Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiarto Arif Santoso
Abstrak :

ABSTRAK
Dalam bahasa Jawa ada sebutan untuk percakapan yang mengandung kata-kata kasar, keji dan kotor yaitu pisuhan. Secara harafiah pisuhan berarti cacian atau makian. Pisuhan ini sering muncul dalam percakapan informal baik di lingkungan masyarakat maupun di pesawat radio dan televisi. Herawati (1987; 2) dalam penelitiannya mendapatkan sejumlah kata-kata pisuhan yaitu dari lingkungan yang berpendidikan tinggi, dari keluarga priyayi, dari orang-orang yang berasal dari desa, dan dari golongan yang tidak berpendidikan, serta orang-orang yang berprofesi rendah seperti tukang becak, sopir, makelar, kenek, dan sebagainya.

Kehadirannya di pesawat radio dan televisi juga menandakan bahwa pisuhan sebagai fenomena kebahasaan -dalam hal ini kebahasaan Jawa- secara sadar atau tidak sadar telah dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pisuhan banyak berperan sebagai bumbu komunikasi tidak resmi seperti dalam percakapan antarkawan, antarsejawat, antarkolega dan sebagainya. Sedangkan dalam komunikasi resmi seperti di kelas, seminar atau forum ilmiah pisuhan jarang sekali dipakai, namun bukan berarti tidak pernah ada dalam komunikasi resmi, ada tetapi jumlahnya sedikit.
1998
S11639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saryanto
Abstrak :
Sing dalam bahasa Jawa disebut sebagai tembung sesulih, panggandheng, tembung panyilah atau pronomina rela_tif. Sing bersinonim dengan kang, dan ingkang, juga berpadanan dalam bahasa Indonesia dengan yang. Sebagai sebuah partikel, kata sing tidak pernah muncul sendiri dalam suatu kalimat. Kata tersebut harus berhubungan atau berga_bung dengan kata lainnya untuk dapat bermakna gramatikal. Pembicaraan mengenai proses pembentukan kata sing dengan kata lain yang memungkinkan bervalensi (bergabung) akan membentuk sebuah frase. Frase bentukan antara sing dengan kata lainnya akan menghasilkan frase nomina. Adapun kelas kata yang dapat bergabung dengan sing membentuk frase nomina adalah nomina, verba, ajektiva, pronomina, numeralia, preposisi dan adverbia. Konstruksi sing sebagai frase nomina merupakan pembicaraan bidang sintaksis.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustinus Suripto
Abstrak :
Penelitian dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan bidang linguistik bahasa Jawa telah banyak dilakukan dan ditulis baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Belanda maupun bahasa Inggris. Tulisan-tulisan itu ada yang berbentuk disertasi, laporan penelitian, makalah yang dimuat dalam majalah ilmiah atau yang di bahas dalam diskusi ilmiah ataupun yang telah diterbitkan. Sebagai contoh, Gloria Poedjosoedarmo dkk., Beberapa masalah sintaksis Bahasa Jawa (1981), Soedjito dkk., system Morfologi Kata Kerja Bahasa Jawa Dialek Jawa Timur (1981), Uhlenbeck, Studies in Javanese Morphology (1978), Soepomo Poedjosoedarrno, Morfologi Bahasa Jawa (1979). Dari tulisan mengenai bidang linguistik bahasa Jawa yang ada, belum ada yang nembahas prefiks (N-) secara khu_sus dan terinci. Oleh karena itu penulis berusaha menulis dalam bentuk skripsi ini, yaitu tentang prefiks (N-) yang banyak dipakai dalam proses morfologi bahasa Jawa dengan tujuan agar dapat dipahami kedudukan dan peranannya. Dalam pembahasan selanjutnya akan tampak bahwa prefiks (N-) tidak hanya berperan sebagai awalan, tetapi juga dapat bertindak sebagai afiks gabung dalam bentuk (N-(_) _i) dan (N- (_)-ake) selain dapat berfungsi sebagai pembentuk ka_ta kerja, ternyata prefiks (N-) juga dapat berfungsi mengubah kelas kata, bila diletakkan pada bentuk dasar dari jenis kata benda, kata sifat, kata bilangan, dan sebagainya. Skripsi ini sifatnya deskriptif. Data diperoleh dari penelitian kepustakaan pada novel bahasa Jawa Kembang Kanthil karangan Senggono, Mendung Kesaput karangan Ag. Suharti, Tunggak-Tunggak Jati karangan Esmlet, Anteping Tekad karangan Ag. Suharti dan novel-novel sejenis yang berbahasa Jawa sejauh novel itu menunjang skripsi ini. Novel-novel tersebut dipakai sebagai sumber data karena bahasa yang dipakai dalam novel-novel itu adalah bahasa Jawa aru lagi pula bahasa ngoko banyak ditampilkan sehingga mudah untuk menganalisisnya. Data-data yang tampil dalam novel tersebut yang ada kaitannya dengan prefiks [N-) diinventarisir serta dikelompokkan hanya secara morfologis, namun dianalisis juga secara sintaksis agar didapat hasil yang lebih memuaskan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Priamsari
1999
S11689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrastuti A.C.
