Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Kusuma Putra
"ABSTRAK
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing dan disesuaikan dengan kaidah dan sistem ejaan bahasa Indonesia. Kata serapan terjadi akibat adanya suatu kontak bahasa. Penelitian ini memaparkan kata serapan bahasa Belanda yang terdapat dalam buku berdialek Betawi Gambang Jakarte (2006) karya Firman Muntaco yang menitikberatkan pada kelas kata serapan bahasa Belanda. Kata serapan dari bahasa Belanda dalam penelitian ini dikhususkan hanya pada kata-kata yang sudah diserap dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu mengumpulkan kata serapan dari bahasa Belanda kemudian mengelompokkan kata-kata tersebut ke dalam kelas kata bahasa Indonesia. Dari penelitian ini didapatkan lima klasifikasi kelas kata, yaitu kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), konjungsi, dan preposisi. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat 10 kata serapan dari bahasa Belanda yang sering digunakan dalam Gambang Jakarte (2006) karya Firman Muntaco. Pengaruh bahasa Belanda tampak cukup kuat di kalangan masyarakat Betawi atau Jakarta, terutama pada tahun 1950-an Hal ini disebabkan posisi Jakarta dijadikan sebagai pusat pemerintahan sejak zaman kolonial. Sepuluh kata tersebut ada yang masih digunakan sampai saat ini seperti kantor dan bioskop dan ada yang digunakan pada bidang tertentu seperti trem, serta ada kata yang sudah jarang digunakan dan digantikan dengan padanan kata lainnya dalam bahasa Indonesia.

ABSTRACT
Loanwords are words that come from foreign languages and are adapted to Indonesian language rules and spelling systems. Loanwords occur due to a language contact. This study describes what loanwords are contained in the book with Betawi dialect Gambang Jakarte (2006) by Firman Muntaco which focuses on the class of Dutch absorption words. The loanwords from the Dutch language in this study are devoted only to words that have been absorbed in Indonesian. This study used qualitative method by collecting Dutch loanwords then classified them onto Indonesian word classification. From this study, five words classification were obtained, namely noun, verb, adjective, conjunction, and preposition. The conclusion from this study that there are 10 loanwords from Dutch which used frequently in Gambang Jakarte (2006) by Firman Muntaco. The influence of Dutch language is quite strong among Betawi or Jakarta society, especially in the 1950s. This is due to Jakarta is being center of administration in colonial period. These ten loanwords are still used until this time like kantor
and bioskop and there is word is used in certain field like trem, and there is loanwords is rarely used and replaced by other equivalent words in Indonesian language."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Riana Lidiawati
"ABSTRAK
Industri rokok kretek dan sigaret di Jawa tetap bertahan meskipun Hindia-Belanda dilanda krisis ekonomi pada tahun 1930-an. Sebagai upaya promosi produk mereka perusahaan-perusahaan rokok tersebut membuat berbagai macam iklan yang menampilkan sosok perempuan pribumi. Penelitian ini membahas sosok perempuan pribumi dalam iklan rokok kretek dan sigaret tahun 1932-1940. Ada lima merek rokok yang dibahas yaitu Tjap Doro, Tjap Nganten, Eling-Eling, Marikangen dan Rokok Diko.Dari lima merek tersebut terdapat duabelas iklan yang dianalisis. Metode yang digunakan adalah metode sejarah dibantu dengan konsep denotasi dan konotasi dari Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di samping menggunakan model laki-laki, iklan rokok kretek juga menggunakan model perempuan pribumi yang tidak hanya sebagai pelengkap tetapi menjadi objek utama. Penggunaan model perempuan pribumi dalam iklan rokok kretek dan sigaret ditujukan untuk menarik konsumen pria dan perempuan pribumi menengah ke atas untuk mengkonsumsi rokok pada waktu santai mereka. Citra yang ingin ditampilkan dalam iklan rokok tersebut adalah bila mereka mengonsumsi rokok tersebut, maka status mereka dapat naik menjadi kalangan menengah ke atas.

