Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherryta Utari Dewi
"ABSTRAK
Kemampuan inhibitor Imidazoline dalam menginhibisi baja karbon API 5L Grade B dalam lingkungan NaCl 3.5% diinvestigasi dengan menggunakan metode Electrochemical impedance spectroscopy (EIS) dalam berbagai variasi konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 0 ppm, 50 ppm, 10 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketika melewati konsentrasi optimum (100 ppm), nilai Rct dan efisiensi inhibitor akan berada pada nilai yang konstan, yang masing-masing nilainya adalah 503 Ω dan 40.76%. Plot impedansi vs frekuensi yang ditunjukkan oleh kurva Bode Modulus mendukung hasil analisis data sebelumnya yang menunjukkan nilai ketahanan pada konsentrasi 100 ppm memiliki ketahanan yang paling besar pada frekuensi rendah maupun tinggi, yang nilainya hampir mencapai 400 Ω pada frekuensi rendah dan 15 Ω pada frekuensi tinggi.

ABSTRACT
The performance of Imidazoline based commercial corrosion inhibitor on carbon steel API 5L Grade B on NacL 3.5% solution was investigated using Electrochemical Impedance Spectroscopy methods. Inhibitor concentration which used in these experiments was 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, and 250 ppm. Experimental results showed that when the concentration is above the optimum’s one (100 ppm), Rct and inhibitor efficiency value would be on a constant value, which each value is 503 Ω and 40.76%. Plot of impedance vs frequency which showed by Bode Modulus curve support the previous data analysis, that the impedance value on 100 ppm had the highest impedance, at the low and high frequency, which has almost 400 Ω at low frequency and 15 Ω at high frequency."
2014
S53107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rodax Jimmy Wibawa
"ABSTRAK
Laju korosi dari inhibitor dengan bahan dasar Imidazoline pada baja API 5-L Grade B dalam lingkungan NaCl 3,5% diinvestigasi dengan menggunakan metode polarisasi Tafel. Senyawa Imidazoline yang berhasil teradsorpsi ke permukaan logam diselidiki dengan menggunakan pengujian FTIR. Efisiensi inhibisi inhibitor Imidazoline bergantung pada konsentrasi inhibitor yang diberikan. Efisiensi optimum yang diperoleh 64,80 % dengan konsentrasi optimum 150 ppm. Inhibitor Imidazolin yang diselidiki merupakan jenis inhibitor campuran. Inhibitor Imidazoline juga dikatakan sebagai inhibitor korosi karena terbukti dapat menurnkan laju korosi.

