflected at 15N, a density of 1.5–2.5 Dtex, water contact angle at 78 degrees, and adsorbsivity around 25–35L of liquid water. Moreover, there was no any residual toxic substance around the flocked swab. These qualities shall be developed further into a national product with nearly 100% local content in order to increase availability of the national medical device and fight COVID-19 in Indonesia. The product was formally registered under the trade name Sterilized Nasopharynx Swab Stick HS 19."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Raysha Putri
"Penggunaan limbah terak feronikel dapat membantu dalam upaya mengurangi limbah yang menimbun di Lingkungan. Terak feronikel memiliki kandungan berharga dan suhu leleh yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai filler pada flame retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) dengan campuran amonium polifosfat yang digunakan sebagai aditif. Dimana, saat ini formula FR-RPUF masih diperlukaan improvisasi untuk dapat meningkatkan kemampuan flame retardant. Variabel yang diamati yaitu penambahan terak feronikel dengan APP sebesar 2:3, 3:2, dan 1:1. Proses diawali dengan terak feronikel dilakukan pengujian XRD, XRF, dan SEM untuk mengambil informasi material yang akan digunakan. Kandungan terak feronikel yang digunakan akan mempengaruhi efektivitas flame retardant pada RPUF dengan adanya jenis-jenis terak feronikel. Proses pengujian pembakaran menggunakan uji flammability (UL-94) dan karakterisasi SEM untuk melihat struktur pori yang terbentuk untuk melihat efektivitas terak feronikel dan APP. Kandungan terak feronikel yang kaya akan oksida dan unsur Si, Fe, dan Mg bersama dengan APP mampu membentuk lapisan char pada FR-RPUF yang berguna sebagai lapisan termal barier sehingga dapat mencegah oksigen untuk dapat memperbesar proses pembakaran. Proses uji flammanility menunjukkan hasil sampel yang memiliki sifat flame retardant tinggi yaitu RPUF dengan penambahan terak feronikel dan APP (1:1).

Using terak feronikel waste can help reduce waste in the environment. Ferronickel slag has valuable content and a high melting temperature, so it can be used as a filler in Flame Retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) with a mixture of ammonium polyphosphate which is used as an additive. Where currently, the FR-RPUF formula still needs improvisation to be able to increase its flame retardant ability. The variables observed were the addition of ferronickel slag with APP of 2:3, 3:2, and 2.5:2.5. The process begins with ferronickel slag; XRD, XRF, and SEM tests are carried out to retrieve information on the material to be used. The ferronickel slag content will affect the flame retardant's effectiveness in RPUF in the presence of ferronickel slag types. The combustion testing process uses the flammability test (UL-94) and SEM characterization to see the pore structure formed and the effectiveness of ferronickel slag and APP. The content of ferronickel slag ,which is rich in oxides and the elements Si, Fe, and Mg together with APP, can form a char layer on FR-RPUF which is helpful as a thermal barrier layer so that it can prevent oxygen from increasing the combustion process. The flammability test showed that the samples had high flame retardant properties, namely RPUF, with the addition of ferronickel slag and APP (1:1)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nur Fakhriy Yahya
"Indonesia merupakan salah satu negara penghasil timah terbesar di dunia. Cadangan timah Indonesia menjadi yang terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok dengan total 800 ribu ton. Penambangan timah menghasilkan produk samping berupa mineral pembawa LTJ, yaitu Monasit. Monasit pada penambangan timah di Bangka memiliki kadar 16,41 kg. Pemanfaatan monasit sebagai mineral pembawa LTJ menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengekstraksi LTJ di dalamnya karena aplikasi LTJ yang semakin luas. Dekomposisi mekanokimia merupakan salah satu proses yang dapat digunakan untuk melakukan benefisiasi dari mineral monasit. Pencampuran dengan NaOH akan membentuk LTJ-hidroksida yang kemudian dapat menghilangkan pengotor fosfat pada mineral monasit. Serangkaian proses dilakukan pada penelitian ini dengan parameter penambahan 33 wt% NaOH, waktu penggilingan 120 menit, kecepatan penggilingan 650 rpm, temperatur roasting 120 oC, waktu roasting 120 menit, temperatur pencucian 70 oC, waktu pencucian 30 menit, kecepatan pengadukan 680 rpm, dan pengeringan pada temperatur 120 oC selama 120 menit. Variabel bebas dari proses ini adalah ukuran partikel, yaitu +65#, -65# +100#, -100# +140#, -140# +170#, dan -170#. Proses pembentukan pelet dan roasting dilakukan untuk mengubah bentuk LTJ hidroksida menjadi LTJ Oksida. Kemudian, pencucian akan melarutkan pengotor fosfat pada mineral monasit. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi menggunakan SEM-EDS, XRD, dan XRF untuk memberikan informasi mengenai perubahan kadar dari unsur Lantanum dan Yttrium pada mineral monasit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pembentukan LTJ-oksida setelah proses roasting dan hilangnya senyawa Natrium Fosfat (Na3PO4) setelah proses pencucian. Dari kelima ukuran partikel didapatkan nilai %recovery dan grade terbesar dari lantanum adalah 70,08 % dan 1,543% berturut-turut pada ukuran partikel -65#+100#. Sedangkan pada yttrium didapatkan nilai %recovery dan grade terbesar adalah 23,31% dan 1,681% berturut-turut pada ukuran partikel +65#.

