Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Anita Paulina
"Bandotan Ageratum conyzoides L. merupakan salah satu tanaman herbal Indonesia yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, salah satunya dalam terapi peradangan inflamasi. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa isolat kuersetin dari ekstrak daun bandotan memiliki aktivitas anti-inflamasi. Namun, dibutuhkan waktu yang lama dalam proses ekstraksi.
Penelitian bertujuan mencari metode ekstraksi yang cocok yang dapat mempersingkat waktu ekstraksi dan meningkatkan kadar kuersetin dalam ekstrak, serta bertujuan menginvestigasi mekanisme molekuler anti-inflamasi dari ekstrak. Kuersetin, methotrexate dan piroxicam digunakan sebagai kontrol positif.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dan digesti, dengan air dan etanol 70 sebagai pelarut. Profil metabolit sekunder dianalisis dengan kromatografi lapis tipis KLT dan Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy LC-MS. Aktivitas anti inflamasi dari ekstrak dievaluasi dengan sel RAW 264.7 distimulasi oleh lipopolisakarida LPS dan dilakukan deteksi ekspresi gen-gen dengan Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction RT-PCR ditingkat messenger ribonucleic acid mRNA. Uji aktivitas juga dilakukan terhadap nitrit oksida NO dengan metode Griess.
Hasil uji memperlihatkan bahwa kadar kuersetin tertinggi 52,71 ppm diperoleh dari metode digesti pada suhu 60 C selama 2 jam dengan pelarut etanol 70 . Kromatogram KLT menunjukkan pola yang khas dan kromatogram LC-MS memperlihatkan beberapa puncak metabolit sekunder, salah satunya adalah kuersetin. Pada dosis 50 ?g/ mL, ektrak dapat menurunkan ekspresi messenger ribonucleic acid mRNA cyclooxygenase-2 COX-2 , tumor necrosis factor-? TNF-? , interleukin-1betha IL-1? , IL-6, dan nuclear factor-kappa betha NF-?? , serta menurukan produksi NO. Berdasarkan hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70 daun bandotan memiliki mekanisme aksi anti-inflamasi seperti kuersetin dalam menekan mediator pro-inflamasi.

Bandotan Ageratum conyzoides L. is one of Indonesian herbs are widely used in traditional medicines one of them is in treating inflammation. Previous research has revealed that the isolated quercetin from bandotan leaves extract has anti inflammatory activity. However, the extraction process takes a long time.
The aim of the present study was to find the suitable method which can reduce the time of extraction process and also increase quercetin content in extract, and also investigates the anti inflammatory molecular mechanism of extract. Quercetin, methotrexate, and piroxicam were used as positive control.
Two extraction methods were used maceration and digestion method, which used water and ethanol 70 as a solvent. Secondary metabolites profiles were analyzed by thin layer chromatography TLC and liquid chromatography mass spectroscopy LC MS . The anti inflammatory activity of extract was evaluated using RAW 264.7 cells stimulated by lipopolysaccharides LPS and the genes were detected by reverse transcription polymerase chain reaction RT PCR at messenger ribonucleic acid mRNA . The activity test was also performed on nitric oxide NO by Griess method.
The results showed that the highest quercetin content 52.71 ppm was obtained from digestion method at 60 C for 2 hours with ethanol 70 as a solvent. TLC chromatograms shows a typical pattern and LC MS chromatograms shows some peaks of secondary metabolites, one of them is quercetin. The dose extract at 50 g mL can decrease mRNA expression of cyclooxygenase 2 COX 2 , tumor necrosis factor TNF , interleukin 1betha IL 1 , IL 6, dan nuclear factor kappa betha NF , and also can decrease of NO production. As a result, it is concluded that 70 ethanolic leaves extract of bandotan has anti inflammatory activity such as quercetin in suppressing pro inflammatory mediators.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T48706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryana Agustina
"ABSTRAK
Abrus precatorius Linn
negara-­negara tropis, termasuk
Indonesia. Bagian daun dari tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai obat batuk dan
sariawan, dan telah diproduksi masal untuk kebutuhan komersial. Senyawa penanda
(marker substance) adalah substansi yang ditetapkan oleh World Health Organization
(WHO) untuk mengendalikan mutu bahan atau produk herbal. Dengan terisolasi dan
teridentifikasinya senyawa penanda dalam daun A. precatorius, selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengendalikan kualitas bahan dan produk herbal yang
mengandung daun A. precatorius.
