Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dania Nurul Paramita
"Data statistik PLN tahun 2018 menyatakan konsumsi energi terbesar berasal dari sektor rumah tangga dan akan terus meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Lemari pendingin merupakan salah satu peralatan yang mengkonsumsi energi paling banyak. Perlu dilakukannya penghematan energi agar ketersediaan energi listrik dapat ditingkatkan. Upaya penghematan energi dilakukan dengan mencampurkan lubricant kompresor dengan nanopartikel Aluminum Oxide (Al2O3) yang menghasilkan nanolubricant POE- Al2O3. Pencampuran ini ditujukan untuk meningkatkan heat transfer rate dari lubricant kompresor sehingga dapat mengurangi beban kerja kompresor. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati convective heat transfer coefficient sistem refrigerasi dengan metode Computational Fluid Dynamics (CFD) menggunakan software ANSYS Fluent. Simulasi dilakukan dengan memvariasikan nilai Reynolds Number aliran fluida pada 100, 300, 600, 900, 1200, dan 1500 dan fraksi volume dari nanopartikel terhadap lubricant yang digunakan sebesar 1%, 2.5%, dan 5% yang akan dibandingkan dengan fluida dasar (Pure POE). Hasil penelitian ini adalah terjadinya peningkatan nilai overall convective heat transfer coefficient dengan penambahan nanopartikel Al2O3.

From PLN statistical data for 2018, the largest energy consumption comes from the household sector and will continue to incfrease significantly each year. Refrigerator is one of the equipment that consumes the most energy. It is necessary to save energy so that the availability of electrical energy can be increased. The energy saving effort is carried out by mixing the compressor lubricant with Aluminum Oxide (Al2O3) nanoparticles which produce POE-Al2O3 nanolubricants. This mixing is intended to increase the heat transfer rate of the compressor lubricant so as to reduce the compressor workload. This study aims to observe the convective heat transfer coefficient of the refrigeration system with the Computational Fluid Dynamics (CFD) method using ANSYS Fluent software. The simulation is done by varying the Reynolds Number value of fluid flow at 100, 300, 600, 900, 1200, and 1500 and the volume fraction of nanoparticles to the lubricant used by 1%, 2.5%, and 5% which will be compared with the base fluid (Pure POE). The results of this study are an increase in the overall convective heat transfer coefficient value with the addition of Al2O3 nanoparticles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizha Mulyasih
"ABSTRAK
Kebakaran hutan dan lahan gambut yang melanda sejumlah wilayah di Kalimantan dan Sumatera di Indonesia pada tahun 2019 menjadi keperihatinan banyak kalangan. Para peneliti terus berupaya mempelajari terkait fenomena terjadinya proses pembakaran, metode penangulangan, metode pemadaman hingga mempelajari emisi yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan dalam skala laboratorium dilakukan untuk mempelajari fenomena dalam skala kecil agar mendapatkan hasil yang lebih mendekati dengan kondisi riil di lapangan. Penelitian ini melihat pengaruh ukuran reaktor uji dengan mengunakan reaktor ukuran 10x10x10 cm dan 40x40x20 cm untuk mempelajari fenomena perpindahan panas yang terjadi. Sampel yang digunakan berasal dari Palangkaraya, Kalimantan dan daerah Rokan hilir, Sumatra. Pada penelitian pembakaran membara gambut skala laboratorium dengan melihat pengaruh ukuran reaktor uji didapatkan hasil bahwa reaktor kecil dengan ukuran 10x10x10 cm akan menyebabkan laju perambatan pembakaran membara pada sampel dengan kecepatan laju 3 cm jam tidak dapat dilihat sebagai nilai yang tepat dikarenakan pada reaktor tersebut akan mengalami fenomena panas yang terakumulasi sehingga perpindahan panas tidak dapat dilihat sebagai fungsi laju aliran panas yang berpindah. Sedangkan dalam pengujian dengan reaktor 40x40x20, laju perambatan dapat dihitung karena perpindahan panas yang terjadi bersifat mengalir pada media berpori gambut dan tidak mengalami efek panas yang terakumulasi.