ABSTRACT
The corrosion rate from Imidazoline-based inhibitors on API 5-L Grade B steel at NaCl 3,5% environtment were investigated using the Tafel Polarization method. The Imidazoline compounds that successfully absorbed onto steel surface were investigated using the Fourier Transform Infra Red (FTIR). Imidazolin’s efficiency depends on the concentration that given onto environtment. The highest efficiency of Imidazoline inhibitor is 64,80% with the optimize concentration 150 ppm. The investigated Imidazoline inhibitors were proven as the corrosion inhibitors because it can reduces the corrosion rate. Imidazoline inhibitors are also mixed type inhibitors."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfitri Ramadhani
"ABSTRAK
Serat Kenaf (Hibiscus Cannabinus, L. Family Malcavea) merupakan salah satu
serat alam yang yang memiliki potensi untuk dijadikan penguat dalam komposit.
Kenaf memiliki keunggulan dibandingkan serat alam lainnya dalam hal kekuatan
tarik, densitasnya yang rendah serta tidak menyebabkan pencemaran terhadap
lingkungan. Masalah yang menjadi perhatian adalah sifat permukaan serat yang
mempengaruhi kompatibilitas antara PP (Polipropilena) dan kenaf saat dijadikan
komposit. Perlakuan pemutihan pada serat kenaf dapat meningkatkan
kompatibilitas antara kenaf dengan PP dalam komposit. Penelitian ini membahas
mengenai pengaruh pemutihan pada serat kenaf dengan berbagai variasi
konsentrasi NaClO sebagai zat pemutih, waktu pemutihan dan suhu pemutihan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan peningkatan konsentrasi NaClO,
waktu dan suhu pemutihan, kandungan lignin dalam serat kenaf semakin menurun
dan terjadi pemberaian pada selulosa serat. Kekuatan tarik serat kenaf mengalami
kenaikan dengan penambahan konsentrasi larutan 1%, variasi waktu 1 jam dan
suhu 25oC. Namun, penambahan konsentrasi NaClO, waktu dan suhu pemutihan
lebih lanjut akan menurunkan kekuatan tarik kenaf karena rusaknya rantai
selulosa pada serat kenaf. Perlakuan pemutihan dengan penambahan konsentrasi
NaClO, waktu dan suhu pemutihan akan meningkatkan kompatibilitas kenaf
dengan polimer PP blok kopolimer yang diketahui dari pengujian kemampubasahan.
ABSTRACT
Kenaf Fiber (Hibiscus cannabinus L. Family Malcavea) is one of the natural fiber
that has the potential to be used as reinforcement in composites. Kenaf has more
advantages than other natural fibers in terms of tensile strength, low density and
does not cause pollution to the environment. Issue of concern is the fiber surface
properties that affect the compatibility between PP (Polypropilene) and kenaf
when used as a composite. Bleaching treatment on kenaf fiber can improve
compatibility between PP and kenaf in composite. This study discusses the effect
of bleaching on kenaf fibers with various concentrations of NaClO as bleaching
agents, bleaching time and bleaching temperature. The results show that by
increasing concentration of bleaching agents, time and temperature bleaching,
lignin content in kenaf fiber decreases and the cellulose fibers are separated.
Tensile strength of kenaf fiber increased with the addition of 1% solution
concentration, in 1 hour and a temperature of 25 °C. However, the addition of
NaClO concentration, time and temperature of bleaching will further decrease the
tensile strength of kenaf as damage to the cellulose chains on kenaf fibers.
Bleaching treatment with the addition of NaClO concentration, time and
temperature of bleaching will improve compatibility between kenaf and PP block
copolymer that proved by with wetability testing."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Lailani
"ABSTRAK
Pada penelitian ini dibuat PMCs (Polymer Matrix Composites), menggunakan polipropilena (PP) sebagai matriks dan serat kenaf sebagai penguat. Polipropilena dan serat kenaf memiliki sifat permukaan yang berbeda, sehingga kompatibilitas antara keduanya buruk. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi permukaan serat kenaf dengan metode alkalinisasi. Proses alkalinisasi dilakukan dengan merendam serat kenaf pada larutan NaOH 6% selama 8 jam. Selanjutnya pencampuran PP dan serat kenaf menggunakan metode hot melt mixing. Pengaruh komposisi serat, temperatur pencampuran, dan waktu pencampuran pada pembuatan komposit PP-kenaf dianalisa pada penelitian ini. Hasil pengujian menunjukan bahwa kekuatan tarik komposit PP-5%kenaf lebih baik dibanding kekuatan tarik PP. Namun, pada komposisi serat 15% fraksi massa mulai terjadi penurunan kekuatan tarik komposit. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah void dan fenomena fiber pull out seiring penambahan komposisi serat kenaf. Peningkatan komposisi serat juga menurunkan kristalinitas dan kestabilan termal pada komposit. Temperatur pencampuran divariasikan 170oC, 180oC, dan 190oC. Peningkatan temperatur pencampuran akan menghasilkan distribusi dan dispersi serat yang baik. Sehingga dengan temperatur pencampuran 190oC dihasilkan kekuatan tarik, kristalinitas, dan kestabilan termal optimal pada komposit. Waktu pencampuran divariasikan 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Semakin lama proses pencampuran akan semakin optimal pula distribusi dan dispersi serat pada matriks, sehingga kekuatan tarik komposit makin meningkat.
ABSTRACT
In this research PMCs (Polymer Matrix Composites) was made, using polypropylene as matrix and kenaf fiber as reinforcement. PP and kenaf fiber have different surface properties, so that the compatibility between the two gets worse. Therefore, modification of kenaf fiber surface is carried out with alkaline treatment. The process of alkaline treatment is done by soaking the kenaf fiber in 6% NaOH solution for 8 hours. Then do the mixing process between PP and kenaf fiber using hot melt mixing method. The influence of fiber composition, temperature mixing, and time mixing on manufacture of composites were analyzed on this research. The test results showed that the tensile strength of PP-5%kenaf composite better than the tensile strength of PP. However, the composite with 15% fiber mass fraction decreased tensile strength. This was caused by the growing number of voids and fiber pull out phenomena over the addition of kenaf fiber composition. The increase of fiber composition also lowers the crystallinity and thermal stability on the PP-kenaf composite. Mixing temperature varied 170oC, 180oC, and 190oC. The increase of temperature mixing will produce good distribution and dispersion of fiber. So that on 190°C mixing temperature resulting composite with optimal tensile strength , crystallinity , and thermal stability. The mixing time varied for 10 minutes, 15 minutes, and 20 minutes. The longer the mixing process will resulting good dispersion and distribution, so that the composite tensile strength was increased."
2015
S58212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairina Azmi Zahidah
"ABSTRAK
Pada penelitian ini, poliropilena digunakan sebagai matriks dan serat kenaf sebagai penguat. Serat kenaf yang bersifat hidrofilik menyebabkan kompatibilitas yang buruk terhadap polipropilena. Maka serat kenaf diberi perlakuan alkali dengan variasi pada parameter prosesnya (konsentrasi NaOH, waktu, dan temperatur). Karakterisasi serat kenaf dilakukan dengan pengujian kandungan senyawa menggunakan FTIR, morfologi permukaan serat menggunakan FESEM, kekuatan tarik menggunakan UTM, dan kemampu-basahan dengan sudut kontak. Hasil yang didapatkan adalah terjadi penurunan kandungan relatif lignin serta peningkatan kekuatan tarik dan peningkatan kompatibilitas serat terhadap polipropilena dengan meningkatnya konsentrasi NaOH, waktu, dan temperatur alkalinisasi. Namun, terjadi penurunan kekuatan tarik pada kondisi ekstrim saat alkalinisasi.

