Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Shafira Keumala
"Pada mahasiswa, depresi merupakan suatu hal yang sangat umum dialami. Bahkan, ditemukan 50% siswa sedang berusaha menyelesaikan Depresi kompilasi dimulai masa perkuliahan. Depresi merupakan suatu keadaan subjektif yang dapat dilakukan menimbulkan berbagai dampak, hingga pikiran untuk mengeluarkan diri. Penelitian ini Terkait dengan memahami hubungan kualitas pertemanan, kesepian, dan faktor demografis (jenis kelamin, angkatan, pengaturan tempat tinggal, dan fakultas) dengan depresi pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Sampel diambil dengan metode non probability sampling, dan diperoleh 230 partisipan. Alat ukur yang digunkaan adalah HSCL-25, de Jong-Gierveld Loneliness Scale, dan MFQ-FF. Analisis data dialakukan dengan chi-square, ANOVA satu arah, dan pikirkan pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Ada interaksi positif yang signifikan antara kesepian (kesepian emosional dan sosial kesepian) dengan depresi pada mahasiswa UI, (2) tidak ada pertimbangan yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan depresi pada mahasiswa UI, dan (3) tidak terkait dengan yang signifikan antara faktor demografis (jenis kelamin, angkatan, mengatur tempat tinggal, dan fakultas) dengan depresi pada Mahasiswa UI.

Depression is a common thing for students. In fact, 50% of students start get depressed once they start their studies. Depression is subjective conditions that can have many effects, including the idea of ​​suicide. This lesson aims to find out the relationship between the qualities of friendship, loneliness, and demographic factors (gender, class or group, housing arrangement, and faculty) and depression in University of Indonesia (UI) students. The sample is selected by the non-probability sampling method, of which 230 participants were present was obtained. The measuring instruments used in this study are as follows HSCL-25, de Jong-Giervelds Lonely Scale, and MFQ-FF. Data analysis is performed using chi-square correlation, one-way ANOVA, and Pearson. Results research shows that; (1) there is a significant positive correlation between lonely (emotional and social), (2) there is no significant correlation between the quality of friendship and depression in UI students, and (3) nothing significant correlation between demographic factors (gender, class or group, housing) settings, and faculty) and depression in UI students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Nabilah Pratiwi
"Studi sebelumnya berusaha untuk menguji konsekuensi emosional yang mungkin timbul dari penggunaan media sosial. Salah satunya adalah efek pos positif orang asing pada pengaruh seseorang. Ada dua perspektif utama dalam menjelaskan hubungan antara penggunaan media sosial dan pengaruh, yaitu teori perbandingan sosial dan penularan emosional. Peneliti menguji variabel moderator untuk keberadaan makna dalam kehidupan untuk menjelaskan perbedaan hasil yang diperoleh dari melihat posting positif di Instagram dari orang asing pada pengaruh seseorang.
Penelitian eksperimental ini dilakukan dengan membagi peserta menjadi tiga kondisi, yaitu pos positif, pos netral, dan tidak ada pos. Makna variabel dalam hidup diukur dengan menggunakan Meaning in Life Questionnaire - Presence (MLQ-P) dan variabel yang mempengaruhi diukur menggunakan PANAS dan Efek Negatif Jadwal (PANAS).
Hasil penelitian dari 111 siswa (36 siswa dalam kondisi pos positif, 34 siswa dalam kondisi pos netral, dan 41 siswa dalam kondisi pos tidak) menunjukkan bahwa makna kehidupan variabel memoderasi pengaruh melihat posting positif dari orang asing di pengaruh positif b = 0,447, p <0,05, tetapi tidak pada pengaruh negatif. Temuan ini menunjukkan bahwa makna hidup dapat melindungi pengaruh positif seseorang dari pemaparan pos positif orang asing.

Previous studies have tried to examine the emotional consequences that may arise from the use of social media. One of them is the positive postal effect of strangers on one's influence. There are two main perspectives in explaining the relationship between social media use and influence, namely social comparison theory and emotional contagion. The researcher tested the moderator variable for the existence of meaning in life to explain the difference in results obtained from seeing positive posts on Instagram from strangers on one's influence.
This experimental study was conducted by dividing participants into three conditions, namely positive posts, neutral posts, and no posts. The meaning of variables in life is measured using Meaning in Life Questionnaire - Presence (MLQ-P) and influencing variables are measured using the HEAT and Negative Effects Schedule (HEAT).
The results of 111 students (36 students in positive postal conditions, 34 students in neutral postal conditions, and 41 students in positive postal conditions) showed that the meaning of life variables moderating the effect of seeing positive posts from strangers on positive influences b = 0.447, p < 0.05, but not to a negative effect. This finding shows that the meaning of life can protect a person's positive influence from exposure to positive strangers' posts.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anadia Wanda Putri
"Sebagai mahasiswa, berada pada masa transisi dari remaja akhir menuju dewasa awal dan memiliki berbagai tuntutan yang diemban dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan mental salah satunya yakni kecemasan. Fenomena kecemasan ini dapat berdampak buruk hingga fatal pada individu jika terus meningkat. Oleh karena itu, penting bahwasannya untuk mengetahui hal-hal yang berperan dalam menurunkan tingkat kecemasan pada mahasiswa. Penelitian ini memiliki bertujuan untuk mengetahui apakah peran dari perceived social support terhadap kecemasan dimoderasi self-esteem. Variabel kecemasan diukur dengan 10 item dimensi kecemasan dari Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), perceived social support diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan self-esteem diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Sebanyak 747 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia merupakan responden dalam penelitian ini. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa perceived social support berhubungan secara negatif terhadap kecemasan, namun hubungan di antara keduanya tidak dimoderasi self-esteem.