ABSTRACT
Peat fires that hit several regions in Kalimantan and Sumatra in Indonesia 2019 became a concern for many people. The researchers continue to study the peat smoldering phenomena with the combustion process, methods of handling, extinguishing methods to study the emissions produced. This research is conducted on a laboratory scale to study small-scale phenomena to obtain results that are closer to the real conditions on the field. This study looks at the effect of the size of the reactor by using reactors the size of 10x10x10 cm and 40x40x20 cm to learn the phenomenon of heat transfer that occurs. The samples used were from Palangkaraya, Kalimantan and Rokan hilir, Sumatra. The research on laboratory scale of peat smoldering combustion by looking at the effect of the reactor size, it was found that a small reactor with a size of 10x10x10 cm will cause the spread rate of the sample at a rate of 3 cm hour cannot be seen as the right value because the reactor will experience the phenomenon of heat that accumulates so that heat transfer cannot be seen as a function of heat flow that moves. Whereas in testing with a 40x40x20 reactor, the spread rate can be calculated because the heat transfer that occurs is flowing on the porous media and does not have heat accumulated.
"
2019
T55184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrudzaki Kirana
"Dalam penelitian ini metode baru dalam pengunaan phase changing material (PCM) dengan injeksi gelembung dilakukan untuk penerapan pada PCM dalam di dinding. Ketika gelembung di suntikan ke dalam phase changing material. kepadatan pada PCM berubah seiring dengan injeksi gelembung dimasukan kedalam PCM menyebabkan gerakan pada gelembung ke atas dan mengalir di PCM air, Pergerakan tersebut memecah perbedaan suhu. Untuk mengevaluasi perubahan suhu pada PCM digunakan dua ekperimental, ekeprimen pertama yaitu dengan injeksi gelembung dan ekperimen kedua tanpa injeksi gelembung. Energi yang tersimpan didalam PCMjuga akan di analisa. Hasilnya, dengan metode injeksi perbedaan temperatur pada PCM akan berkurang sedangkan dengan tidak mengunakan injeksi gelembung dengan perbedaan suhu 2,30C. Energi yang terserap pada pengunaan injeksi tersebut lebih besar pada metode tanpa injeksi gelembung dengan perbedaan 1336,35 J. Hasilnya penggunaan injeksi gelembung dapat memecah perbedaan temperatur tetapi mengurangi energi yang tersimpan pada PCM.

In this study a new method of using phase changing material (PCM) with bubble injection was carried out for application to PCM in wall encapsulation. When the bubble is injected into the phase changing material. The density of the PCM changes as the bubble injection is introduced into the PCM causing movement of the bubbles upward and flowing in the liquid PCM, the movement breaking the temperature difference. To evaluate temperature changes in PCM, two experiments were used, the first experiment was with bubble injection and the second experiment was without bubble injection. The energy stored in the PCM will also be analyzed. As a result, with the injection method the temperature difference in the PCM will be reduced while by not using bubble injection the temperature difference is 2,300C. The energy absorbed by using the injection is greater in the method without bubble injection with a difference of 1336.35 J. The result is that the use of bubble injection can break the temperature difference but reduce the energy stored in the PCM."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Eldira Ferdiansyah
"ABSTRAK
Air Conditioner pada umumnya merupakan salah satu peralatan elektronik yang sangat memakan daya listrik dan kurang ramah lingkungan. AC portabel pun pada umumnya menggunakan sistem yang simpel dengan direct evaporative cooling terhadap uap air, yang mengakibatkan tingginya kelembapan relatif beriringan dengan turunnya suhu sehingga membahayakan kesehatan pengguna. Kenyamanan seseorang dalam beraktivitas maupun beristirahat di dalam ruangan dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kelembapan, terlebih di Indonesia yang beriklim tropis di mana memiliki suhu rata-rata yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain pendingin ruangan skala kecil ramah lingkungan. Dengan Finned Heatpipe sebagai alat penukar kalor, alat pendingin diharapkan mampu membuat kondisi ruangan eksperimen memenuhi standar SNI untuk kenyamanan termal bagi ruang kerja. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung cooling load berdasarkan dimensi ruangan dan beban yang ada pada ruangan, hingga didapatkan airflow yang diperlukan sehingga dapat ditentukan kecepatan angin fan pada alat pendingin dan luas ductingnya. Semua eksperimen dilakukan dengan suhu ruangan awal 35 oC, jumlah baris heat pipe pada module yaitu 2 baris dan 3 baris, serta es batu yang digunakan untuk mendinginkan air pada reservoir dengan rasio massa air:es 6:1 dan 4:3 kg. Hasil dari alat pendingin rancangan menghasilkan kondisi ruangan eksperimen yang memenuhi standar SNI saat variasi 4:3 dan 3 baris dengan suhu akhir 26.68 oC dan kelembapan relatif 62.02%. Variasi lain belum memenuhi standar dengan beban pendingin yang sama. Hasil dari pengujian menunjukan alat pendingin akan bekerja secara optimal apabila dengan desain serta konfigurasi yang tepat dan maksimal.