ABSTRACT
In this research, polypropilene was used as matrix and kenaf fibers as reinforcement. Kenaf fibers which are hydrophilic materials causing poor compatibility with polypropilene. Thus, kenaf fibers were treated by alkaline treatment in various condition of parameter processes (NaOH concentration, time, temperature). Kenaf fibers characterization were done by testing compounds using FTIR, surface morphological using FESEM, tensile strength using UTM, and wettability using contact angle. The results showed reduction of lignin content, enhancement in tensile strength, and enhancement in compatibility between polypropilene and kenaf fibers with increasing NaOH concentration, time, and temperature of alkaline treatment. However, there was reduction in tensile strength at extreme conditions of alkaline treatment."
2015
S58553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ekaditya Albar
"Pelat bipolar merupakan komponen penting di dalam Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) yang berfungsi untuk mengumpulkan dan memindahkan elektron dari anoda ke katoda. Pelat bipolar berbasis komposit terdiri dari grafit sintetis (MERCK) dan carbon black sebagai filler serta resin epoksi dan hardener sebagai binder. Carbon black dibuat dari pembakaran serabut kelapa pada suhu 500°C dan 900°C dalam kondisi inert. Pembahasan utama pada penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variasi komposisi ukuran partikel carbon black sebagai variabel pertama dan lama pencampuran grafit dan carbon black dalam media air sebagai variabel kedua, terhadap distribusi sifatsifat pelat bipolar PEMFC berbasis komposit epoksi/grafit. Komposisi ukuran partikel carbon black hasil milling dengan rotary ball mill selama 2 hari berbanding 4 hari pada penelitian ini, yaitu 5:95, 10:90, 15:85 dan 20:80. Lama pencampuran antara grafit dan carbon black divariasikan dari 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam dengan alat hand mixer di dalam media air. Pelat bipolar dicetak dengan metode compression molding dengan tekanan 55 MPa selama 4 jam pada suhu 100oC. Karakterisasi pelat bipolar meliputi pengujian konduktivitas listrik, pengujian fleksural, pengujian densitas, pengujian porositas, analisis gugus fungsional dengan FTIR dan pengamatan permukaan patahan fleksural menggunakan FE-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi optimal ukuran partikel carbon black hasil milling 2 hari dan 4 hari dengan perbandingan 15:85 pada lama pencampuran 3 jam dalam media air menghasilkan pelat bipolar dengan karakteristik nilai konduktivitas tertinggi sebesar 1.06 S/cm, kekuatan fleksural 48.38 MPa, densitas 2.50 gr/cm3 dan porositas 0.70%.