As a college student, being in the transition from late teenage to young adult and have a lot of role demands may leads to increase mental illness which one of them is anxiety. This anxiety phenomenon can bring bad impact up to fatalities if it keeps on escalating. Therefore, it is important to know the matters that have impact on reducing the anxiety level of college students. This research’s goal is to know the role of perceived social support to anxiety level and moderated by self-esteem. The anxiety variable was measured using 10 items anxiety dimension of Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), the perceived social support was measured using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and the self-esteem was measured using Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Total of 747 college students from various colleges in Indonesia were respondents in this research. The result of this research indicates that perceived social support has a negative relationship to anxiety, but the relationship between both is not moderated by self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Yuniarsih
"Di Indonesia, terdapat proses perkenalan sebelum menikah yang diatur berdasarkan nilai-nilai agama Islam, yaitu ta?aruf. Ta?aruf memiliki beberapa aturan tertentu, seperti adanya batasan durasi saat ta?aruf, interaksi pria dan wanita yang tidak boleh bersentuhan, dan harus dimediatori oleh pihak tertentu selama menjalani prosesnya. Individu yang menjalani proses ta?aruf diketahui merupakan individu yang mempunyai tingkat religiositas yang tinggi. Berdasarkan beberapa litelatur, religiositas memiliki hubungan yang positif dengan stabilitas pernikahan. Peneliti menduga bahwa tingkat religiositas yang tinggi pada individu yang menikah melalui ta?auruf juga akan memiliki hubungan yang positif dengan stabilitas perikahan. Maka, peneliti melakukan penelitian yang melihat hubungan antara religiositas dan stabilitas pernikahan pada 100 individu yang menikah melalui ta?aruf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiositas dan stabilitas pernikahan pada individu yang menikah melalui ta?aruf (r = 0.170, p < 0.05, one tailed).

In Indonesia, there is an acquaintanceship process before marriage regulated based on values of Islam, namely ta'aruf. Ta'aruf has some specific rules, such as limitation of ta?aruf duration, no physical contacts allowed during interaction between men and women, and the couples should be mediated by other party along the process. Individuals who practice ta'aruf process known as individuals who have a high level of religiosity. Based on some literatures, religiosity has a positive relationship with marital stability. Researcher speculated that high level of religiosity on individuals who are married through ta?aruf will also have a positive relationship with marital stability. Thus, researcher conducted a study to see the relationship between religiosity and marital stability in 100 individuals who are married through ta?aruf. The results showed that there is a significant positive relationship between religiosity and marital stability (r = 0170, p < 0.05, one-tailed)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Saraswati
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan kualitas pertemanan pada remaja akhir dari keluarga utuh, bercerai, dan menikah kembali.
Resiliensi didefinisikan sebagai perwujudan kualitas pribadi atau kemampuan individu dalam melakukan coping untuk menghadapi dan dapat bertahan dari kesulitan atau perubahan. Kualitas pertemanan adalah penilaian individu terhadap seberapa baik teman dalam memenuhi fungsi-fungsi pertemanan. Pengukuran resiliensi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Resiliency Attitudes and Skills Profile (RASP) yang dikembangkan oleh Hurtes dan Allen (2001). Pengukuran kualitas pertemanan dilakukan dengan menggunakan alat ukur McGill Friendship Questionnaire-Friends' Function (MFQ-FF) yang dikembangkan oleh Mandelson & Aboud (2012). Partisipan penelitian berjumlah 75 remaja akhir yang tinggal bersama keluarga kandung, bercerai, dan atau tiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dan kualitas pertemanan pada remaja akhir dari keluarga utuh, bercerai, dan menikah kembali. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pemeliharaan kualitas pertemanan bagi remaja dalam mengalami perceraian atau pernikahan kembali orang tua untuk mengembangkan resiliensinya.

