Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghea Annisa Niftia
"Artikel ini membahas mengenai peran keluarga dan kelompok pertemanan dalam perilaku kekerasan remaja. Terdapat dua kelompok studi sebelumnya yang telah membahas ini. Kelompok studi pertama melihat faktor utama remaja menjadi pelaku kekerasan dikarenakan struktur dan fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Sedangkan, pada kelompok studi kedua memandang bahwa kelompok pertemanan menjadi faktor utama remaja sebagai pelaku. Kelemahan dari kedua kelompok studi sebelumnya adalah studi tersebut hanya menjelaskan pada satu aspek saja dan tidak melihat bahwa terdapat relasi antara kedua faktor tersebut.
Berdasarkan pendekatan ekologi, argumen pada penelitian ini adalah terdapat relasi keluarga dan kelompok pertemanan dalam perilaku kekerasan remaja. Studi ini dilakukan di Rumah Perlindungan Sosial Anak dan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini adalah pelaku kekerasan berusia 10-18 tahun dan tinggal di RPSA. Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya.
Penelitian ini menemukan bahwa relasi sendiri terlihat dengan adanya pandangan nilai kekerasan yang sama dari keluarga dan kelompok pertemanan yang mendorong remaja melakukan kekerasan. Selain itu, relasi keluarga dan kelompok pertemanan juga dilanggengkan dengan kondisi lingkungan tempat tinggal, hubungan keluarga dengan lingkungan sekitarnya dan pekerjaan orangtua. Budaya kekerasan di tempat tinggal dan kebijakan pemerintah juga mempunyai implikasi pada perilaku kekerasan remaja.

This article discusses about role of family and peer groups in adolescent as perpetrators of violence. There are two previous study groups that discussed adolescents as perpetrators of violence. The first group discussed that the main factor of adolescent become perpetrators of violence is because the instability stucture and family didn't do function of the family well. Meanwhile, the second group found that deviant peer is the main reason of adolescent become perpetrators of violence. The weakness from both previous studies are they're only explains from one point of view and didn't see that the two factors are essentially related.
Based on ecological approach, the argument in this study that there is a relations between family and peer groups in adolescents as perpetrators of violence. The study was conducted at the Rumah Perlindungan Sosial Anak and used a qualitative approach. The informants are adolescent between 10 18 years old who lives in RPSA. This research also used secondary data from previous studies.
This research found that the relation is seen from both family and peer groups point of view of violence that ecourage adolescent become prepetrator of violence. Neighborhood community context, family social networks, and parent's occupation context also effect adolescent as perpetrators of violence. Neighborhood's culture of violence and overnment policy also have contribution in adolescent as prepatrators of violence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Hastiening Atasasih
"ABSTRAK
Studi ini menjelaskan mengenai peran ayah sebagai orangtua tunggal berdasarkan sudut pandang dari ayah dan juga anak. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancara 3 informan laki-laki orangtua tunggal. Informan dipilih berdasarkan pengalamanya sebagai orangtua tunggal, memiliki anak yang belum menikah,tinggal bersama anak dan tidak tinggal bersama keluarga luas. Studi ini menunjukan bahwa laki-laki sebagai orangtua tunggal memiliki 4 peran yaiu peran pencari nafkah, pengasuh anak, pengurus pekerjaan rumah tangga dan pengurus keuangan rumah tangga. Dalam menjalankan peran-peranya tersebut laki-laki sebagai orangtua tunggal berinteraksi dengan anak mereka, keluarga luas dan lingkungan sekitar. Anak, keluarga luas dan lingkungan sekitar memiliki harapan mengenai peran-peran yang dijalankan oleh ayah sebagai orangtua tunggal. Harapan harapan tersebut terkadang tidak mampu dijalankan oleh ayah sehingga menimbulkan ketegangan peran. Ayah kemudian mengatasi ketegangan peran dengan menyerahkan salah satu peran kepada pihak lain yang disebut sebagai delegasi dan menerapkan standar sendiri mengenai keberhasilan perannya yang disebut sebagai kompramentilisasi. Selain itu, terdapat 4 faktor yang mendukung ayah mengatasi ketegangan peran yaitu pengambilan peran pengasuh anak semenjak sebelum menjadi orangtua tunggal, usia dan jenis kelamin anak, adanya pihak lain yang membantu dan adanya asisten rumah tangga.