ABSTRACT
Air Conditioner in general is one of the electronic equipments which consumes much electricity and is less environmentally friendly. Portable air conditioners generally use a simple system with direct evaporative cooling against water vapor, which results in high relative humidity along with falling temperatures, that endangers the user's health. The comfort of people in their activities and resting conditions indoors are influenced by the room temperature and humidity, especially in Indonesia with a tropical climate which has a fairly high average temperature. This research aims to design an environmentally friendly air conditioners for small-scale room. With Finned Heatpipe as the heat exchanger, the cooling device is expected to be able to make the conditions of the experimental room to meet the SNI standards for thermal comfort for the workspace in the room. This research was conducted by calculating cooling load based on the dimensions of the room and the load that is in the room, to obtain the required airflow so that the fan wind speed can be determined on the cooler and also to determine the ducting area. All experiments were carried out with an initial room temperature of 35 oC, the number of rows of heat pipes in the module were varied into 2 rows and 3 rows, as well as ice cubes used to cool the water in the reservoir with a water:ice mass ratio of 6:1 and 4:3 kg. The results of the designed cooling device produce the experimental room condition that meets SNI standards when the variations are 4:3 and 3 rows with a final temperature of 26.68 oC and a relative humidity of 62.02%. Other variations do not meet the standards with the same cooling load. The results of the test show the cooler will work optimally with the right design and configuration. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sugih Harto
"Penelitian ini berisi tentang laju penguapan tetesan di mana sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara, konsentrasi, temperatur lingkungan dan kecepatan aliran. Pada penelitian ini digunakan alat berupa penyuntik cairan yang berisi larutan aquades. Suntikan ini menghasilkan tetesan, yang kemudian dialirkan udara dengan variasi kecepatan antara 7 Hz, 10 Hz dan 15 Hz. Lalu variasi temperatur yang ada pada nilai 50°C, 75°C, 100°C dan 150°C. Dari sini akan diperlihatkan korelasi dari bilangan Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), dan Sherwood (Sh). Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya perpindahan kalor dan massa serta korelasi antara data pengujian dengan menggunakan metode rumus model umum, metode stagnan film, dan pendekatan model baru dari metode stagnan film oleh E. A. Kosasih.

Research about droplet evaporation is very influenced by air humidity, concentration, ambient temperature, and velocity of flow. The instrument device uses injection contained seaweed suspension. Air flows through the droplet with the variation of velocity on 7 Hz, 10 Hz dan 15 Hz. Variation of temperature on 50°C, 75°C, 100°C dan 150°C. This variation can shows the relationship of Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), and Sherwood (Sh) numbers. Heat and mass transfer occur in this process. This experiment's intended for knowing the correlation between analyzed data with the general method, stagnant film model, and the new model analysis of film stagnant model (E. A. Kosasih, 2006).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Romy Rizky
"ABSTRAK
Dalam sistem perpindahan panas, Two-Phase Closed Thermosyphon (TPCT) sangat efektif dan efisien. Thermosyphon adalah sebuah pipa kapiler tertutup yang berisi fluida kerja yang berfungsi sebagai media untuk menghantarkan panas dari sisi panas ke sisi dingin dari pipa. Thermosyphon terdiri dari tiga bagian yaitu: evaporator, adiabatik, dan kondensor. Salah satu permasalahan yang sering muncul pada penggunaan thermosyphon adalah kekeringan atau "dry out". Kekeringan dapat menyebabkan melelehnya dinding evaporator karena laten panas yang berlebih sehingga menyebabkan fluida kerja di area evaporator berubah semua menjadi uap dan air kondensat hasil kondensasi tidak bisa kembali lagi ke area evaporator karena tertahan oleh uap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sistem yang dapat mencegah terjadinya kekeringan pada TPCT, simulasi CFD dilaksanakan untuk memahami karakteristik fenomena kekeringan pada TPCT dan sebagai bahan referensi dalam perancangan sistem kendali. Pengujian sistem dilaksanakan dengan menguji 3 jenis variasi filling ratio pada TPCT, yaitu 30%, 45% dan 60%. Bagian evaporator TPCT dipanaskan melalui kolam yang diberi pemanas dengan beban konstan sebesar 6000 watt. Dalam pengujian, filling ratio 30% mengalam 4 kali kekeringan pertama kali di suhu 336.05 K , 45% 1 kali di suhu 339.2 K, dan filling ratio 60% tidak mengalami kekeringan ditandai dengan nilai hambatan termal yang paling rendah sebesar 5.15446 K/W. Semakin sedikit volume fluida kerja yang ada pada TPCT menyebabkan semakin cepatnya terjadi kekeringan. Dalam pengujian, ketika kekeringan terjadi fluida kerja tambahan di injeksi ke TPCT untuk mencegah rusaknya dinding evaporator karena kekeringan yang terjadi, kemudian air hasil kondensasi kembali ke reservoar penampung fluida kerja tambahan sebelum kembali ke bagian evaporator.