Bipolar plate is one of main components in Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) that collects and transfers electron from anode to cathode. Bipolar plate composites consist of syntetic graphite (MERCK) and carbon black (CB) as filler material. Epoxy resin and hardener was used as binder material of the composite. Carbon black was prepared from combustion of palm fiber in 500 and 900°C through inert atmosphere. The main discussion in this research is to investigate the influence of variations in composition of carbon black particle size and mixing time of graphite and carbon black to the distribution of properties of PEMFC bipolar plates based on graphite/epoxy composite. Particle size composition ratio of milled carbon black in 2 days and 4 days are 5:95, 10:90, 15:85 and 20:80. Variation in mixing time of graphite and carbon black are 1 hour, 2 hours, 3 hours and 4 hours with water as mixing media. Characterization of bipolar plate material includes electrical conductivity test. flexural test, density and porosity measurement, functional groups analysis using FTIR and fracture surface examination using FE-SEM. The optimum composition was obtained in ratio of 2 days milled-CB : 4 days milled-CB in range of 15:85 and 3 hours mixing time using water. The optimum electrical conductivity, flexural strength, density and porosity were respectively: 1.06 S/cm, 48.38 MPa, 2.50 gr/cm3 and 0.70%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanti Khairunnisa
"Lapisan tipis Cu2ZnSnS4 (CZTS) telah dipelajari secara mendalam dalam beberapa tahun terakhir karena kelebihannya. Dalam penelitian ini, prekursor CZTS dideposisikan pada substrat stainless steel dengan metode Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) dan kemudian disulfurisasi pada temperatur 250-400⁰ C selama 30-60 menit untuk menghasilkan lapisan tipis CZTS yang polikristalin. Temperatur dan waktu sulfurisasi dipelajari pengaruhnya terhadap sifat optis.
Penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai energi celah pita seiring peningkatan waktu sulfurisasi dari 30 menit ke 60 menit dan nilai energi celah pita lapisan tipis bervariasi dari 0,75 sampai 1,55 eV bergantung pada suhu dan waktu sulfurisasi.

Cu2ZnSnS4 (CZTS) thin films have been extensively studied in recent years for their advantages. In this work, CZTS precursors were prepared on stainless steel substrates by Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method and then sulfurized at temperatures of 250-400⁰C for 30-60 minutes to produce polycrystalline CZTS thin films. The effect of sulfurization temperature and time were studied on the optical properties.
This study shows an increase of the band gap energy for increasing sulphurization time from 30min to 60min and the band gap of thin films varies from 0,75 to 1,55 eV depending on sulfurization temperature and time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Ulisiana
"

Pengembangan pembuatan lapisan tipis Cu2ZnSnS4 dengan metode SILAR menjadi perhatian penelitian kini untuk menciptakan sel surya berbasis lapisan tipis yang terjangkau dan efisien. Proses anil dengan sulfur yang dilakukan pada lapisan tipis CZTS dapat memperbaiki sifat-sifat pada lapisannya. Temperatur dan waktu anil merupakan parameter utama dalam proses anil pada lapisan tipis CZTS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur dan waktu anil terhadap sifat optis berupa nilai energi celah pada lapisan tipis CZTS dengan jumlah siklus pencelupan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak 40 siklus.

Variabel temperatur anil adalah 250oC, 300oC, 350oC dan 400oC. Sedangkan variabel waktu anil adalah ½ jam dan 1 jam. proses anil yang dilakukan menggunakan sulfur padatan. Pengaruh temperatur dan waktu anil pada sifat morfologi, optikal dan struktural telah diuji. Nilai energi celah yang dihasilkan bervariasi bergantung pada temperatur dan waktu anil. Hasil pengujian XRD pada semua sampel, ditemukan fasa CZTS dengan puncak difraksi yang memiliki intensitas yang rendah. Topografi permukaan yang dihasilkan menunjukkan penampakan retakan dan juga kemungkinan fasa kedua CuxS.


Development of Cu2ZnSnS4 thin films fabrication with Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method has become a concern to produce low cost and efficient based thin film solar cells. Anneling process in sulfur condition was done on CZTS thin films to improve its properties. Annealing temperature and time are the main parameter for anneling process on CZTS thin films.

This study aims to know the effect of annealing temperature and time on CZTS optical property with 40 immersion cycles. Annealing temperature variables are 250oC, 300oC, 350oC, and 400oC. While the annealing time variables are ½ hour and 1 hour. Annealing process is performed using solid sulfur. The effect of annealing temperature and time on morphology, optical and structural properties were examined. The resulting band gap energy varies which depends on annealing temperature and time. The XRD results on every samples was found CZTS phase with diffraction peak which has low intensity. Surface topography shows the presence of cracks and possibility of CuxS second phases.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Basuki Setyo R
"ABSTRAK
Zirkonium sebagai biomaterial logam mulai banyak diteliti dalam beberapa tahun ini. Sifat mekanis, biokompatibilitas, dan magnetic suscetibility yang baik menjadi pertimbangan digunakan zirkonium untuk aplikasi biomaterial. Namun demikian paduan zirkonium masih memiliki beberapa kekurangan sehingga dilakukan penelitian untuk mendapatkan sifat yang optimal dari paduan zirkonium. Pengaruh temperatur dan waktu sebagai parameter sinter untuk paduan Zr-8Mo-4Nb untuk aplikasi biomaterial menggunakan metalurgi serbuk telah diamati dalam penelitian ini. Densitas dan Porositas paduan telah diukur menggunakan Prinsip Archimedes. Mikrostuktur paduan diuji menggunakan X-Ray diffractometer (XRD), Secondary Electron Microscope (SEM), dan Mikroskop Optik (OM), kekerasan paduan juga diukur menggunakan Rockwell C, dan bioaktifitas menggunakan larutan SBF dilanjutkan dengan FTIR. Hasil penelitian menunjukan dengan peningkatan temperatur dan waktu tahan sinter, akan meningkatkan densitas, kekerasan serta menurunkan porositas paduan Zr-8Mo-4Nb. Selain itu paduan Zr-8Mo-4Nb juga memiliki sifat bioaktivitas yang baik dengan membentuk lapisan hidroksiapatit pada permukaan sampel

