Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gina Taqiyya Edwar
"Bedah ambulatori merupakan prosedur bedah yang memiliki banyak keuntungan bagi pasien, seperti mencegah infeksi nosokomial, lebih time-effective, dan cost-effective. Penelitian ini bertujuan untuk melihat insidensi pasien rawat inap yang memenuhi kriteria bedah ambulatori dan karakteristik yang berhubungan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di Departemen Bedah RSCM pada tahun 2022. Peneliti menggunakan metode total sampling untuk menghitung insidensi pasien rawat inap yang memenuhi kriteria bedah ambulatori berdasarkan durasi operasi dan jenis operasi, usia, BMI, dan skor ASA melalui rekam medis pasien di Departemen Bedah RSCM pada tahun 2022 yang diambil dari laporan tahunan Instalasi Pelayanan Bedah Terpadu (IPBT) 2022 dan rekam medis RSCM. Pasien Departemen Bedah menyumbang angka paling besar yaitu sebanyak 2117 (31,19%). Insidensi pasien operasi rawat inap yang memenuhi kriteria bedah ambulatori di Departemen Bedah pada tahun 2022 adalah 91 (4,30%) dengan proporsi terbesar yaitu berusia 0-19 tahun (47,25%), BMI normoweight (27,47%), mean durasi operasi 105,5 menit, dan skor ASA II (90,1%). Insidensi pasien yang memenuhi kriteria bedah ambulatori di Departemen Bedah RSCM pada tahun 2022 sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi terhadap praktik bedah ambulatori yang dilakukan di RSCM untuk meningkatkan jumlah pasien yang dapat menjalani prosedur bedah ambulatori.

Ambulatory surgery procedure has many advantages, such as preventing nosocomial infections, time-effective, and cost-effective. Therefore, this study aims to look at the incidence of inpatients who meet the criteria for ambulatory surgery and related characteristics.The research is a descriptive study conducted with a total sampling method to calculate the incidence of surgery inpatients who met the criteria based on duration and type of surgery, age, BMI, and ASA score for surgery at the RSCM Surgery Department in 2022, taken from the 2022 Instalasi Pelayanan Bedah Terpadu (IPBT) annual report and RSCM medical records. Surgery Department patients contributed the largest number, namely 2117 (31.19%). The incidence of inpatients who meet the criteria for ambulatory surgery in the Surgery Departemen in 2022 is 91 (4.30%) with characteristics such as age ≤ 19 years (47.25%), BMI normoweight (27.47%), mean duration of operation 105,5 minutes, and ASA score II (90.1%). The incidence of patients who meet the criteria for ambulatory surgery at the RSCM Surgery Department in 2022 is very low. Therefore, it is necessary to evaluate the ambulatory surgical practices carried out at RSCM to increase the number of patients who can undergo ambulatory surgical procedures. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Naridipta Anindyahapsari
"Latar Belakang. Nyeri pascabedah adalah masalah utama pascalaparotimi yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas pascabedah. Derajat nyeri pascalaparotomi dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya jenis pendekatan laparotomi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai perbandingan derajat nyeri pascalaparotomi digestif di atas umbilikus dan ginekologi yang mendapat analgesia kombinasi intravena dan epidural. Metode penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan metode kohort retrospektif terhadap 34 pasien wanita yang menjalani laparotomi digestif atas dan 34 pasien laparotomi ginekologi yang berusia 18 hingga 65 tahun dengan klasifikasi ASA I hingga III di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari 2022 hingga Juli 2023. Data pasien dipilih secara konsekutif dari rekam medik rumah sakit. Pasien dengan data yang tidak lengkap dan komplikasi pascabedah yang serius dikecualikan dari penelitian. Data kemudian diolah menggunakan SPSS dan dianalisis dengan uji Mann- Whitney. Hasil. Rata-rata derajat nyeri pasca bedah sewaktu beristirahat pada pasien yang menjalani laparatomi digestif di atas umbilikus yaitu sebesar 2.09 ± 0.9 dan 2.53 ± 1.187 pada laparotomi ginekologi. Sedangkan derajat nyeri sewaktu bergerak pada pasien yang menjalani laparatomi digestif di atas umbilikus sebesar 3.82 ± 1.242 dan 3.12 ± 0.046 pada pasien yang menjalani laparatomi ginekologi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perbandingan derajat nyeri pascabedah laparatomi sewaktu bergerak ( p =0.016). Derajat nyeri sewaktu istirahat laparatomi digestif di atas umbilikus dengan pasien laparatomi ginekologi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. (p 0.098). Kesimpulan. Dengan pemberian kombinasi analgesia epidural dengan analgetik intravena, derajat nyeri pascabedah sewaktu bergerak pada laparotomi digestif di atas umbilikus lebih tinggi signifikan dibandingkan laparatomi ginekologi meskipun secara klinis tidak bermakna. Tidak terdapat perbedaan signifikan derajat nyeri pada waktu istirahat pada kedua jenis pembedahan.

Introduction. Postoperative pain can lead to serious complications. The intensity of postoperative pain is influenced by numerous factors, such as type of laparatomy. Multimodal analgesia is recommended to manage postlaparatomy pain. This study aims to compare the intensity of post digestive and gynecology laparatomy pain in patients with intravenous and epidural analgesia. Method. This study is conducted using retrospective cohort method approach on 34 female patients underwent upper digestive laparatomy and 34 female patients underwent gynecology laparatomy, aged 18 to 65, classified as ASA I -- III in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2022 to July 2023. Patient data was consecutively selected from hospital’s medical records. Patient with incomplete data and severe postoperative complications were excluded from the study. The data was then analyzed using SPSS and the analysis were tested using the Mann-Whitney. Results. The mean of postoperative pain at rest in patients undergoing upper umbilical digestive laparatomy is 2.09 ± 0.9 , and 2.53 ± 1.187 in gynecologic laparotomy. Meanwhile, the mean of postoperative pain during movement in patients undergoing upper umbilical digestive laparatomy is 3.82 ± 1.242 and 3.12 ± 0.946 for gynecologic laparatomy. There is statistically significant difference in the comparison of postoperative pain levels during movement with a p value of 0.016. There is no significant difference in postoperative pain levels at rest between patients undergoing digestive laparotomy upper umbilicus and gynecologic laparotomy patients with p value of 0.098. Conclusion. The degree of postoperative pain during movement is statisically significant but not clinically important in digestive laparatomy upper umbilicus compared to gynecologic laparotomy when given the combination of intravenous and epidural analgetics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library