Indonesia is one of the largest tin-producing countries in the world. Indonesia's tin reserves are the second largest in the world after China with a total of 800 thousand tons. Tin mining produces by-products in the form of rare earth mineral carriers, namely Monasit. Monazite in tin mining on Bangka has a grade of 16.41 kg. The utilization of monazite as a carrier mineral for rare earth is an opportunity for Indonesia to extract rare earth in it due to the wider application of rare earth. Mechanochemical decomposition is one of the processes that can be used to carry out the beneficiation of monazite minerals. Mixing with NaOH will form REE-hydroxide which can then remove phosphate impurities in monazite minerals. A series of processes were carried out in this study with the parameters of adding 33 wt% NaOH, grinding time 120 minutes, grinding speed 650 rpm, roasting temperature 120 oC, roasting time 120 minutes, washing temperature 70 oC, washing time 30 minutes, stirring speed 680 rpm, and drying at 120 oC for 120 minutes. The independent variable of this process is the particle size, namely +65#, -65# +100#, -100# +140#, -140# +170#, and -170#. Roasting and forming pellets processes is chosen to change the form of REE-hydroxide into REE-oxide. Then, washing will dissolve the phosphate impurities in monazite minerals. In this study SEM-EDS, XRD, and XRF is used to provide information about changes in levels of the elements Lanthanum and Yttrium in monazite minerals. The results of this study indicate the formation of REE-oxide after the roasting process and the loss of sodium phosphate (Na3PO4) after the washing process. Of the five particle sizes, the highest % recovery and grade values of Lanthanum were 70.08% and 1.543% respectively at particle size -65#+100#. Meanwhile, for Yttrium, the highest % recovery and grade values were 23.31% and 1.681% respectively at +65# particle size.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Aditya Denta Ariawan
"Dewasa ini, limbah elektronik sebagai salah satu tantangan dalam era digital. Perserikatan Bangsa Bangsa mengadopsi suau system pembaharuan dan perencanaan jangka Panjang mengenai pembangunan berkelanjutan di mana pemfungsian sistem tersebut adalah untuk menjadikan dunia lebih baik kedepannya sampai pada tahun 2030, di mana poin mengenai pengaturan limbah elektronik ada di dalamnya. Sim-card sebagai salah satu produk dari limbah elektronik seiring berjalannya waktu semakin meningkat berbanding lurus dengan era digitalisasi. Koneksi internet menjadi hal yang fundamental bagi hampir setiap orang di dunia ini, dan sim-card sebagai salah satu media bagi jasa penyedia internet. Penggunaan sim-card sebagai basis internet perangkat elektronik portable membuat perangkat ini berfungsi sebagai kebutuhan penyokong untuk perangkat elektronik yang digunakan secara mobile. Permintaan dan Kebutuhan yang semakin meningkat hal itu menandakan bahwa diperlukan inovasi, diperlukan cara untuk mengolah kembali limbah elektronik tersebut. Sampai saat ini pengolahan limbah elektronik masih menggunakan cara konvensional yang memilki efisiensi yang rendah dan cost production yang tinggi. Recovery yang umum saat ini menggunakan proses pelindian dengan larutan asam kuat. Metode ini dinilai masih memiliki dampak buruk, dikarenakan limbah hasil pelindian tersebut berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia akibat paparan langsung dari zat-zat beracun dan sifatnya yang korosif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tembaga dari limbah elektronik sim-card menggunakan proses pelindiian dengan non-aqueous solution yang bersifat eutektik dengan sifat kimia yang lebih ramah lingkungan. Dikenal dengan ionic liquid, dalam proses penelitian ini digunakan variasi jenis sebagai bahan pembentukan deep eutectic solvents yaitu Choline chloride : Glicerol dan Choline chloride : Urea dengan varisai konsentrasi 1:2 ; 1:3; 1:4 serta ditambahakan oksidator iodin sebagai pelarut. Dalam penelitian ini kecenderungan recovery dari tembaga lebih tinggi pada deep eutectic solvents dengan penambahan oksidator iodin, pada kedua jenis larutan baik itu ChCl : Glicerol maupun ChCl: Urea. Sementara untuk konsentrasi yang paling optimum terdapat pada konsentrasi 1:2.