Riset yang dilakukan adalah menseleksi dan mengisolasi kandidat senyawa
penanda yang diperoleh dari ekstrak metanol daun Abrus precatorius Linn., kemudian
mengembangkan metode analisa untuk keperluan identifikasi serta menetapkan
senyawa penanda dari daun A. precatorius. Seleksi dilakukan berdasarkan profil
kromatorafi lapis tipis (KLT) dari enam sumber sampel daun A. precatorius berbeda di
Pulau Jawa. Isolasi dilakukan dengan menggunakan teknik ekstraksi dan fraksinasi.
Identifikasi atau elusidasi struktur molekul dilakukan dengan menggunakan
instrumentasi infra merah (IR), spektrometer masa (MS), NMR-­1D (NMR proton, NMR
karbon-­13), dan NMR-­2D (correlation spectroscopy (COSY), heteronuclear single-­
quantum correlation (HSQC), heteronuclear multiple-­quantum correlation (HMQC),
dan heteronuclear multiple-­bond correlation (HMBC)). Pengembangan metode analisa
untuk tujuan identifikasi senyawa penanda dilakukan dengan menggunakan
kromatografi cair kinerja ultra (UPLC).
Tiga kandidat senyawa penanda berhasil diisolasi dan diidentifikasi, yaitu
cirsimaritin, N-­metiltriptofan, dan abrusosida E. Abrusosida E atau kombinasi
cirsimaritin dan abrusosida E memenuhi persyaratan sebagai senyawa penanda bagi
daun A. precatorius.

ABSTRACT
Abrus precatorius, is
commonly found in tropical countries including Indonesia. The leaves of the plant are
widely used commercially in Indonesia to treat cough and sprue. Marker substance is a
substance defined by World Health Organization (WHO) for quality control purpose of
herbal materials and finished herbal products. As the marker substances are isolated and
identified, they can be used for quality control purpose of herbal materials and finished
herbal products of A. precatorius leaves.
The objective of this research was to select and isolate the marker substance
candidates from methanolic extract of Abrus precatorius Linn. leaves, to develop
analytical method for identification purpose, and to select the marker substance in A.
precatorius leaves. Selection step was performed based on the thin layer
chromatography (TLC) profile of A. precatorius from six different sources in Java
Island. Isolation was performed using various extraction and fractionation techniques.
Identification or structure elucidation was performed using infra red (IR), mass
spectrometer (MS), 1D [(proton nuclar magnetic resonance (NMR), carbon-­13 NMR)],
2D-­NMR (correlation spectroscopy (COSY), heteronuclear single-­quantum correlation
(HSQC), heteronuclear multiple-­quantum correlation (HMQC), heteronuclear multiple-­
bond correlation (HMBC)). Analytical method development for identification of marker
substance in A. precatorius leaves was performed using Ultra-­High Performance Liquid
Chromatography (UPLC).
Three marker substance candidates were successfully isolated and identified,
later known as cirsimaritin, N-­methyltryptophan, and abrusoside E. Abrusoside E or
combination of cirsimaritin and abrusoside E met the requirements as the marker
substance of A. precatorius leaves."
2019
T53952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esthi Candra Damayanti
"Salah satu faktor yang berperan penting dalam metabolime lipid dan glukosa adalah estrogen. Pada wanita menopause terjadi predisposisi lemak pada organ visera, peningkatan berat badan dan gangguan sensitivitas insulin. Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis kandungan senyawa kimia pada Rheum officinale dan dengan menggunakan 3T3- L1 cell line preadiposit ini diharapkan menemukan mekanisme kerja ekstrak etanol 70% akar kelembak (Rheum officinale Baill) terhadap adipogenesis.