ABSTRACT
The kretek and cigarette industry in Java survived persisted even though the Dutch East Indies was hit by the economic crisis in the 1930s.As an effort to promote their products, these cigarette companies made various kinds of advertisements that displayindigenous women as the model.This research discusses indigenous women as the modelfor those kretek and cigarette advertisement in 1932-1940.Five cigarette brands that are being discussed, namely Tjap Doro, Tjap Nganten, Eling-Eling, Marikangen, and Rokok Diko.Twelve advertisements were being analyzed from these five brands.The method used is the historical method supported by the concept of denotation and connotation of Barthes.The results showed that in addition to using menas models, kretek cigarette advertisements also used indigenous women as models that were not only complementary but also asthe main object.The use of indigenous women as models in advertising kretek and cigarettes is intended to attract middle-to-upper male and female consumers to consume cigarettes during their leisure time.The image seenin cigarette advertisements want to tell the consumers thatthese kreteksand cigarettes, thenthey can raisetheir status tothe upper middle class
"
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqkarima Ramadhanti
"Gereja Pohsarang di Kediri, Jawa Timur merupakan salah satu karya Henri Maclaine Pont dengan menggunakan pendekatan terhadap arsitektur tradisional Nusantara yang dipadukan pengetahuan arsitektur Eropa, yaitu Amsterdamse School. Hal itu terlihat dari ciri-ciri bangunan Gereja Pohsarang yang mengikuti budaya lokal masyarakat sekitar dan material yang digunakan sebagai ciri khas gaya Amsterdamse School. Tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri gaya bangunan pada Gereja Pohsarang.
Penelitian ini dilakukan melalui observasi secara langsung di lapangan dengan cara mendokumentasikan objek maupun sketsa, serta studi literatur yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa elemen gaya bangunan Amsterdamse School terdapat pada bangunan Gereja Pohsarang dengan dipadukan arsitektur tradisional Nusantara yang terlihat dari bentuk bangunan, bahan, dan ornamen yang digunakan.

Pohsarang Church in Kediri, East Java is one of the works of Henri Maclaine Pont with the approach of the traditional Nusantara that is combined with the European architecture, namely Amsterdaamse School. These can be seen in the Pohsarang Church building characteristics following the culture around the community and the materials used as the building characteristic of the Amsterdaamse School style. The purpose of writing this article is to describe the building characteristics of Pohsarang Church.
This research was conducted through direct field observation by documenting the Church and sketches, along with literature studies relating to the object of the study.
The result shows that the building elements of the Amsterdaamse School can be found in the Pohsarang Church integrated with the traditional Nusantara architecture style that is seen in the shape of the building, materials, and ornaments used.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Kalih Prasaty
"ASBTRAK
Artikel ini akan membahas tentang berbagai penggambaran pekerja di Jawa pada masa
kolonial. Analisis dilakukan terhadap kumpulan kartu pos koleksi Olivier Johannes Raap di
dalam bukunya Pekerdja Di Djawa Tempoe Doeloe. Kartu pos yang diteliti merupakan
terbitan perusahaan Kolff & Co yang berkisar antara tahun 1910-1920. Analisis dilakukan
terhadap jenis pekerjaan, latar kartu pos, serta pakaian yang dikenakan oleh subjek di dalam
kartu pos. Hasil analisis memperlihatkan bahwa jenis pekerjaan orang pribumi pada masa itu
sangat variatif mulai dari Penjual Kopi, Mbok Pasar, Penjual Mainan, Penjual Air, Penenun,
Perajin Topi, Kusir Sado, Tukang Potong Rambut, Algojo, dan Petani. Terdapat dua jenis
latar yang digunakan dalam kartu pos yaitu latar asli dan latar buatan atau di dalam studio.
Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa pakaian pekerja pribumi berbahan dasar
kain dan tidak mengenakan alas kaki.

ABSTRACT
This article will discuss various potrayals of workers in Java during colonial period. This
analysis was carried out on Olivier Johannes Raaps postcard collection listed in his book
titled Pekerdja Di Djawa Tempoe Doeloe. The postcards examined were published by a
company called Kolff & Co that ranged between 1810-1820. The analysis is focused on the
type of work, postcard background, and clothing worn by the subjects on the postcard. The
analysis result shows that indigenous professions are variative such as Coffee Seller,
Traditional Market Woman, Toy Seller, Water Seller, Weaver, Hat Maker, Sados
Coachman, Barberman, Executioner, and Farmer. There are two kinds of backgrounds used
on the postcards real background and artificial background or inside a studio. Aside from
that, the results of this analysis also appears that the clothing worn by the indigenous workers
is made of fabric and did not use any footwear as well."
Depok: Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pricilia Putri Oktaviani
"Artikel ini tentang analisis dari bangunan Mauritshuis di Den Haag dan Paleis op De Dam di Amsterdam yang bergaya arsitektur Hollandse Classicisme.
Tujuan artikel ini adalah memaparkan perkembangan fungsi bangunan Mauritshuis dan Paleis op De Dam serta menjelaskan ciri Hollandse Classicisme pada bangunan Gouden Eeuw (Abad Keemasan), Mauritshuis di Den Haag dan Paleis op de dam di Amsterdam karya Jacob van Kampen. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan disajikan secara deskriptif disertai dengan analisis data berdasarkan buku-buku arsitektur dan internet.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua bangunan tersebut berubah fungsi seiring perkembangan zaman. Ciri bangunan Gouden Eeuw pada bangunan Mauritshuis dan Paleis op de dam karya Jacob van Kampen dipengaruhi oleh gaya Hollandse Classicisme yang merupakan ciri khas gaya pada abad keemasan di Belanda.

