Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitompul, Pelegia Samira Pattdiana
"Tuberkulosis paru BTA positif adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada organ paru paru. Seseorang dikatakan mengidap tuberkulosis BTA positif apabila pemeriksaan sputum menunjukkan hasil positif ataupun pemeriksaan radiologik yang menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Kasus baru tuberkulosis paru di Provinsi Jawa Barat termasuk tinggi dan cenderung meningkat. Pada tahun 2015 kasus tuberkulosis paru BTA positif terdapat sebanyak 30704 kasus, 34070 kasus pada tahun 2016, sebanyak 28595 kasus pada tahun 2017, sebanyak 33883 di tahun 2018, dan sebanyak 37846 kasus pada tahun 2019.
Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis s dan bivariat dengan menggunakan analisis spasial serta uji korelasi pada variabel untuk mengetahui hubungan faktor yang ada terhadap jumlah kasus baru tuberkulosis paru BTA positif di Jawa Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 135 yang merupakan seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat pada tahun 2015 hingga 2019.
Hasil analisis korelasi yang dilakukan menunjukkan terdapat jumlah keluarga miskin (p-value = 0,000), jumlah puskesmas (p-value = 0,003), jumlah desa siaga (p-value = 0,000), jumlah rumah sakit umum (p-value = 0,007), dan jumlah dokter umum (p-value = 0,038) dimana keenam variabel memiliki p-value dibawah 0,05. Koefisien korelasi yang didapatkan menunjukkan variabel jumlah dokter umum (0,153) memiliki hubungan yang sangat rendah dan variabel jumlah keluarga miskin (0,306), jumlah puskesmas (-0,236), jumlah desa siaga (-0,283) dan jumlah RSU (-0,210) memiliki hubungan yang rendah terhadap insiden tuberkulosis paru BTA positif di Jawa Barat. Program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Barat penting untuk dilaksanakan dengan baik untuk mengurangi jumlah penyakit tuberkulosis kedepannya.

Pulmonary tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection in the lungs. New cases of pulmonary tuberculosis in West Java Province are high and tend to increase. In 2015, positive pulmonary tuberculosis cases were 30704 cases, 34070 cases in 2016, 28595 cases in 2017, 33883 cases in 2018, and 37846 cases in 2019.
The study was conducted with bivariate analysis using spatial analysis as well as correlation tests on variables to determine the relationship of existing factors to the number of new cases of positive smear pulmonary tuberculosis in West Java. The sample used in the study were all districts and cities in West Java from 2015 to 2019.
The results of the correlation analysis showed poverty (p-value = 0.000), comunity health center (p-value = 0.003), alert village (p-value = 0.000), general hospitals (p-value = 0.007), general practitioners (p-value = 0.038) are affecting the tuberculosis in West Java. The correlation coefficient shows that general practitioners (0.153) has a very low relationship. Poverty (0.306), comunity health center (-0.236), the number of standby villages (-0.283) and the number of RSU (- 0.210) have a low relation with tuberculosis. Controlling tuerculosis in West Java is important to be implemented properly to reduce the number of tuberculosis in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Siti Aminah
"Tiga permasalahan TB di Indonesia yaitu TB sensitif, TB Resistan Obat (TB-RO) dan TB-HIV. TB-RO merupakan masalah yang menghawatirkan, angka penemuan kasus TB-RO setiap tahun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan angka pengobatan. Penggunaan paduan jangka pendek untuk pengobatan pasien TB-RO sejak September 2017 merupakan salah satu upaya menekan peningkatan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB Resistan Obat (TB RO) dengan paduan Shorter Treatment Regiment (STR) di Indonesia Tahun 2017-2019. Penelitian menggunakan desain kohort restropektif. Sumber data adalah semua pasien TB RO paduan jangka pendek yang terdaftar dalam sistem informasi TB MDR Subdit Tuberkulosis. Metode sampling adalah total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dan uji cox regression. Sebanyak 3.100 pasien disertakan dalam analisis, didapat angka keberhasilan pengobatan adalah 41,94%. Hasil analisis menunjukkan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, kepatuhan, hasil pemeriksaan sputum awal pengobatan, pola resistensi monoresisten dan poliresisten, serta wilayah tempat tinggal. Kepatuhan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan. Perlu dilakukan upaya penguatan kepatuhan dengan melakukan konseling sedini mungkin, pendamping PMO dari non petugas dan inisiasi grup dukungan pasien di setiap faskes MDR.