ABSTRACT
This study discusses the Role of Father from father and children?s point of views. This study is carried out using qualitative method by interviewing 3 informants consists of 3 Father as Single Parent. The informants are chosen based on their experiences being Single Parent, having at least one child, work, living with their children, and not living with extended Family. This study shows that father as singleparent have 4 role in Family,which is role of Beradwinner, role of caregiver for children, role of maintaining households, role of maintaining households finances. In Carrying out its role Father interact with their children, extended family and surroundings. Their Children, Extended Family and surroundings have an expectation about his role as single parent. Sometimes, Father cannot meet the demand of their expectation so Father as single parent experiencing role strain and Role Conflict. Father as Single parents then divide his role to Extended Family or neighbor to reduce Role Strain and Role Conflict. Father as single parent also have 4 factors that affect to reduce his role strain. First, taking role of caregiver before being a single parent, second age and sex of their children, third support from extended Family and neighbor and last, and has housemaid to maintenance Houesholds.
"
2015
S61263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Putri Alifia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran, ekspektasi, tantangan, serta dampak yang dirasakan oleh anak pertama perempuan selama menjalani dual caregiving responsibility di dalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan sumber data utama dengan wawancara mendalam dan data primer dengan studi literatur. Studi ini menggunakan konsep dual caregiving responsibility oleh DeRigne dan Ferrante yang menjelaskan peran pengasuhan dalam generasi sandwich. Penelitian ini berargumen bahwa peran pengasuhan untuk dua generasi tidak hanya ditemukan pada generasi sandwich, melainkan anak pertama perempuan yang perlu mengasuh orangtua dan adiknya. Temuan studi ini mencakup penjelasan ekspektasi, peran, tantangan, dan dampak dalam dual caregiving responsibility. Ekspektasi didasarkan oleh adanya harapan keluargan dan kondisi keluarga yang membuat anak pertama perempuan memaknai pengasuhan sebagai tanggung jawab, bentuk kasih sayang, ataupun bentuk balas budi kepada keluarga mereka. Studi ini menemukan ketujuh kasus menjalani keempat aspek pengasuhan dengan satu aspek yang dominan sesuai dengan kondisi keluarga. Anak pertama perempuan menemukan tantangan dalam menyeimbangkan peran pengasuhan dan kehidupan sosialnya yang dapat berdampak pada perasaan stres, demotivasi, dan lelah karena pengasuhan yang dilakukan. Penelitian ini turut melihat bahwa anak pertama perempuan memiliki cara untuk mengatasi dampak tersebut, yaitu dengan menceritakan keluh kesahnya di media sosial.

This study aims to see how the roles, expectations, challenges, and impacts felt by the first-born daughter during dual caregiving responsibility in family. This study used a qualitative approach by in-depth interviews and literature. The study used the concept of dual caregiving responsibility by DeRigne and Ferrante to explain the role of caregiving in the sandwich generation. This study argues that dual caregiving responsibility is not only found in the sandwich generation, but the first-born daughter who needs to take care of her parents and younger siblings. The study's findings include an explanation of expectations, roles, challenges, and impacts in dual caregiving responsibility. Expectations are based on family expectations and family conditions that make first-born daughter describe caregiving role as a responsibility, a form of affection, or a form of reciprocation to their family. This study found that the seven cases underwent all four aspects of caregiving with one dominant aspect according to family conditions. First-born daughter find it challenging to balance their caregiving roles and social life which can result in feelings of stress, demotivation, and exhaustion from caring for their family. This research also finds that a first-born daughter has a way to overcome this impact by sharing her complaints on social media."
2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Vania Ardhiningrum
"Studi ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis bagaimana tantangan pengasuhan dan strategi Ibu dalam menghadapi manajemen konflik sibling rivalry saudara kandung non-Autism Spectrum Disorder (non-ASD) dan anak yang memiliki Gangguan Spektrum Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD). Ruang lingkup penelitian ini adalah sosiologi keluarga, menggunakan konsep Strategi Manajemen Konflik yang saling melengkapi dengan konsep Family Conflict. Studi ini mengembangkan penemuan terdahulu dengan meneliti manajemen konflik ibu dalam menghadapi sibling rivalry yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan anak atas distribusi sumber daya berharga dalam keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sibling rivalry anak non-ASD dan anak ASD terjadi karena anak non-ASD merasakan kelangkaan distribusi sumber daya. Untuk itu, manajemen konflik dapat dilakukan dengan strategi yang dapat mengatasi penyebab konflik tersebut, yaitu dengan memenuhi kebutuhan anak non-ASD dan memberikan keadilan dalam distribusi sumber daya. Strategi dapat dilakukan dalam bentuk mediasi, negosiasi, serta bujukan (imbalan, persuasi, dan koersi). Strategi ini didukung oleh model penyelesaian konflik berupa akomodasi, kolaborasi, kompromi, dan penghindaran konflik. Penggunaan berbagai strategi ini harus mampu mengatasi kelangkaan distribusi yang dirasakan anak non-ASD dengan mengutamakan pemahaman atas perspektif anak serta menyesuaikan dengan kondisi anak.