This article analyses The Dutch Classicism of Maurits house in Den Haag and Paleis op de Dam in Amsterdam Both of the buildings were designed by Jacob van Campen. The Dutch Classicism in Dutch version is Hollandse Classicisme.
The purpose of this article is to show the functions and to describe the characteristics of The Dutch Classicism on those buildings in the Golden Age. This research use literature review with descriptive analysis based on the architectural books and sites.
The results show that the functions of those buildings had changed throughout decades. The characters of the Dutch Classicism on Maurits house and Paleis op de Dam are tipically the major style of architecture during the Golden Age.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyani Astuti
"Dalam Arsitektur, Romantik sering dianggap sebagai gaya nostalgia pada masa lampau, contohnya gaya Gotik. Romantik juga dapat dianggap sebagai kombinasi dari berbagai gaya. Rijksmuseum adalah salah satu bangunan bergaya Romantik di Belanda. Rijksmuseum dibangun pada 1876 dan didesain oleh seorang arsitek Belanda, P.J.H Cuypers. Cuypers menggunakan dua gaya yang berbeda.
Tujuan dari artikel ini untuk mengetahui jenis gaya Romantik apa yang diterapkan pada Rijksmuseum. Hasil artikel ini dapat terlihat bahwa desain yang diterapkan pada Rijksmuseum merupakan gabungan dari gaya Gotik dan Renaissance.

In Architecture, Romantic often consider as nostalgia from the past styles, such as the Gothic style. Romantic could be transformed as the combination of variety styles. Rijksmuseum Amsterdam is one of the Romantic building in Netherlands. It was bulit in 1876 and designed by Dutch Architect P.J.H Cuypers. Cuypers combined two different styles.
The aim of this article to identify what kind of Romantic style which is strongly applied in Rijksmuseum Amsterdam. The result of this article show that the design of Rijksmuseum Amsterdam was the combination of Gothic and Renaissance elements.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Andhinta Arianti
"Artikel ini mengenai Thermae, sebuah bangunan peninggalan bangsa Romawi berupa pemandian umum yang dibangun untuk menunjang kehidupan sosial mereka di Roma maupun di daerah jajahannya. Bangunan ini ditemukan di kota Heerlen, provinsi Limburg, Belanda yang dibuat pada abad ke-3 Masehi. Artikel ini membahas thermae di Heerlen yang merupakan sebuah bangunan bergaya arsitektur Romawi dan memaparkan fungsi bangunan ini pada masa pendudukan kekaisaran Romawi di Belanda hingga saat ini. Dalam artikel ini digunakan metode kajian pustaka dan disajikan secara deskriptif disertai dengan analisis data berdasarkan buku-buku arsitektur dan internet. Hasilnya menunjukan bahwa bangunan thermae di Heerlen ini memiliki tata letak struktur bangunan berarsitektur Romawi yang sama dengan thermae pada umumnya di Roma. Pada saat ini thermae di Heerlen ditunjuk pemerintah Belanda sebagai museum peninggalan masa Romawi terlengkap dan terbesar di Belanda.

This article is about the Thermae, a Roman heritage building, a typical Roman public baths were built to support their social life in Rome and in the colonies. The building was found in the city of Heerlen, the province of Limburg, The Netherlands made​​ in the 3rd century. This article discusses about Thermae in Heerlen, which is a Roman style building architecture and describe the function of this building during the occupation of the Roman Empire in The Netherlands today. The method that used in this article is literature review and presented descriptively accompanied by data analysis based on architecture books and the internet. The result shows that building Thermae in Heerlen has a layout with a similar structure of Roman architecture generally in the Roman Thermae. At this time Thermae in Heerlen appointed by the Dutch government as the most comprehensive museum of Roman relics and the largest in The Netherlands.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Anjany Subachrum
"Artikel ini menganalisis salah satu aliran arsitektural, yaitu Amsterdamse School dan realisasi seniman dalam merepresentasikan ekspresinya tentang pelayaran yang ideal di bangunan Het Scheepvaarthuis di Amsterdam. Penulisan dalam artikel ini menggunakan metode eksposisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ciri-ciri utama aliran arsitektural Amsterdamse School ditemukan dalam bangunan Het Scheepvaarthuis. Selain itu, ekspresi arsitek tentang pelayaran di masa keemasan Belanda, yaitu di masa VOC memainkan peranan penting dalam desain eksterior maupun interior bangunan Het Scheepvaarthuis.