Untuk menilai toksisitas ekstrak terhadap sel 3T3- L1 dilakukan uji MTS pada dosis 20, 40, 60, 80, dan 100 µg/ml. Pemeriksaan genotip menggunakan metode Reverse-Transcript PCR yang dilakukan pada hari ke- 2 dan ke- 4 diferensiasi. Sedangkan pemeriksaan fenotip dilakukan pada hari ke- 7 dengan metode pewarnaan menggunakan Oil Red O.
Pada pemeriksaan fitokimia ditemukan adanya senyawa saponin, flavonoid, dan tanin. Pada uji MTS dengan inkubasi 24 jam sel terlihat baik pada semua dosis yang diujikan. Hasil PCR dan staining oil red o menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 % akar kelembak menghambat adipogenesis pada dosis 40 µg/ml melalui down regulasi gen PPAR ɣ.

One factor that plays an important role in lipid and glucose metabolism is estrogen. In menopause women occurs fat predesposition in the viscera organs, weight gain and impaired insulin sensitivity. This study expected to analyze the content of chemical compounds in Rheum officinale and using a cell line 3T3-L1 preadiposit is expected to find the mechanism of action of 70% ethanol extract of the roots of rhubarb (Rheum officinale Baill) on adipogenesis.
To assess the toxicity of the extract on 3T3 -L1 cells tested MTS in doses of 20, 40, 60, 80, and 100 µg / ml. Examination genotyping using Reverse Transcript- PCR performed on day 2 and 4 of differentiation. While the phenotype examination performed on day 7 with a method using Oil Red O staining.
On examination the presence of phytochemical compounds found saponins, flavonoids, and tannins. In the MTS test with a 24-hour incubation of cells look good at all doses tested. Results of PCR and Oil Red O staining showed that 70 % ethanol extract of rhubarb root inhibits adipogenesis in a dose of 40 mg / ml through downregulation of PPAR ɣ gene."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T38695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Gusmira
"Senyawa yang memiliki aktivitas modulasi reseptor estrogen diperlukan untuk pengobatan osteoporosis dengan cara meningkatkan aktivitas pembentukan osteoblas (osteoblastogenesis). Senyawa antrakinon dan stilbena yang terdapat dalam tanaman genus Rheum dilaporkan memiliki aktivitas terhadap reseptor estrogen.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap efek osteoblastogenesis dari tanaman asli Indonesia yaitu akar kelembak (Rheum officinale Baill) yang diekstraksi menggunakan etanol 70%. Ekstrak ini diuji aktivitasnya pada sel 3T3 L1 preadiposit dalam media diferensiasi osteogenik pada konsentrasi 25, 50, 75, 100, dan 125 μg/mL. Sel 3T3 L1 dapat berdiferensiasi menjadi osteoblas yang ditandai dengan terbentuknya warna biru pada pewarnaan alkali fosfatase (ALP). Kadar ALP menurun berturut-turut pada konsentrasi 75, 100, dan 125 μg/ml. Tidak terjadi mineralisasi osteoblas yang ditunjukkan dengan negatifnya pewarnaan alizarin merah.
Hasil pemeriksaan ekspresi mRNA dengan Reverse Transcriptase PCR (RT PCR) menunjukkan bahwa ekspresi gen key regulator diferensiasi osteoblas yaitu Runx2 dan BMP-2 cenderung meningkat sesuai dengan naiknya konsentrasi ekstrak. Sebaliknya, ekspresi gen reseptor estrogen α (ER α) dan β (ER β) cenderung menurun sesuai dengan naiknya konsentrasi ekstrak. Konsentrasi ekstrak paling efektif untuk meningkatkan diferensiasi osteoblas adalah 50 μg/mL karena pada konsentrasi ini terjadi peningkatan kadar alkali fosfatase, peningkatan ekspresi Runx2 dan BMP-2 dan penurunan ekspresi ER α.