Right now, Electronic waste was one of the challenges in the digital era. The United Nations adopted a system of renewal and long-term planning on sustainable development goals and which the funcition of the systems is to make the better world in the future until 2030, regulation of electronic waste was printed in it.. Sim-cards as a product of electronic waste have increased over time in line with the digitalization era. Right now, internet connection is a fundamental thin for almos people in this world, where sim-card as a medium for internet service providers to provide people to use the internet. The use of sim-cards as an internet basis for portable electronic devices makes this device function as a supporting requirement for electronic devices used on a mobile basis. Because of that, increasing of supply and the demand indicates that we need some innovation, because we must reprocess the electronic waste. Until right now, the processing of ewaste is still using conventional methods that have low efficiency and high production costs. The current common recovery uses a leaching process with a strong acid solution. This metod is considered to still have a bad impact, because the lavhed waste is harmful to the environment and human health due to direct exposure to toxic and corrosive substances. From this study, aims to obtain copper from waste sim-card using a leaching process with a non-aqueous solution that is eutectic with chemical properties that are more environmentally friendly. Known as ionic liquid, in this research process a variety of types were used as ingredients for the formation of deep eutectic solvents, Choline chloride : Glicerol and Choline chloride : Urea with a concentration value 1:2 ; 1:3; 1:4 and added oxidator solvent iodine. From this study, the tendency of recovery from copper was higher in deep eutectic solvents with the addition of oxidizing iodine, in both types of solution. And the mos optimum concentration is 1:2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilman Khairusidqi
"Era digital saat ini membuat segalanya dapat terhubung dengan mudah dan cepat. Perangkat elektronik pun menjadi kebutuhan dasar saat ini dan produksinya makin meningkat tiap tahun. Koneksi internet pun menjadi yang utama pada era digital yang mana biasa disediakan oleh jasa penyedia internet dengan media sim card. Penggunaan sim card sebagai basis internet perangkat elektronik portable membuat perangkat ini berfungsi sebagai penyokong kebutuhan internet untuk perangkat elektronik yang digunakan secara mobile. Hal ini berdampak pada menumpuknya limbah elektronik yang akhirnya menjadi masalah baru karena pertumbuhannya pun meningkat setiap tahun. Proses daur ulang dibutuhkan selain untuk memanfaatkan limbah, juga sebagai alternatif sumber daya sekunder untuk pembuatan perangkat elektronik. Proses pemanfaatan limbah daur ulang untuk limbah elektronik saat ini masih menggunakan metode konvensional yaitu dengan larutan asam kuat. Limbah hasil pelindian daur ulang tersebut berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia akibat paparan langsung dari zat-zat beracun dan sifatnya yang korosif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tembaga dari limbah elektronik sim card menggunakan metode pelindian dengan suatu jenis larutan pelindi alternatif yang ramah lingkungan yaitu deep eutectic solvent. Pelarut ini bersifat non-aqueous dan biasa dikenal dengan nama ionic liquid. Pada penelitian ini, pelindian dilakukan dengan perbandingan variabel waktu pelindian 6, 12, dan 24 jam dan penambahan oksidator iodin pada pelarut. Hasil penelitian menunjukkan semakin lama waktu pelindian maka semakin banyak logam tembaga yang terlarut. Penambahan oksidator iodin juga meningkatkan nilai recovery tembaga secara signifikan dengan waktu pelindian yang singkat.