ABSTRACT
In a heat transfer system, a Two-Phase Closed Thermosyphon (TPCT) is highly effective and efficient. A thermosyphon is a closed tube that contains working fluid that serves to transfer heat from the hot section to the cooler section of the tube. A thermosyphon consists of three sections, namely: evaporator, adiabatic, and condenser. One of the problems that occur in thermosyphon applications is "dry out". Dry out can cause the evaporator wall to melt due to excessive heat latency, which causes the working fluid in the evaporator area to turn all into steam and condensate water resulting from condensation can not return to the evaporator area because it is blocked by steam. The purpose of this study is to create a system that can prevent dry out in TPCT, CFD simulations are carried out to understand the characteristics of dry out phenomena in TPCT and as a reference parameter in the design of control systems. System testing is carried out by experiment with 3 variation of filling ratio on TPCT, namely 30%, 45% and 60%. The TPCT evaporator section is heated through a pool that is heated with a constant load of 6000 watts. In experiment, 30% filling ratio occur 4 times dry out at first temperature 336.05 K, 45% 1 time at temperature 339.2 K, and 60% filling ratio did not occur dry out marked by the lowest thermal resistance value of 5.15446 K/W. The less volume of working fluid available in the TPCT causes more rapid dry out. In experiment, when dry out occurs additional work fluid is injected into the TPCT to prevent damage to the evaporator wall due to dry out, then the condensed water returns to the reservoir of additional working fluid before returning to the evaporator section."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuadi
"Penggunaan heat pipe dalam sistem pengondisi udara diharapkan mampu menjadi alternatif penghemat energi. Di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, proses pengkondisian udara setidaknya memerlukan dua tahap pengkondisian, yaitu pendinginan dan penurunan kelembaban. Heat pipe yang digunakan dalam pengkondisian udara dapat memenuhi kedua pengkondisian tersebut tanpa memerlukan sumber daya listrik tambahan. Sisi evaporator heat pipe berfungsi sebagai perangkat pendinginan awal (pre-cooling) dan sisi kondensor heat pipe digunakan sebagai penurun kelembaban. Salah satu cara untuk mendapatkan karakteristik heat pipe untuk digunakan pada sistem pengkondisian udara adalah melakukan variasi pada tekanan dan jenis fluida kerja yang digunakan pada heat pipe. Jenis fluida yang digunakan adalah R-134a dan R-22 dengan tekanan refrigeran R- 134a di dalam heat pipe adalah 708,063 kPa (88 psig), 618,431 kPa (75 psig) dan 556,378 kPa (66 psig). Sedangkan tekanan refrigeran R-22 di dalam heat pipe adalah 1101,064 kPa (145 psig), 894,222 kPa (115 psig), 859,748 kPa (110 psig) dan 825,274 kPa (105 psig).

The use of heat pipe in air conditioning system is expected to be an energy-saving alternative. In tropical climate such as Indonesia, the air conditioning process requires at least two stages of conditioning, cooling and dehumidifying. Heat pipe used in air conditioning can meet both conditioning without additional power source. Heat pipe evaporator side is function as pre-cooling device and the condenser heat pipe side is used as dehumidifying. One of the way to obtain the heat pipe characteristics to be used in air conditioning system is by doing variation, either on the pressure and the type of working fluid used in heat pipes. Fluid type used is R-134a and R-22 with refrigerant R-134a pressure inside the pipe was 708.063 kPa (88 psig), 618,431 kPa (75 psig) dan 556,378 kPa (66 psig). While the R-22 refrigerant pressure in the heat pipe was 1101.064 kPa (145 psig), 894.222 kPa (115 psig), 859.748 kPa (110 psig) and 825.274 kPa (105 psig)."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42462
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfhi Ibrahim
"Mesin pendingin hampir mutlak diperlukan di berbagai tempat seperti perkantoran, institusi pendidikan, perindustrian bahkan di lingkungan perumahan. Banyaknya penggunaan mesin pendingin dikarenakan manfaat yang dapat diperoleh oleh masyarakat salah satunya digunakan untuk mendinginkan atau mengawetkan produk makanan. Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah berfrofesi sebagai nelayan, sehingga diperlukan alat pendingin produk ikan yang praktis dan mudah dalam penggunaannya. Pada pembuatan ice slurry generator ini penulis meneliti mengenai pengaruh Putaran pengaduk motor terhadap hasil es frkasi yang diperoleh dengan menggunakan pengaduk jenis scraper blade dan orbital rod dengan menganalisa sifat thermofluida air laut sperti : Density, mass of Ice Fraction, Viscosity dan Chilling time.

