Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Rahmansyah
Abstrak :
Setiap kegiatan termasuk kegiatan transportasi mempunyai risiko terjadinya kecelakaan kerja. Transportasi sungai menggunakan Smallboat memiliki risiko terjadinya kecelakaan, khususnya yang berkaitan dengan bahaya perairan. Terdapat beberapa kecelakaan didalam transportasi sungai menggunakan Smallboat. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui bahaya-bahaya dan tingkat risiko yang ada dalam transpotasi sungai menggunakan Smallboat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional, JHA (Job Hazards Analysis) untuk identifikasi bahaya dan metode penilaian risiko semi kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko diawal cukup tinggi untuk beberapa kategori bahaya, terutama untuk bahaya yang berhubungan dengan perairan (Marine Hazard) tabrakan, drifted (akibat gagal mesin), pengikatan tali mooring, sampai bahaya orang jatuh ke air (dengan nilai risiko <350-sangat tinggi). Dengan beberapa tindakan pengendalian yang sudah ada dan saran dari peneliti, risiko dapat berkurang menjadi beberapa kategori (prioritas 3, substansial dan dapat diterima). Penulis menyarankan untuk melakukan beberapa tindakan (prosedural, training dan engineering control) untuk dapat mengurangi nilai risiko yang ada dari setiap potensi bahaya dan perlu adanya penilaian risiko lanjutan untuk area-area kerja lainnya. ...... All work activity include transportation have a risk of accident. Small boat Marine (river) transportation have a specific risk of accident, especially regarding marine hazards. There were many accidents happen regarding small boat transportation. The purpose of this study is to know what kind/type of hazards and level of risk from small transportation activity. This study uses design of observational descriptive, Job Hazard Analysis (JHA) for identify hazards tools and semi quantitative for risk assessment approach/technique. The result showed that there have high level of risk assessment from several specific hazards (regarding marine hazards), specially related with collision, drifted (engine failure), mooring line, and until man overboard (with result is more than 350 which is very high category risk level). With some existing and recommend action for mitigation from author to reduce risk level from the activity the result can be reduce until low category (priority 3, substantial and acceptable risk level). The author suggested that mitigation action (procedural, training and engineering control) should implemented and perform other risk assessment for the others work area location.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Aji Andhika
Abstrak :
ABSTRAK
NamaProgram StudiJudul Tesis : Nugroho Aji Andhika:S2 Keselamatan dan Kesehatan Masyarakat:Analisis Risiko Psikososial dan Stres Kerja Di PT. Sucofindo Cibitung Tahun 2017Penelitian ini membahas mengenai faktor risiko psikososial yang berhubungan dengan stres kerja di PT. Sucofindo Cibitung tahun 2017. Faktor psikososial yang diteliti adalah lingkungan kerja fisik, beban kerja intrinsik, masa depan karir, peran organisasi, hubungan interpersonal, struktur budaya organisasi dan karakteristik individu. Penelitian ini adalah semikuantitatif dengan desain studi cross-sectional bertujuan untuk meneliti faktor psikososial terhadap dengan stres kerja. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil penelitian tingkat stres kategori sedang. Variabel independen yang memiliki hubungan bermakna dengan stres kerja adalah lingkungan kerja fisik, beban intrinsik, hubungan interpersonal, struktur budaya organisasi, pendidikan, dan bagian. Sekitar 47,4 penelitian ini dapat menjelaskan hubungan antara faktor psikososial dengan stres kerja. Kata Kunci: Psikososial, Stres Kerja, Karakteristik Individu, Sucofindo
ABSTRACT
NameStudy ProgramTitle Nugroho Aji Andhika Master of Occupational Health and Safety Analysis Psychosocial Risk and Work Stres at PT. Sucofindo Cibitung 2017This study discusses psychosocial factors related to work stress in PT. Sucofindo Cibitung. Psychosocial factors that were studied are physical work environment, intrinsic workload, future career, organizational role, interpersonal relationship, organizational culture structure and individual characteristics. This research is semiquantitative with cross sectional study design that aimed to examine psychosocial factors against work stress. Data collection technique is by questionnaire. The result of the stress level category is moderate. Independent variables have significant relationships with work stress, physical work environment, intrinsic burden, interpersonal relationships, organizational culture structure, education, and parts. Approximately 47.4 of this study can explain the relationship between psychosocial factors with work stress.Keywords Psychosocial, Job Stress, Individual Characteristics, Sucofindo
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septyani Prihatiningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai profil iklim keselamatan Operator Paper Machine Divisi Uncoated PT. XYZ Tahun 2017 dengan jumlah responden 225. Penilaian Iklim keselamatan dengan menganalisis hasil kuesioner yang disusun berdasarkan HSE Safety Climate Assessment Tool Guide. Hasil penelitian diketahui bahwa secara umum menunjukkan bahwa persepsi terhadap iklim keselamatan cukup tinggi . Berdasarkan dimensinya menunjukkan bahwa persepsi diketahui bahwa persepsi karyawan terhadap iklim keselamatan sebagai anggota organisasi dan unit kerja memiliki nilai yang tinggi namun persepsi karyawan sebagai individu masih rendah.Profil iklim berdasarkan departemen lokasi kerja, pendidikan terakhir, masa kerja, dan usia tidak menunjukkan perbedaan yang pada masing-masing dimensinya.