The current digital era makes everything connected easily and quickly. Electronic devices have become a basic need today and their production is increasing every year. Internet connection is also the main thing in the digital era which is usually provided by internet service providers with sim-card media. The use of sim-card as an internet basis for portable electronic devices makes this device function as a supporter of internet needs for electronic devices used on a mobile basis. This has an impact on the accumulation of electronic waste which eventually becomes a new problem because its growth is increasing every year. The recycling process is needed in addition to utilizing waste, as well as an alternative secondary resource for the manufacture of electronic devices. The process of utilizing recycled waste for electronic waste is currently still using the conventional method, namely with a strong acid solution. The recycled leaching waste is harmful to the environment and human health due to direct exposure to toxic and corrosive substances. This study aims to obtain copper from waste sim-card using a leaching method with an environmentally friendly alternative leach solution, deep eutectic solvent. These solvents are non-aqueous and are commonly known as ionic liquids. In this study, leaching was carried out by comparing the leaching time variables of 6, 12, and 24 hours and the addition of oxidizing agent, iodin, to the solvent. The results showed that the longer the leaching time, the more dissolved copper metal. The addition of oxidizing iodin also increases the copper recovery value significantly with a short leaching time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyani
"Seiring berkembang pesatnya penggunaan peralatan elektronik dan ditambah keusangan peralatan, mengakibatkan peningkatan limbah elektronik dalam jumlah yang besar. Hal ini menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan. Salah satu limbah elektronik tersebut adalah limbah PCB. Limbah PCB saat ini dibuang di tempat pembuangan sampah atau dibakar yang menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dalam bentuk gas beracun. Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan alternatif lain untuk mengolah limbah tersebut dengan rute hidrometalurgi. Pada WPCB masih mengandung berbagai logam berharga dan dapat diekstraksi dengan mengembangkan daur ulang hidrometalurgi menggunakan reagen alternatif untuk sianida, seperti ammonium thiosulfate. Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan logam dari limbah PCB, khususnya logam mulia dengan menggunakan larutan pelindian yaitu ammonium thiosulfate. Variasi konsentrasi ammonium thiosulfate yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0,1, 0,2, dan 0,3 M dengan penambahan copper sulfate sebagai katalisator sebesar 0,02 M serta waktu pelindian selama 6 jam. Dari hasil pelindian ini, didapatkan konsentrasi optimal ammonium thiosulfate yaitu 0,3 M. Semakin tinggi konsentrasi ammonium thiosulfate, maka semakin besar pula recovery logam yang dihasilkan. Penambahan copper sulfate sebagai katalisator pada pelindian ini juga berperan penting karena mempercepat laju reaksi kimia sehingga mendorong pelarutan logam dalam larutan ammonium thiosulfate.

Along with the rapid development in the use of electronic equipments and combined with equipments obsolescence, resulting a large increases in e-waste. This poses a serious threat to the environment. One of the electronic waste are Waste Printed Circuit Board (WPCB.) Waste PCB a (WPCB) are currently dumped in landfills or incinerated causing serious environmental damage in the form of toxic gases. Therefore, in this study, another alternative is used to treat the waste by the hydrometallurgical route. The WPCB still contains various precious metals and can be extracted by developing hydrometallurgical recycling using alternative reagents for cyanide, such as ammonium thiosulfate. The purpose of this study to obtain metals from waste printed circuit board (WPCB), especially precious metals by using a leaching solution, namely ammonium thiosulfate. Variations in the concentration of ammonium thiosulfate used in this study were 0.1, 0.2, and 0.3 M with the addition of copper sulfate as a catalyst of 0.02 M and a leaching time of 6 hours. From the results of this leaching, the optimal concentration of ammonium thiosulfate was 0.3 M. The higher the concentration of ammonium thiosulfate, the greater the metal recovery produced. The addition of copper sulfate as a catalyst in this leaching also plays an important role because it accelerates the rate of chemical reactions so as to encourage metal dissolution in ammonium thiosulfate solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yemima Dewi Lestari
"Limbah elektronik atau e-waste menjadi masalah serius karena laju pertambahan limbah yang tinggi. Pada tahun 2019, jumlah limbah elektronik mencapai angka 53,6 Mt, mengalami peningkatan sebesar 19,9% dari tahun 2016 yang jumlah limbahnya 44,7 Mt. Waste Printed Circuit Board (WPCB) atau limbah PCB adalah salah satu jenis limbah elektronik yang menjadi penyumbang limbah terbesar, yaitu 3% dari total limbah elektronik. Daur ulang limbah PCB telah banyak dilakukan oleh para peneliti, terutama dalam upaya pemulihan (recovery) dari logam tembaga.