Compounds with estrogen receptor modulation activity are necessary to treat osteoporosis by increasing osteoblast formation activity (osteoblastogenesis). Anthraquinone and stilbene compounds from genus Rheum have been reported to exert modulation activity toward estrogen receptors.
This research aimed to reveal osteoblastogenesis activity of an Indonesian native plant, akar kelembak (Rheum officinale Baill.) extracted with 70% ethanol. The extract obtained was tested on 3T3 L1 preadipocyte cell lines cultured in osteogenic differentiation medium with concentrations of extract of 25, 50, 75, 100, and 125 μg/mL . The differentiations of these cells were marked by blue staining of alkaline phosphatase (ALP) staining. The ALP level decrease progressively at 75, 100, and 125 μg/mL. No mineralized nodules or positive alizarin red staining was observed. mRNA expression level of osteoblastic markers were detected by Reverse Transcriptase PCR (RT PCR).
The results indicate that the key regulator genes of osteogenesis differentiation, Runx2 and BMP-2, tend to increased, while estrogen receptor α (ER α) and β (ER β) tend to decreased, in a dose-dependent manner. It was suggested that osteogenic differentiation was best stimulated at concentration of 50 μg/mL based on the increase of alkaline phosphatase level as well as mRNA level of Runx2 and BMP-2, while mRNA level of ER α was decreased."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T38973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bantari Wisynu Kusuma Wardhani
"Latar Belakang: Studi pendahuluan ekstrak mahkota dewa menunjukkan aktivitas hepatoprotektif melalui jalur NFkB-TNF dan penurunan peroksidasi lipid. Jalur tersebut terlibat dalam patogenesis fibrosis hati yang hingga saat ini belum memiliki terapi standar. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifibrosis dan mekanisme kerja ekstrak tersebut pada model fibrosis in vivo yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4).
Metode: Tikus Sprague-Dawley diinduksi dengan CCl4 melalui injeksi intraperitoneal 2 mL/kgBB selama 2 minggu pertama dan dilanjutkan dengan dosis 1 mL/kgBB2 kali seminggu selama 6 minggu. Terapi silimarin 100 mg/kgBB/hari (Sil) dan ekstrak mahkota dewa pada dosis 75 mg/kgBB/hari (T75) dan 150 mg/kgBB/hari (T150) diberikan per oral mulai minggu ketiga. Hewan coba diterminasi setelah 8 minggu perlakuan untuk diambil darah dan organ hatinya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan aktivitas enzim penanda fungsi hati (aktivitas ALT, AST dan ALP plasma), kerusakan sel dan fibrosis (histopatologi), penanda stres oksidatif (kadar MDA dan rasio GSH/GSSG), aktivitas antifibrogenik (TGF-1) dan fibrolisis (MMP-13).
Hasil: Silimarin dan ekstrak mahkota dewa dapat memperbaiki penanda kerusakan hati melalui penurunan aktivitas ALT, AST dan ALP yang signifikan. Hasil ini diikuti perbaikan parameter stres oksidatif melalui penurunan kadar MDA sekaligus peningkatan rasio GSH/GSSG. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan hepatosit akibat CCl4. Aktivitas tersebut akan menurunkan aktivasi HSC (hepatic stellate cells) sehingga sitokin profibrogenik (TGF-1) mengalami penurunan. Studi ini menunjukkan penurunan TGF-1yang signifikan juga terjadi pada semua kelompok terapi. Seiring dengan penurunan aktivasi HSC, penurunan persentase area positif MMP-13 pun terjadi pada semua kelompok terapi dibandingkan CCl4. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas fibrolisis ekstrak tersebut pada fibrosis hati. Perbaikan parameter biokimiawi tersebut didukung dengan tendensi penurunan persentase area fibrosis.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa dapat memperbaiki fibrosis hati yang disebabkan oleh CCl4 melalui jalur yang melibatkan TGF-1 dan MMP-13.

Background: Previous study of mahkota dewa extract showed its hepatoprotective activity through NFkB-TNF pathway dan decreased lipid peroxidation. This pathway played a major role in the pathogenesis of liver fibrosis. Up to date, there has no known standard therapy in liver fibrosis. This study was aimed to determine the antifibrotic activity and the mechanism of mahkota dewa extract in CCl4-(carbon tetrachloride) induced liver fibrosis in male rats.