2000
S11705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Seta Aji
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai ragam bahasa yang ada pada surat-surat Keraton Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari surat-surat yang disimpan di Keraton Yogyakarta tahun 1941-1963. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kosakata yang dijadikan penanda ragam bahasa. Adapun ragam bahasa itu dipengaruhi oleh kedudukan atau status sosial penutur. Penelitian ini menggunakan teori mengenai ragam bahasa yang ditinjau dari segi pemakainya, khususnya kedudukan atau status sosial penutur (Mansoer Pateda, 1994). Selain itu, teori kebahasaan yang membahas kelas kata (Wedhawati dkk, 2006) juga digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kosakata yang memiliki ragam bahasa. Hal itu berdasarkan kedudukan atau status sosial penutur dan kawan tutur pada surat.
ABSTRACT
The focus of this study is about the variety of language ​​that exist in the letters of Keraton Yogyakarta. Sources of data in this study came from the letters stored in Keraton Yogyakarta in 1941-1963. This study aims to determine the words used as a marker of language variations. As for, the variety of languages ​​are influenced by the position or social status of the speaker. This study uses the theory of the variety of language ​​in terms of the uses, especially the position or social status of speakers from Mansoer Pateda (1994). In addition, the class of words theory from Wedhawati et al (2006) are also used. The method of this study is descriptive qualitative. The results showed that there are some words that have variety of language. It was based on the position or social status of speakers.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rintan Octi Wulansari
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang fungsi dalam upacara ruwatan rambut gembel di Desa Dieng Kulon, Banjanegara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis data pustakan dengan mengambil dari sumber data dan observasi wawancara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori fungsi folklor menurut William R. Bascom. Hasil penelitian ini berupa fungsi yang terdapat dalam upacara ruwatan rambut gembel yaitu sebagai sebuah bentuk hiburan, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, sebagai alat pendidikan anak-anak, dan sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Di antara fungsi yang terdapat dalam upacara ruwatan rambut gembel, yang paling dominan adalah sebagai sebuah bentuk hiburan.
ABSTRACT
This focus of this study is about the function of Ruwatan Rambut Gembel ceremony in Dieng Kulon, Banjanegara. This research is a qualitative and using analysis divining manual method by taking the source data and make observations interviews. Futhermore I use William R. Bascom theory of folklore function. This research shows that gembel hair ruwatan ceremony has several functions. As a form of amusement, it plays in validating culture, in justifying its rituals and institutions to those who perform and observe them, maintaining conformity to the accepted patterns of behavior, as means of applying social pressure and exercising social control. Among the function mentioned before, the dominant function is as a form of amusement.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Nugroho
Abstrak :
Skripsi ini berisi pembahasan mengenai kerukunan yang terkandung dalam ungkapan Paribasan. Penelitian ini menggunakan teori Segitiga Makna dari C. K.Ogden dan I. A. Richards. Hasil dari penelitian ini adalah menemukan kata-kata yang menjadi penanda kerukunan dalam ungkapan Paribasan. Dengan begitu dapat diketahui ungkapan-ungkapan Paribasan yang mengajarkan hidup rukun.Hingga pada akhirnya dapat diketahui aspek-aspek yang terdapat dalam ungkapan Paribasan. ......This thesis contains a discussion of harmony in the expression Paribasan. This study uses the theory of Meaning Triangle of C. K. Ogden and I. A. Richards. The results of this research are to find the words that became a marker in the expression Paribasan harmony. So it can be seen Paribasan phrases that teach living in harmony which can be known through the aspects in the expression Paribasan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S753
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Sunu Wijayanto
Abstrak :
ABSTRAK. Penelitian mengenai prefiks khususnya prefiks sa- telah dila kukan oleh para linguis bail( secara morfologis maupun sintak_tis. Namun apa yang telah dibahas para linguis hanya secara umum se_hingga kurang memadai. Maksud penelitian ini ialah mengupas apa yang telah dibicarakan dan yang belum pernah dibicarakan oleh para linguis sehingga dari apa dikupas dapat diketahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus ditambah. Pengumpulan data dilakukan dengan mengutip dari majalah Panyebar semangat, kamus-kamus bahasa Jawa serta wawancara dengan beberapa orang yang masih aktif. Bahasa yang dipergunakan dalam pengumpulan data ini ialah bahasa Jawa standar. Tataran bahasa yang digunakan adalah tataran bahasa karma dan ngoko. Dalam membahas masalah ini digunakan teori linguistik struk_tural dan ditinjau secara deskriptif. Hasil penelitian prefiks sa- dan afiks sa- -e secara morfolo_gis ternyata dapat diungkapkan beberapa masalah dalam proses morfo_logis, makna dalam pembentukan kata, dan variasi bentuk afiks. Masa_lah proses morfologis dari prefiks sa- dan afiks sa- -e di sini yaitu afiksasi, reduplikasi, pemendekan, dan perpaduan. Dalam pembentukan kata prefiks sa- dan afiks sa- -e mempunyai beberapa makna. Prefiks sa- mempunyai makna numeralia, sama dengan, seluruh, sampai, dan deiksis. Afiks sa- -e mempunyai makna superlatif, temporal, se_sudah, tempat, bersama dengan, tiap-tiap, sampai dan numeralia. Pe_neliti,an mengenai vari.asi bentuk afiks sa- menghasilkan beberapa va_riasi antara lain /sal, /sa?/, /s?/, /su/ dan /s/. Penelitian pre_fiks sa- dan afiks sa- -e secara sintaktis menghasilkan beberapa ma_salah yang dapat diungkapkan yaitu masalah kategori kata yang ber_prefiks sa- dan/atau afiks sa- -e, hubungan prefiks sa- dan/atau afiks sa- -e dengan kata yang dilekati kemudian diungkapkan masalah kata yang berprefiks sa- dan/atau afiks sa- -e dalam tataran klausa dan kalimat.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>