ABSTRACT
Zirconium as biomaterial has been widely researched in recent years. Mechanical properties, biocompatibility, and magnetic suscetibility well into consideration use zirconium for biomaterial applications. However, zirconium alloy still have some disadvantages, and the purpoes of this research to get the optimal properties of zirconium alloy. Effect of sintering temperature and holding time of Zr-4Nb-8Mo alloy for biomaterials application using powder metallurgy has been observed in this study. Density and porosity are measured using Archimedes principles. The microstructure was evaluated with X-Ray diffractometer (XRD), Secondary Electrone Microscope (SEM) and Optical Microscope (OM), hardness was measured with Rockwell C hardness. Bioactivity was tested with SBF solution continued with FTIR. The results showed that increasing sintering temperature and holding time will increase the density, hardness and reducce the porosity of Zr-4Nb-8Mo alloys. Furthermore Zr-8Mo-4Nb showed a good bioactivity indicated by hydroxyapatite formation on the surface.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Intan Rakhmani
"ABSTRAK
Penelitian akan karakterisasi dan pemanfaatan mikrofibril selulosa sebagai material baru telah banyak menarik perhatian. Pemberaian selulosa dari serat alam terdapat permasalahan bagaimana menghilangkan daerah amorf seperti lignin, dan hemiselulosa yang mempunyai ikatan yang sangat kuat satu sama lain antar dinding sel yang menyelimutinya melalui jaringan kedua ikatannya. Metode yang digunakan untuk mensintesis mikro fiber selolosa adalah dengan perlakuan kimiawi, seperti proses pemutihan menggunakan larutan natrium hipoklorit (NaClO), oksidasi dengan menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) dan katalis 2,2,6,6-tetramethylpiperidin-1-oxyl (TEMPO). Serat tanaman bambu betung (Dendrocalamus Asper) menjadi salah satu sumber yang sangat potensial untuk diolah sebagai bahan baku Green Composite. Bambu betung merupakan jenis tanaman yang sangatlah melimpah ketersediannya sehingga mudah di temukan di Indonesia. Jenis tanaman ini memiliki sifat mekanik yang baik yaitu kekuatan tarik, elongasi, serta modulus young nya. Selain itu, densitas dari serat bambu juga sangat rendah. Kondisi serat paling bagus pada proses pemutihan yaitu pada konsentrasi pelarut 7% NaClO sedangkan proses TEMPO pada Temperatur 50oC dan waktu 6 jam. Kondisi optimum proses pemutihan diperoleh pada konsentrasi NaClO 7% yang dilakukan siklus hingga lima kali. Dan kondisi optimum proses oksidasi diperoleh pada konsentrasi NaClO 7% yang dilakukan siklus hingga lima kali dan dilanjutkan dengan prosesoksidasi (H2SO4 25%).

ABSTRAK
Research about characterization and utilization of cellulose has gained attention. Currently betung bamboo is considered as having great potential to be used as green composite raw material. In Indonesia, betung bamboo is an abundant plant species so it is easy to find one. This kind of plant exhibits excellent mechanical properties such as tensile strength, elongation and young modulus. Also, it has a relatively low density. There are some problems regarding seperation of cellulose from natural fibre, such as how to remove lignin and hemicelluloses amorphous region which are linked with a very strong bond to the enveloping cell wall. Micro fibril used in this research is chemical treatment by bleaching using sodium hypochlorite (NaClO), oxidation using sulfuric acid (H2SO4) and catalyzed by 2,2,6,6-tetramethylpiperidin-1-oxyl (TEMPO). In Bleaching method, finest fiber is obtained with 7% concentration of NaClO while in oxidation method, finest fibre is obtained with 50oC in 6 hours. Optimum condition of bleaching process is obtained at NaClO concentration of 7% in five cycles while optimum condition of oxidation is obtained at NaClO concentration of 7% in five cycles and subsequent oxidation with H2SO425%."
2015
S60283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>