Penulisan ini memiliki tujuan untuk melihat hasil perolehan tembaga dengan proses pelindian (leaching) menggunakan H2SO4 dan H2O2. Pada WPCB dilakukan proses preparasi sampel berupa pembongkaran dan pemotongan. Proses pelindian dilakukan pada temperatur ruang dan dengan kecepatan stirring yang konstan. Pada proses pelindian dilakukan variasi waktu pelindian dan konsentrasi H2SO4.
Karakterisasi menggunakan OM, SEM-EDX, XRD dan XRF dilakukan untuk mendukung analisis hasil pelindian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi H2SO4 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perolehan tembaga. Massa terlarut dan % recovery Cu mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu pelindian. Persentase recovery Cu tertinggi terjadi pada pelindian dengan H2SO4 15% dan waktu pelindian 5 jam. Kondisi optimum untuk pelindian 11 gram WPCB pada temperatur ruang dengan agen pelindi asam sulfat dan hidrogen peroksida adalah 100 ml H2SO4 15%, 10 ml H2O2 30% dan waktu pelindian 3 jam.

Electronic waste or e-waste is a serious problem because of the high rate of increment in waste. In 2019, the amount of electronic waste reached 53.6 Mt with 19,9% increment from the amount of waste in 2016, which amounted to 44.7 Mt. Waste Printed Circuit Board (WPCB) is one of the biggest contributors of e-waste. The recycling of WPCB has been carried out by many researchers, especially regarding copper recovery.
This paper aims to see the results of copper recovery by leaching using H2SO4 and H2O2. The experiment was carried out by using PCB waste that came from a computer (PC). On the WPCB, a sample preparation process is carried out in the form of disassembly and cutting. The leaching process was carried out at room temperature with the same speed of stirring. Different parameters, which are leaching time and H2SO4 concentration, ware applied to the leaching process.
Characterizations using OM, SEM-EDX, XRD, XRF, and ICP-OES was performed to support the analysis of leaching results. The results showed that the addition of H2SO4 concentration did not have a significant impact on copper recovery. The dissolved mass and the percentage of Cu recovery increased with the increasing leaching time. The highest % recovery occurred in leaching with 15% H2SO4 and leaching time of 5 hours. The optimum conditions for leaching 11 grams of WPCB at room temperature with leaching agents of sulfuric acid and hydrogen peroxide were 100 ml of 15% H2SO4, 10 ml of 30% H2O2 and 3 hours of leaching time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Fransiskus Gandamana
"Karakterisasi sifat oksidasi dilakukan pada dua jenis material pada kondisi siklik dengan temperatur 1100 C, yaitu : (i) Inconel 625 Superalloy yang dihasilkan melalui metode Selective Laser Melting, kemudian dilapisi NiCrAlY dengan metode Selective Laser Melting, yang disebut sebagai sampel SLM; (ii) Inconel 625 superalloy yang dihasilkan melalui metode Selective Laser Melting, kemudian dilapisi CoNiCrAlY dengan metode Air Plasma Spray, yang disebut sebagai sampel APS. Analisa thermogravimetri dan struktur mikro dilakukan untuk mengetahui morfologi dan sifat lapisan oksida yang tumbuh di atas permukaan bond coat, pengelupasan lapisan oksida dan bond coat dan kinetika oksidasi.
