Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anissa Mutiara Herlianti
Abstrak :
ABSTRAK
Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) merupakan salah satu sistem hidroponik dimana lapisan nutrisi yang sangat dangkal disirkulasikan melewati akar tanaman. Sistem hidroponik bergantung pada nutrisi anorganik sebagai pemasok unsur hara. Penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat mengurangi dosis pupuk anorganik yang diaplikasikan pada sistem hidroponik agar lebih efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik kombinasi pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam meningkatkan populasi bakteri endofit, kandungan klorofil dan hasil tanaman pakcoy pada hidroponik sistem NFT. Penelitian telah dilaksanakan diLaboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari empat perlakuan yaitu 100% Pupuk Anorganikdan 100% Pupuk Hayati + Pupuk Anorganik 100%, 75% dan 50%. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, populasi bakteri endofit, kandungan klorofil, hasil tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 100% pupuk hayati dan 50% pupuk anorganik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik hingga 50 % dan berpengaruh terhadap peningkatan populasi bakteri endofit, kandungan klorofil dan hasil tanaman pakcoy pada hidroponik sistem NFT.
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mudiyati Rahmatunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia has been practicing both symmetric and asymmetric decentralization for decades. This study believes that asymmetric decentralization should not only for those five provinces (Jakarta, Yogyakarta, Aceh, Papua and West Papua). If political considerations and the effectiveness and efficiency of government, asymmetric decentralization becomes a necessary choice for many other regions in Indonesia. This includes autonomous regions characterized by islands (archipelagic regions). Hence, this paper will discuss a number of reasons why archipelagic regions also need asymmetrical arrangements. How to make such arrangements functional? What potential challenges might be encountered? This study employs qualitative approach with theory-driven type. Operationally, this study is sustained by a series of Focus Group Discussion (FGD) and documentary method. Aiming at strengthening the capacity of the government for more effective governance and development process, the uniqueness and various specific problems faced by archipelagic regions become the main reasons for applying asymmetric decentralization. Proposing a separate policy provides an effective strategy for certainty and functional de jure and de facto asymmetry arrangements. Handling various existing problems which could weaken the capacity to carry out asymmetric decentralization policy would be the most appropriate strategy to make the policy facilitates its potential benefits.
Jakarta: Research and Development Agency Ministry of Home Affairs, 2018
351 JBP 10:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library