TB problems in Indonesia are TB sensitive, Drug-Resistant TB and TB-HIV. TB-RO is the most challengging problem, the number of case finding is increase every year, but treatment rate is decrease. The use of short-term regiment since September 2017 is one of strategy to reduce default of TB treatment. This research was conducted to see trends and factors related to the TB treatment success rate among patients with Drug Resistance TB (TB RO) using Shorter Treatment Regiment (STR) in Indonesia 2017-2019. The study desain is restropective cohort. Data sources are all patients of TB RO using STR regiment, which is enrolled in the e-TB manager, Sud Directorate of Tuberculosis, MoH RI. The sampling method is total sampling that meets the inclusion and exclusion criteria. The analysis used was the chi-square test and the cox regression test. As many as 3,100 patients were included in the analysis, the treatment success rate was 41,94%. The results of the analysis showed that factors related to treatment success were age, adherence, results of initial sputum examination of treatment, patterns of monoresistant and polyresistant resistance, and area of ​​residence. Adherence is a dominant factor related to treatment success. Efforts should be made to strengthen compliance by conducting counseling as early as possible, PMO assistants from non-helath officers and initiating patient support groups in each MDR facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qanita Syakiratin
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular utama penyebab kematian di dunia. Deteksi dini TB yang direkomendasikan oleh WHO disebut dengan Xpert MTB/RIF atau Tes Cepat Molekuler yaitu pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi bakteri TB dan untuk melihat sensitivitas dan spesifitas dari rifampisin. Utilisation rate alat TCM di Indonesia tahun 2018 masih rendah yaitu 35%. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pemanfaatan alat TCM yang diukur dengan utilisation rate, alur jejaring, serta kondisi laboratorium untuk mengetahui apakah penempatan alat TCM di RSP Rotinsulu, RS Al Islam, BBKPM, dan Labkesprov Jabar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu pemanfaatan alat TCM di RSP Rotinsulu sangat baik bila dilihat dari utilisation rate yang tinggi, untuk RS Al Islam cukup baik meskipun alur jejaring tidak sesuai dengan yang telah diatur oleh Dinas Kesehatan, untuk BBKPM sangat baik diukur melalui utilisation rate yang tinggi, sedangkan untuk Labkesprov Jabar dinilai kurang apabila dilihat dari utilisation rate yang rendah dan alur jejaring yang tidak sesuai. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan alat TCM di RSP Rotinsulu, BBKPM, RS Al Islam dinilai baik dan penempatannya sudah tepat, sedangkan untuk Labkesprov Jabar pemanfaatan sangat kurang sehingga perlu adanya pertimbangan untuk pemindahan alat TCM ke fasyankes lain atau tetap dipertahankan dengan adanya perbaikan.

Tuberculosis (TB) is a major infectious disease that causes death in the world. Early detection of TB recommended by WHO called Xpert MTB/RIF or Molecular Rapid Test is a diagnostic test to detect TB bacteria and to see the sensitivity and specificity of Rifampicin. The utilization rate of Molecular Rapid Test tools in Indonesia in 2018 was still low as 35%. The purpose of this study was to see the utilization of Molecular Rapid Test tools as measured by utilization rate, network flow, and laboratory conditions to determine whether the placement of Molecular Rapid Test tools in Rotinsulu Lung Hospital, Al Islam Hospital, and Center for community lung health, and West Java Health Laboratory. This study used a qualitative approach. The results of this study showed that the use of Molecular Rapid Test tools in Rotinsulu Lung Hospital is very good from a high utilization rate, in Al Islam Hospital, it is quite good even though the network flow is not in accordance with those regulated by the Health Office, in Center for community lung health it is very well measured by a high utilization rate whereas in West Java Health Laboratory, the utilization rate is still lack and the network flow is unappropriate. It can be concluded that the use of Molecular Rapid Test test tools in Rotinsulu Hospital, Center for community lung health, Al Islam Hospital is good and its placement is right, while in West Java Health Laboratory, the use is very lacking so that it is considerably needed to move Molecular Rapid Test tools to other health facilities or still be maintained with improvements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizha Astia
"Investigasi Kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan pada orang-orang yang kontak dengan pasien tuberkulosis (TBC). Klinik Jakarta Respiratory Center milik Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (JRC-PPTI) juga turut melaksanakan IK dengan meminta seluruh kontak serumah pasien TBC BTA (+) melakukan pemeriksaan dahak secara gratis di klinik. Adanya hambatan kontak serumah untuk datang langsung, menjadikan adanya modifikasi pengambilan sampel secara tidak langsung melalui pasien untuk membawakan sampel kontak serumahnya pada jadwal kontrol. Namun, kemudahan yang diberikan masih belum bisa menjangkau seluruh kontak serumah untuk melaksanakan IK, sehingga diperlukannya evaluasi untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program dari sisi pelaksana dengan menggunakan kerangka kerja Reach, Effectiveness, Adoption, Implementation, Maintenance (RE-AIM) dan mengetahui penerimaan program melalui persepsi kontak serumah menggunakan teori Health Belief Model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pasien TBC, keluarga pasien, dokter, perawat dan pimpinan klinik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan investigasi kontak serumah difasilitas kesehatan swasta dari persepsi klinik dan kontak serumah. Hasil penelitian, pelaksanaan IK di klinik utama JRC-PPTI masih belum efektif ditinjau dari jangkauan, efektifitas, adopsi, implementasi dan pemeliharaan. Sementara penerimaan pelaksanaan IK di klinik utama JRC-PPTI dipengaruhi oleh persepsi kerentanan, keparahan, manfaat dan isyarat berperilaku kontak serumah.

Contact Investigation (CI) is a tracing activity on people who have been in contact with tuberculosis (TB) patients. The Jakarta Respiratory Center Clinic owned by the Indonesian Association Against Tuberculosis (JRC-IAAT) also participates in carrying out CI by requesting all household contacts of TB patients (+) to undergo a free sputum examination at the clinic. There are barriers for household contacts to come directly, resulting in a modification of indirect sampling through patients to bring samples of household contacts during scheduled appointments. However, some provided facilities still cannot reach all household contacts to implement IK, so an evaluation is needed to determine the effectiveness of program implementation from the implementer's side using the Reach, Effectiveness, Adoption, Implementation, Maintenance (RE-AIM) framework and to seek out program acceptance through household contact perceptions using the theory of Health Belief Model (HBM). This is qualitative research with a case study approach which was conducted through in-depth interviews with TB patients, patient’s family members, doctors, nurses, and clinic leaders. The purpose of this study was to determine the effectiveness of carrying out investigations of household contacts in private health facilities from the perceptions of clinics and household contacts. The study results indicate that the implementation of IK in the JRC-PPTI main clinic is still not effective in terms of reach, effectiveness, adoption, implementation, and maintenance, while acceptance of the implementation of CI in the JRC-PPTI main clinic is influenced by perceptions of vulnerability, severity, benefits and behavioral cues of household contact."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library