Dari analisa tersebut ditemukan bahwa kedua sampel mengalami kinetik oksidasi linier dan parabolik serta kedua jenis bond coat membentuk lapisan oksida yang sama, yaitu lapisan oksida Cr2O3 sebagai lapisan terluar, dan lapisan oksida a-Al2O3 sebagai lapisan dalam. Sebagian besar pengelupasan pada sampel SLM mungkin disebabkan oleh retak geser tekan di lapisan oksida sebagai akibat perbedaan koefisien ekspansi panas antara lapisan oksida dan bond coat, sedangkan sebagian besar pengelupasan pada sampel APS mungkin disebabkan oleh cacat porositas dan rongga udara di bond coat. Sampel SLM memiliki ketahanan oksidasi yang lebih baik daripada sampel APS dimana laju kinetik oksidasi parabolik sampel SLM sebesar 1.7053 x 10-6 g2 cm-4 s-1 , dan sampel APS sebesar 3.8969 x 10-6 g2 cm-4 s-1.

The characterization of oxidation behaviour is performed on two types of material in cyclic conditions with temperature of 1100 C i.e. (i) Inconel 625 fabricated using selective laser melting method, then is coated by NiCrAlY using selective laser melting method, called by SLM sample, and (ii) Inconel 625 fabricated using selective laser melting method, then is coated CoNiCrAlY using air plasma spray method, called APS sample. Microstructural and thermogravimetric analysis are used to know the morphology and nature of oxide scale formed on surface of bond coat, spallation of bond coat and oxide scale, oxidation kinetics.
Those analysis reveal that both types of material exhibit the linier and parabolic oxidation kinetics, furthermore both bond coats form the similar oxide scale i.e. Cr2O3 scale as outer scale and a-Al2O3 as inner scale. Most spallations of SLM sample are likely caused by the compressive shear crack in the oxide scale as a result of the bond coat-oxide thermal expansion coefficient mismatch, while most spallations of APS sample are probably caused by the porosities and voids in the bond coat. SLM sample has the better oxidation resistance than APS sample where the parabolic oxidation kinetic rate of SLM sample of 1.7053 x 10-6 g2 cm-4 s-1 , and APS sample of 3.8969 x 10-6 g2 cm-4 s-1.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Dea Hasianda
"Salah satu limbah elektronik dalam jumlah yang besar adalah printed circuit board (PCB). Daur ulang PCB dilakukan menggunakan metode pirolisis dengan tujuan mendekomposisi material organik yang dapat digunakan sebagai reduktor berbasis karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampureduksian dua jenis PCB dan batubara serta konsentrasi optimalnya sebagai agen pereduksi bijih nikel. Penelitian ini menggunakan serbuk PCB, arang PCB, batubara (pembanding) sebagai reduktor dengan variasi konsentrasi 5, 10, dan 15 wt%. Proses karbotermik dilakukan pada atmosfer nitrogen hingga temperatur 1100 °C dengan laju pemanasan 10 °C/menit. Karakterisasi produk karbotermik dilakukan menggunakan TG-DSC, XRD, dan SEM-EDS.
Berdasarkan hasil pengujian, senyawa yang umumnya terdapat pada masing-masing sampel dengan reduktor PCB antara lain magnetite, wustite, fayalite, trevorite, ferro nickel, dan nickel oxide. Pada produk karbotermik dengan reduktor serbuk PCB ditemukan elemen tembaga dan timah. Tembaga berada dalam produk karena terbawa dari PCB melalui proses separasi yang tidak optimal. Adanya tembaga pada produk karbotermik dapat disebut juga sebagai pengotor. Untuk mengurangi pengotor pada produk karbotermik, digunakanlah reduktor arang PCB yang menunjukkan hasil separasi tembaga lebih optimal. Di samping itu, penambahan reduktor 5 wt.% arang PCB mengindikasikan hasil yang optimal karena kecenderungannya membuat proses reduksi menjadi lebih sempurna dibandingkan serbuk PCB.