ABSTRACT
This research was conducted to find the relationship between resiliency and friendship quality among late adolescence. Resiliency defined as the manifestation of individual quality or the ability to cope and survive from adversity or change. Friendship quality is an individual judgement of the degree to which a friend fulfills friendship functions. Resiliency was measured by Resiliency Attitudes and Skills Profile (RASP) (Hurtes and Allen, 2001). Friendship quality is measured by McGill Friendship Questionnaire-Friends' Function (MFQ-FF) (Mandelson & Boud, 2012). Participants of this research were 75 late adolescents living with biological, divorced, or step family. Results shows a positive significant correlation between resiliency and friendship quality among late adolescence from intact, divorced, or remarried families. The implication of this study is the
importance of maintaining a good friendship quality for late adolescence who has experienced parental divorce or remarriage in order to develop their resiliency., This research was conducted to find the relationship between resiliency and
friendship quality among late adolescence. Resiliency defined as the manifestation
of individual quality or the ability to cope and survive from adversity or change.
Friendship quality is an individual judgement of the degree to which a friend
fulfills friendship functions. Resiliency was measured by Resiliency Attitudes and
Skills Profile (RASP) (Hurtes and Allen, 2001). Friendship quality is measured by
McGill Friendship Questionnaire-Friends' Function (MFQ-FF) (Mandelson &
Boud, 2012). Participants of this research were 75 late adolescents living with
biological, divorced, or step family. Results shows a positive significant
correlation between resiliency and friendship quality among late adolescence from
intact, divorced, or remarried families. The implication of this study is the
importance of maintaining a good friendship quality for late adolescence who has
experienced parental divorce or remarriage in order to develop their resiliency.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Kurniati
"ABSTRAK
Meskipun pernikahan diketahui memberikan berbagai dampak positif bagi individu, kenyataan yang terjadi saat ini ialah meningginya tingkat kasus perceraian. Survei menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah ketidaksesuaian antara relationship beliefs individu dengan kenyataan. Akibatnya, individu cenderung mengalami burnout pernikahan dan lebih lanjut dapat berujung pada perceraian. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan menunjukkan adanya perbedaan hasil. Selain itu, peneliti berniat mengetahui peran relationship beliefs pasangan terhadap hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan individu. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 162 pasangan suami-istri menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan yang dialami pasangan suami-istri. Selain itu, diketahui tidak terdapat moderasi relationship beliefs pasangan terhadap hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan individu. Hal ini terjadi karena pengaruh tingkat pendidikan istri dan ideologi peran gender yang dianut oleh individu serta peran faktor lain yang turut memengaruhi hasil penelitian.

ABSTRACT
Despite the positive effects that marriage gives, the divorce rate is increasing. This is caused by the incongruency between individual‟s relationship beliefs and reality, resulting marital burnout. This research aimed to investigate deeper about the correlation between relationship beliefs and marital burnout among married couple owing to different results of the previous researches. Moreover, it also aimed to analyze the role of spouse‟s relationship beliefs to the correlation between individual relationship beliefs and marital burnout. Data from 162 marital couples shows a positive and significant correlation between relationship beliefs and marital burnout among married couple but shows no moderation of spouse‟s relationship beliefs to the correlation. It‟s explained by wives‟ educational background and individual gender role ideology as well as other various factors contributing to this result."
2016
S64295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh anak dan subjective well-being remaja awal. Partisipan dalam penelitian ini adalah 162 remaja awal yang berusia 12-15 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah adalah Nurturant Fathering Scale NFS dan Father Involvement Scale-Reported FIS-R oleh Finley Schwartz 2004. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur SWB adalah Satisfaction With Life Scale SWLS dari Diener 1985 dan Positive and Negative Affect Schedule PANAS milik Watson, Clark dan Tellegan 1988 . Teknik analisis yang digunakan adalah pearson correlation. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara domain father nurturance dan domain reported father involvement keterlibatan ayah dengan afeksi positif SWB. Hasil juga menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara domain father nurturance dengan afeksi negatif SWB.

The aim in this research is to investigate the relationship between perceived father involvement with early adolescent rsquo s subjective well being. Participant in this research were 162 early adolescents 12 15 years old. Nurturant fathering Scale NFS dan Father Involvement Scale Reported FIS R by Finley Schwartz 2004 is used to measure father involvement. For measure subjective well being we used Satisfaction With Life Scale SWLS from Diener 1985 and Positive and Negative Affect Schedule PANAS by Watson, Clark and Tellegan 1988. We used the pearson correlation to measure correlation between variables. Result indicated that domain father nurturance and domain reported father involvement is positively significant related with positive affect, and also found that domain father nurturance is negatively significant related with negative affect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Kumala Sari
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah kepribadian dapat memprediksi komitmen berpacaran pada individu berusia beranjak. Penelitian ini melibatkan 381 individu berusia beranjak dewasa yang telah menjalani hubungan pacaran selama minimal 6 bulan dengan cara mengisi kuesioner Investment Model Scale dan Big Five Inventory.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kepribadian berpengaruh positif terhadap komitmen berpacaran, atau dalam kata lain, kepribadian terbukti dapat memprediksi komitmen. Temuan lain dalam penelitian ini adalah bahwa hanya Extraversion yang berkontribusi secara signifikan terhadap komitmen berpacaran.
Temuan tambahan dalam penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan antara durasi pacaran dengan komitmen berpacaran dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara komitmen berpacaran pada perempuan dan laki-laki.