This study aims to understand and analyze the challenges and strategies employed by mothers in managing sibling rivalry conflicts involving non-Autism Spectrum Disorder (non-ASD) children and their siblings with Autism Spectrum Disorder (ASD). The scope of this research is family sociology, using the concept of Conflict Management Strategy which complements the concept of Family Conflict. This study enriches previous findings by examining mothers’ sibling rivalry conflict management that emphasizes in fulfilling children's needs of valuable resource distribution in family. This research adopts a qualitative approach, employing in-depth interviews with four mothers who have non-ASD and ASD children. The findings indicate that sibling rivalry between non-ASD and ASD children arises due to the perceived scarcity of resource distribution by non-ASD children. Therefore, conflict management can be implemented through strategies aimed at addressing this perceived scarcity, such as meeting the needs of non-ASD children and ensuring fairness in resource distribution. Strategies include mediation, negotiation, and inducement (reward, coercive, and persuasion). These strategies are supported by conflict modes, including accommodation, collaboration, compromise, and conflict-avoidance. The application of these various strategies must effectively address the perceived scarcity experienced by non-ASD children by prioritizing an understanding of the child's perspective and adapting to the child's conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michele Deardra Maheera Prabowo
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep diri pada individu dewasa muda yang mengalami perpindahan tempat tinggal selama masa anak-anak. Memperkaya studi sebelumnya yang berfokus pada dampak negatif mobilitas tempat tinggal selama masa anak dari perspektif psikologis, penelitian ini mengeksplorasi konsep diri yang terbentuk pada diri individu, termasuk dampak positifnya. Peneliti berargumen bahwa proses individu dalam berintegrasi ke lingkungan baru berperan penting dalam perubahan konsep diri yang melibatkan adaptasi terhadap sumber daya sosial, norma, nilai-nilai, dan praktik budaya baru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam pada informan berusia 18-29 tahun yang mengalami perpindahan tempat tinggal antarprovinsi di Indonesia pada usia 0-17 tahun. Menggunakan konsep diri oleh Rosenberg (1979) sebagai alat analisis, penelitian ini menemukan bahwa penilaian orang lain (reflected appraisals) dan perbandingan sosial (social comparison) menjadi dua hal utama yang membentuk konsep diri individu yang adaptif untuk memenuhi ekspektasi sosial yang berbeda-beda seiring pengalaman berpindah. Konsep diri ini mencakup diri yang ada (extant self), diri yang diinginkan (desired self), dan diri yang dipresentasikan (presenting self).

This study aims to explain the self-concept of young adults who experienced residential mobility during childhood. Enriching previous studies that focused on the negative impacts of residential mobility during childhood from a psychological perspective, this research explores the self-concept formed in individuals, including its positive effects. The researcher argues that the process of individuals integrating into new environments plays a crucial role in changes to self-concept, involving adaptation to new social resources, norms, values, and cultural practices. This study uses a qualitative approach with a descriptive method. Data were collected through in-depth interviews with informants aged 18-29 who experienced interprovincial residential moves in Indonesia between the ages of 0-17 years. Using Rosenberg's (1979) self-concept framework as an analytical tool, the study finds that reflected appraisals and social comparison are the two main factors shaping individuals' adaptive self-concept to meet varying social expectations through their experiences of moving. This self-concept includes the extant self, the desired self, and the presenting self."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Dwi Charollin
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan
antara sosialisasi keluarga dan sosialisasi peer group terhadap perilaku kekerasan
dalam pacaran remaja. penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data survey terhadap 222 responden. Penelitian ini dilakukan
di salah satu SMA Negeri di Jakarta Selatan. Penarikan sampel dilakukan dengan
penarikan sampel bertahap. Pertama peneliti menggunakan teknik purposive
dalam memilih sekolah, lalu penliti menggunakan teknik penarikan sampel
berkelompok dengan cara poporsional. Kemudian untuk memenuhi jumlah
responden dari masing-masing kelas peneliti menggunakan teknik penarikan
sampel purposive dengan kriteria responden yang sudah pernah berpacaran.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sosialisasi keluarga dan sosialisasi
peer group memiliki hubungan dengan perilaku kekerasan dalam pacaran remaja
di SMAN ?X? Jakarta. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa sosialisasi peer
group lebih mempengaruhi perilaku kekerasan dalam pacaran remaja di SMAN
?X? Jakarta dibandingkan dengan sosialisasi keluarga.

ABSTRACT
This research is a study that aims to explain the relation between family
socialization and peer group socialization towards violence behavior among
teenage dating. This research uses quantitative approach with survey data
collection to 222 respondents. This research conducted at one of Senior High
School in South Jakarta. This research uses multistage sampling technique.
Firstly, researcher uses purposive technique in picking the school, then researcher
uses cluster sampling with proportional method. Then to fulfill the number of
respondents from each classes researcher uses purposive sampling technique with
criteria the respondents had a relationship . This research finding shows that
family socialization and peer group socialization has relationship with violence
behavior in teenage dating at ?X? Senior High School in Jakarta. This research
finding also shows that peer group socialization has more influence toward
violence behaviour in teenage dating at SMAN ?X? Jakarta than family
socialization."
2015
S60977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library