One of the largest number of electronic waste is printed circuit boards (PCB). PCB recycling is carried out using the pyrolysis method with the aim of decomposing organic material that can be used as a carbon-based reducing agent. This research aims to determine the ability of two types of PCBs and coal also their optimal concentrations as agents for reducing nickel ore in Indonesia. This research uses PCB powder, PCB charcoal, coal (comparator) as a reducing agent with variations in the concentration of 5, 10, and 15 wt.%. The carbothermic process is carried out in a nitrogen atmosphere up to a temperature of 1100 ° C with a heating rate of 10 ° C / minute. The characterization of carbothermic products was carried out using TG-DSC, XRD, and SEM-EDS. Based on the test results, compounds that are generally present in each sample with a PCB reducing agent include magnetite, wustite, fayalite, trevorite, ferro nickel, and nickel oxide. In addition, found the presence of copper and tin elements in carbothermic products with a PCB powder reductor. The presence of copper in carbothermic products is caused by the carrying of copper from the PCB due to the suboptimal separation process. The presence of copper in carbothermic products can also be called impurity. To reduce impurities in the carbothermic product, a charcoal PCB reductor is used which shows more optimal copper separation results. In addition, the addition of a 5 wt.% PCB char reducing agent indicates optimal results because of its tendency to make the reduction process more perfect than PCB powder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhanuddin As-Siraj
"Terak feronikel merupakan limbah hasil proses produksi feronikel. Kandungan dari terak feronikel terdiri dari logam berat yang berbahaya bagi lingkungan sehingga dikategorikan sebagai limbah B3. Karena terak feronikel masih mengandung logam berat, maka terak feronikel masih dapat dimanfaatkan dengan cara daur ulang dengan melakukan proses reduksi ulang. Proses reduksi umumnya dilakukan dengan menggunakan reduktor batu bara. Namun, pada penelitian kali ini menggunakan reduktor cangkang kelapa sawit sebagai alternatif pengganti batu bara. Reduktor cangkang kelapa sawit dipilih karena ketersediannya di Indonesia memadai, mengingat Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di Dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh reduktor cangkang kelapa sawit dan konsentrasinya (wt.%) terhadap proses reduksi terak feronikel. Sampel awal merupakan terak feronikel yang telah dilakukan proses roasting dengan penambahan 20 wt.% aditif natrium karbonat (Na2CO3). Sampel tersebut kemudian dicampurkan dengan reduktor batu bara atau cangkang kelapa sawit dengan perbandingan (sampel : reduktor) yaitu 15:85, 20:80, dan 25:75. Sampel yang telah dicampur kemudian dilakukan kompaksi menggunakan mesin kompaksi. Lalu dilakukan proses reduksi menggunakan tube furnace pada temperatur 1100°C selama 60 menit dengan laju pemanasan 10°C/menit. Produk hasil reduksi kemudian dilakukan pengujian SEM-EDS dan XRD untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil karakterisasi, didapatkan bahwa proses reduksi menggunakan reduktor batu bara dan cangkang kelapa sawit menghasilkan produk berupa logam besi, magnetit, hematit, dan natrium silikat. Pada penelitian ini, penggunaan reduktor cangkang kelapa sawit menghasilkan hasil reduksi yang lebih baik daripada reduktor batu bara. Konsentrasi reduktor optimum adalah dengan penambahan 15 wt.% reduktor.

Ferronickel slag is a waste that produced by ferronickel production process. Ferronickel slag consists of heavy metals which are harmful to the environment, so its categorized as B3 waste. Because ferronickel slag still contains heavy metals, ferronickel slag can still be utilized by recycling with reduction process. Reduction process usually use coal as reducing agents. However, this study will use palm kernel shell as an alternative reducing agents to substitute coal. Palm kernel shell was chosen as an alternative reducing agents because of their availability in Indonesia, because Indonesia is the worlds largest palm oil producer. The purpose of this study is to determine the effect of palm kernel shell as reducing agents and its concentration (wt.%) to the ferronickel slag reduction process. The initial sample is ferronickel slag which had been roasted by adding 20 wt.% sodium carbonate Na2CO3 as an additive. The roasted product is then mixed with coal or palm kernel shell reductant by ratio (sample : reductant), which are 15:85, 20:80, and 25:75. Samples that have been mixed are then compacted using compacting machine. Then the reduction process is carried out using a tube furnace at a temperature of 1100°C for 60 minutes with a heating rate of 10°C/minute. The reduced product is then characterized by SEM EDS and XRD for further analysis. Based on the results of the characterization, it was found that the reduction process using coal and palm kernel shell produces products in the form of iron metal, magnetite, hematite, and sodium silicate. In this research, the use of palm kernel shell reducing agents results is better than coal. The optimum reducing agents concentration is by adding 15 wt.% reducing agents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>