The main purpose of this study is to determine whether personality can predict commitment in romantic relationship amongst emerging adults. The study involved 381 individuals who has undergone a courtship for at least 6 months by filling out the Investment Model Scale and Big Five Inventory questionnaires.
The results of the regression analysis show that personality has a positive effect on commitment or in other words, personality is proven to predict commitment. Another finding in this study is that only Extraversion contributes significantly to commitment.
An additional finding in this study is that there is no relationship between the duration of courtship to commitment and there is no significant difference between commitment in women and men.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devyanti Diyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah parenting knowledge dapat memprediksi self-perception of parenting pada ibu baru, yaitu ibu yang baru pertama kali melahirkan anak yang berusia 0-24 bulan. Dalam menjalani masa transisi menjadi orang tua, self-perception of parenting menjadi faktor penting yang harus dimiliki oleh para ibu baru. Ibu dengan self-perception of parenting yang positif cenderung untuk melihat dan menjalani masa transisi menjadi orang tua secara positif. Self-perception of parenting terdiri dari empat skala, yaitu skala kompetensi, kepuasan, investasi, dan integrasi. Karakteristik partisipan pada penelitian ini adalah seorang ibu baru yang berusia minimal 25 tahun dan mengenyam pendidikan minimal D3. Partisipan penelitian adalah 148 ibu baru yang mengisi kuesioner mengenai self-perception of parenting Self-Perceptions of the Parental Role; SPPR dan parenting knowledge Knowledge of Infant Development Inventory; KIDI . Hasil menunjukkan bahwa parenting knowledge tidak signifikan memprediksi keempat skala pada self-perception of parenting pada ibu baru.

This study was carried out to examine parenting knowledge as a predictor of self perception of parenting among first time mothers, namely mothers who have given birth to children aged 0 24 months for the first time. In the process of going through a transition to become a parent, self perception of parenting becomes a pivotal factor that is required for first time mothers. Mothers who possess a positive self perception of parenting tend to view and undergo the transition to parenthood period in a positive manner. Self perception of parenting includes four scales, such as competence, satisfaction, investment, and integration. Participant characteristics in this study are first time mothers who are at least 25 years old and had completed at least associates degree. The participants were 148 first time mothers that filled questionnaires about self perception of parenting Self Perceptions of the Parental Role SPPR and parenting knowledge Knowledge of Infant Development Inventory KIDI. The finding indicated that parenting knowledge was not significantly predicted the four scales of self perception of parenting among first time mothers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Putri Pertiwi
"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kompensasi dan permintaan maaf merupakan cara untuk memulihkan rasa percaya seseorang Lewicki Brinsfield, 2017 . Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kompensasi dan variasi permintaan maaf terhadap pemulihan rasa percaya. Desain penelitian ini ialah randomized 2 besar kompensasi: kompensasi kecil vs tanpa kompensasi x 3 permintaan maaf: permintaan maaf lengkap vs permintaan maaf parsial vs tanpa maaf between subject. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memodifikasi trust game Desmet, De Cremer, Van Dijk, 2010 dan dijalankan dengan menggunakan program z-Tree. Partisipan terdiri dari 184 mahasiswa/i aktif Universitas Indonesia jenjang S1. Hasil menunjukkan bahwa meskipun partisipan yang mendapatkan kompensasi kecil dan permintaan maaf parsial pemulihan rasa percayanya paling tinggi dibandingkan dengan kelompok eksperimen lainnya, namun secara statistik tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara pemberian kompensasi kecil dan variasi permintaan maaf terhadap pemulihan rasa percaya. Hasil tersebut dapat ditinjau dari perbedaan individu dan aspek budaya.

Researches showed that compensation and apology were means to repair one rsquo s trust Lewicki Brinsfield, 2017 . This study aimed to explore the effect of compensation and apology toward trust repair. Research design of this study was randomized 2 compensation small compensation vs. no compensation x 3 apology full apology vs partial apology vs without apology between subjects. This experimental study modified trust game Desmet, De Cremer, Van Dijk, 2010 run by using z Tree program. A total of 184 students of Univeristas Indonesia participated in this study. The result showed that despite of the group who got small compensation and partial apology had the highest trust repair, no statistically significant effect was found on small compensation and apology toward trust repair. This results could be evaluated from the individual differences and cultural aspect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>