Methode: Sprague-Dawley rats were injected intraperitoneally with 2 mL/kg CCl4 in olive oil (1:1) twice weekly for 2 weeks, followed by 1 mL/kgBB injection for 6 weeks. Treatments given starting 3 weeks of CCl4 induction were silymarin 100 mg/kgBB/day, mahkota dewa extract 75 mg/kgBB/day (T75) and 150 mg/kgBB/day (T150) orally. On the eighth week, rats were sacrificed. Blood and liver were for the analysis of liver function test (ALT, AST and ALP activity), hepatotoxicity and liver fibrosis marker (histopathology analysis), oxidative stress markers (MDA levels and GSH/GSSG ratio), pro fibrogenic cytokine (TGF-1)and fibrolysis marker (MMP-13).
Result: This study showed that silymarin and mahkota dewa extract decreased the activity of ALT, AST and ALP. This is followed by amelioration of stress oxidative by decreasing MDA levels and increasing GSH/GSSG. All parameters examined showed that mahkota dewa has antioxidant activity that decreased HSCs activation. This is in accordance to the reduction of TGF- levels in all treatment groups. In aggrement to those, decreased levels of MMP-13 were shown in all treatment groups compared to CCl4. There were tendencies of decreased fibrotic area that followed improvements of biochemical parameters.
Conclusion: Mahkota dewa extracts ameliorate CCl4-induced liver fibrosis through TGF- and MMP-13 pathways."
Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Oktavia Nugroho
"Pramipexole merupakan sebuah non-ergot dopamine agonist yang dalam dunia kesehatan digunakan untuk penanganan gejala penyakit Parkinson. Dalam hasil produksi sediaan obat oral yang mengandung Pramipexole, telah terdeteksi senyawa unknown impurity. Kualitas dan keamanan sediaan obat dapat secara signifikan dipengaruhi oleh keberadaan senyawa pengotor. Lebih lanjut dari sudut pandang kimia, senyawa pengotor dalam bahan baku dan sediaan obat, memiliki risiko pembentukan yang tidak dapat terhindarkan sehingga menjadi penting untuk senyawa pengotor ini dapat diidentifikasi dan dikarakterisasi melalui penggunaan metode analisa yang tepat. Dalam suatu sediaan obat, senyawa pengotor ini dapat muncul dari hasil degradasi bahan baku obat maupun interaksi antara bahan baku obat dan zat tambahan yang digunakan dalam formula obat. Struktur dari senyawa unknown impurity ini diajukan melalui hasil studi impurity profiling menggunakan instrumentasi Ultra High Performance Liquid Chromatography/High Resolution Mass Spectrometry (UPLC/HRMS) dari penelitian ini. Senyawa unknown impurity diketahui berada dalam sediaan obat karena adanya keberadaan manitol dalam formula obat. Lebih lanjut, observasi dari risiko potensi pembentukan ikatan dari senyawa ini pada reseptor pramipexole dibuktikan melalui eksperimen molecular dockingdan molecular dynamics simulation

Impurities compound in any pharmaceutical product or drug substance are inevitable from chemistry point of view. Quality and safety of a pharmaceutical product are also significantly affected by these impurities content, therefore impurities need to be identified and characterized through the use of appropriate analytical methods. Pramipexole is a non-ergot dopamine agonist used to treat various Parkinson's disease symptoms. Two unknown impurities were detected from a pramipexole hydrochloride solid formulation dosage. These impurities were identified and characterized using Ultra-Performance Liquid Chromatography Coupled High-Resolution Mass Spectoscopy (UPLC-HRMS). These impurities were found to be enriched when mannitol existed in the formulation. The structure and mechanism involved in the existence of the impurities were proposed. Further, observation of binding affinity potential risk of these impurities to pramipexole receptor has also been demonstated through molecular docking dan molecular dynamics simulation study."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library