This article analyses one of the architectural style which is called Amsterdamse School in Het Scheepvaarthuis (The Shipping House) in Amsterdam and the expressions of the architect in represent the idea of shipping on The Shipping House building. This article used exposition method. The purpose of this article to show the main characteristics of the Amsterdamse School are founded in The Shipping House Amsterdam. In addition, Dutch Shipping history also related with Dutch Golden Age, in that period the glorious past of the East India Company (VOC) play a big role in exterior and interior design in The Shipping House."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Sarwo Trengginas
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur Renaissance pada bangunan Javasche Bank atau yang sekarang dikenal sebagai Museum Bank Indonesia. Pada abad ke-19 pengaruh gaya “Indische Empire Style” membanjiri bangunan yang ada di Hindia Belanda. Pengaruh gaya tersebut membuat bangunan-bangunan di Hindia terlihat mewah nan megah dan bangunan tersebut dibangun seakan-akan seperti berada di Eropa. Salah satu unsur yang melekat pada bangunan kolonial pada masa itu adalah Renaissance. Renaissance yang menampilkan unsur-unsur Klasik seperti pilar-pilar Romawi, dormer, lucarne, louvre, Tympanium dan unsur-unsur Eropa lainnya menghiasi kota-kota besar di Hindia Belanda seperti Semarang, Surabaya, Bandung, dan tentu saja Batavia. Pada masa sekarang bangunan-bangunan kolonial yang memiliki unsur ini dapat dijumpai di Kota Tua. Salah satunya adalah gedung Museum Bank Indonesia. penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur Renaissance pada bangunan tersebut.

The aim of this research is to explain Renaissance’s elements in Javasche Bank building or known as Bank of Indonesia Museum. In 19th century the influence of the “Indische Empire” style were flooding the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda). This influence made the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) looked magnificent and luxurious. Moreover, it made the buildings seemed to be like being in Europe. One of the inherent elements in those buildings was Renaissance. Renaissance showed classic’s elements like Roman pillars, Dormer, Lucarne, Louvre, Tympanium, and another Europe’s elements that decorated big cities in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) such as Semarang, Surabaya, Bandung and of course Batavia. In the present time, the colonial’s buildings that had these elements are located in Jakarta Old Town. One of those buildings is Museum Bank Indonesia. This research tries to explain Renaissance’s elements in that building.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Qori Purnamasari
"Pada akhir abad ke-18 muncul kecenderungan untuk kembali pada gaya bangunan masa lalu. Hal itu menjadi pemicu arsitektur Neo Klasik berkembang di Eropa. Salah satu bangunan bergaya Klasik adalah Basilika Saint Petrus di Roma. P.J.H. Cuypers bersama G.J. Swaay merancang Basiliek van de H.H. Agatha en Barbara di Oudenbosch yang mengadaptasi gaya Klasik Romawi pada Baislika St. Petrus dan membuat replika dari gereja tersebut di Oudenbosch.. Cuypers adalah arsitek Neo Gotik, karena itu dalam artikel ini akan dibahas bentuk Neo Klasik apa yang ada pada bangunan Basiliek dan perbandingannya dengan bangunan-bangunan rancangan Cuypers yang bergaya Neo Gotik, serta bagaimana pengaruh gaya Neo Gotik Cuypers pada bangunan tersebut. Bangunan rancangan Cuypers yang menjadi acuan untuk dibandingkan dengan Basiliek van de H.H. Agatha en Barbara di Oudenbosch dalam artikel ini adalah Kasteel de Haar di Utrecht, Rijksmuseum, dan Amsterdam Centraal Station di Amsterdam.

In the end of the 18th century, there was a tendency to return to the building styles of the past eras. That was the trigger for the developing of Neoclassic Architecture in Europe, One of the classical building is St. Peter‟s basilica in Rome. P.J.H. Cuypers and G.J. Swaay designed Basiliek van de H.H. Agatha en Barbara in Oudenbosch that adapted the Classic Roman Styles of St. Peter‟s Basilica and made its replica in Oudenbosch. Cuypers is a Neogotik architect, therefore this article will explain the characterisctics of Neoclassic styles in Basiliek van Oudenbosch and compare it with other designs of Cuyper. This article also explains how Neogotik had influenced Cuypers in designing Basiliek van Oudenbosch. Kasteel de Haar in Utrecht, Rijksmuseum and Amsterdam Centraal Station in Amsterdam are Cuyper‟s building that will be compared with Basiliek van De H.H. Agatha en Barbara in Oudenbosch.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>