Refrigetor was used by public for every segmentation such as office, school, industry and home industry, as function for chilling some product. In majority of Indonesian humanbeing as a fisherman the portable refrigerator will necessary to help their daily activity. In this report the writer is analise the Effect of Motor RPM for Scraper Blade and Orbital Rod on Ice Fraction Generation of ice Slurry generator. This project to knowing calculating and analyzing the thermodynamic of ice slurry such as : Density, Mass of Ice Fraction, Viscocity and chilling time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42325
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Ragil Kurniawan
"Indonesia merupakan negara beriklim trpois dengan temperatur udara berkisar 28°C-35°Cdengan kelembaban Relative Humidity 70%-90%. Sedangkan kondisi nyaman udara pada suatu ruangan yaitu pada temperature 22°C-25°C dengan kelembapan relative humidity 40%-60%. Oleh karena itu pengkondisian udara merpakan sebuah solusi atas permasalahan tersebut. Hampir semua pengkondisian udara di Indonesia dilakukan dengan cooling dan dehumidification. Pada perkembangan beberapa akhir tahun ini, biaya operasional bangunan telah habis hingga 60% digunakan untuk pengkondisian udara. Aplkasi Heat pipe dalam pengkondisian udara telah banyak diterapkan. Heat pipe merupakan sebuah alat heat exchanger dengan kemampuan transfer panas yang sangat baik. Heat pipe dapat berfungsi sebagai precooler dan reheater serta berperan dalam menurunkan relative humidity.

Indonesia have a tropic climate with 28°C-35°C in temperature and 70%-90% in Relative Humidity. Comfortable condition of air in building is about 22°C-25°C and relative humidity 40%-60%. So, air conditioning which in Indonesia using cooling and dehumidification system is a solution. But the cost of air conditioning is very expensive and almost spend 60% of operational cost. So, heat pipe application in heat exchanger for air conditioning is often used. Heat pipe have a good ability in heat exchanger. It's function for precooling, reheating and also dehumidification in air conditioning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42845
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mach Novviali
"Metode pendinginan yang lebih efektif dibutuhkan nelayan sebagai media penyimpanan ikan untuk dapat menghasilkan kualitas ikan yang baik dan tahan lama. Penggunaan es balok oleh sebagian besar nelayan di Indonesia masih dianggap kurang efektif dikarenakan bersifat keras dan merusak ikan. Selain itu di beberapa daerah sulit untuk mendapatkan es balok dengan harga yang terjangkau. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk menghasilkan kualitas ikan lebih segar dan awet adalah pendinginan menggunakan ice slurry berbahan dasar air laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakteristik ice slurry dan membandingkan unjuk kerja pada dua sistem ice slurry generator bertipe scraper blades evaporator dan orbital rod evaporator. Pengujian dilakukan dengan variasi volume air laut pada 4.5 liter, 4 liter, 3.5 liter, dan 3 liter. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa sistem scraper blades evaporator lebih efektif penggunaanya energinya dibandingkan sistem orbital rod evaporator, yaitu sebesar 42 - 52 %.

A more effective method of cooling is required by fishermen for fishing storage to produce fish in good quality and durable. The use of a beam ice by a majority of fishermen in Indonesia is still considered to be less effective due to the harsh and destructive fishing. Also in some areas it is difficult to get the ice beam at an affordable price. One of solution offered to keep the fish more fresh and good quality using ice slurry made from sea water.
This research aimed to observe the characteristics of ice slurry and compare the performance between scraper blades evaporator and orbital rod evaporator in ice slurry generator. The experimental performed with variation of the volume of sea water at 4.5 liters, 4 liters, 3.5 liters, and 3 liters. From the experimental results obtained that the use of energy in the scraper blades evaporator more effectively than the use of energy in the orbital rod evaporator, amounting to 42 - 52 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>