ABSTRACT
Thisstudy discusses about safety climate profile of Paper Machine Operator Division of Uncoated PT. XYZ Year 2017 with 225respondents. Safety Climate Assessment Questionnaires prepared as HSE Safety Climate Assessment Tool Guides. The results of this study that the perception of safety climate is high. Based on dimensions are known that employee perceptions of the safety climate as members of the organization and work units have high scores but the perception of employees as individuals is still low. No difference Climate profiles based on department of work location, last education, years of service, and age on each dimension.
2017
T48331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsu Riza Wibowo
Abstrak :
Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir adalah penggunaan radiasi untuk mengiradiasi suatu bahan dengan tujuan sterilisasi, pengawetan atau polimerisasi dalam fasilitas iradiator. Peraturan BAPETEN terkait fasilitas iradiator telah diperbarui dari yang sebelumnya No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 menjadi No. 3 Tahun 2020. Dalam peraturan tersebut Budaya Keselamatan menjadi poin baru dalam Persyaratan Manajemen yang wajib diwujudkan oleh pemegang izin. Penelitian ini bermaksud untuk mengukur tingkat kematangan budaya keselamatan di sebuah fasilitas iradiator. Model budaya keselamatan akan menggunakan model yang dikembangkan IAEA yaitu 5 karakteristik budaya keselamatan yang terbagi menjadi 37 atribut budaya keselamatan. Tingkat kematangan budaya keselamatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu dari tingkat perkembangan budaya keselamatan yang dikembangkan oleh BATAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) akan digunakan untuk menganalisis tingkat kematangan budaya keselamatan dan pendekatan skala likert akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan yang kuat dan karakteristik budaya keselamatan yang perlu untuk ditingkatkan. Dari hasil analisis dengan pendekatan AHP didapatkan hasil penilaian tingkat kematangan budaya keselamatan belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Berdasarkan data-data penelitian, fakta lapangan dan membandingkan dengan penelitian serupa sebelumnya pada fasilitas instalasi nuklir serta penilaian dari inspektur keselamatan nuklir sebagai perspektif eksternal, peneliti menetapkan tingkat kematangan budaya keselamatan PT X masuk dalam kategori Tahap 2 yaitu Kinerja keselamatan yang baik menjadi tujuan organisasi. Dari hasil analisis dengan pendekatan skala likert diketahui bahwa Akuntabilitas Keselamatan menjadi karakteristik yang paling kuat dan karakteristik yang perlu untuk ditingkatkan diantaranya Kepemimpinan dalam keselamatan, Keselamatan terintegrasi pada seluruh kegiatan dan Keselamatan didorong pembelajaran. Peneliti merekomendasikan PT X untuk mulai mengembangkan SMK3 agar konteks keselamatan tidak hanya berfokus pada keselamatan radiasi tetapi bisa lebih luas menjadi keselamatan secara umum, perlu adanya dokumentasi pelaksanaan sharing session terkait keselamatan secara umum dan menyelenggarakan pelatihan soft skill. ......The utilization of nuclear power in Indonesia has developed rapidly. One of the utilizations of nuclear power is the use of radiation to irradiate a material with the purpose of sterilization, preservation or polymerization in the irradiator facility. Bapeten regulations related to irradiator facilities have been updated from previously No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 to No. 3 of 2020. In that regulation the safety culture is a new point in management requirements that must be realized by the permit holder.

This study intends to measure the level of maturity of the safety culture in an irradiator facility. The cultural model of safety will use the model developed by IAEA, namely 5 characteristics of the cultural safety which is divided into 37 attributes of safety culture. The level of maturity of the safety culture used in this study refers to the level of safety culture developed by Batan. This research uses descriptive analysis methods. The Analytic Hierarchy Process (AHP) approach will be used to analyze the level of maturity of safety culture and the Likert scale approach will be used to identify the characteristics of a strong safety culture and the characteristics of a safety culture that needs to be improved. From the results of the analysis with the AHP approach, the results of the assessment of the level of safety culture have not reflected the actual value. Based on research data, field facts and comparing with previous research in nuclear installation facilities and the assessment of nuclear safety inspector as an external perspective, researchers set the level of maturity of PT X's safety culture into the category of stage 2, namely good safety performance becomes an organizational objective. From the results of the analysis with the likert scale approach it is known that "Accountability for safety” is the most powerful characteristics and characteristics that need to be improved including “Leadership for safety”, “Safety is integrated into all activities” and “Safety is learning driven”. Researchers recommend PT X to start developing SMK3 so that the safety context does not only focus on radiation safety but can be broader into general safety, the need for documentation of the implementation of sharing sessions related to safety and organizing soft skills training.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library