Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Lia Kusumawati
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu penyebab kegagalan pengendalian tuberkulosis di Indonesia, adalah karena lemahnya diagnosis untuk deteksi dini kasus infeksi disamping kegagalan terapi kasus tuberkulosis yang resisten terhadap beberapa obat anti tuberkulosis dan hambatan dalam melakukan kontrol tuberkulosis secara global. Dengan ditemukannya teknik molekuler "spoligotyping" (spacer olygonucleotide typing) yang dilakukan berdasarkan analisis keragaman jumlah dan letak daerah diantara lokus direct repeat (DR) DNA M, tuberculosis dan hibridisasi menggunakan pelacak spacer oligonucleotide yang terletak diantara daerah DR ini akan dapat memperlihatkan perbedaan antar galur. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deleksi cepat sekaligus dapat membedakan galur M. tuberculosis langsung dari spesimen klinik tanpa melakukan kultur kuman.

Sebanyak 30 sampel yang terdiri dari 29 sampel klinik bakteri Al tuberculosis yang dikumpulkan dari 28 penderita tuberkulosis dan I sampel kuman standard Al BGC dilakukan pemeriksaan mikroskopik BTA, kultur pada media Lowenstein Jensen, uji bioldmia, uji resistensi serta ekstraksi DNA. DNA hasil ekstraksi kemudian diamplifikasi dengan menggunakan oligonukleotida DRa dan DRb 5'biotinylated sebagai primer untuk amplifikasi lokus direct repeat (DR) DNA M tuberculosis. DNA hasil amplifikasi dihibridisasi dengan pelacak (probe) yang terdiri dari I set oligonukleotida (43 jenis spacer oligonucleotides). Deteksi DNA hasil hibridisasi dilakukan dengan alat deteksi substrat kemiluminesen ECL (Amersham) dan dipaparkan pada film sinar-X ( Hyperfilm ECL; Amersham).

Dari hasil penelitian terlihat bahwa ekstraksi DNA M. tuberculosis dengan menggunakan metode Boom maupun Fenol-Kloroform dapat menghasilkan DNA dengan tingkat kemurnian atau nilai rasio absorbansi (a. 2601280) berkisar 1,4-1,9. Keberhasilan isolasi DNA ini telah dibuktikan dengan adanya pita DNA dalam gel agarosa dari hasil amplifikasi PCR dengan ukuran 541 bp, yang sesuai dengan fragmen DNA Al tuberculosis yang disintesis dengan menggunakan primer Pt8 dan Pt9. Hibridisasi telah dilakukan untuk menentukan galur pada 9 dari 30 sampel yang berhasil dikumpulkan dan di dapatkan 8 pola pita hibridisasi unik yang menunjukkan adanya 8 galur yang berbeda. Pada 2 sampel sputum yang dikumpulkan dalam 2 waktu pengambilan yang berbeda dari seorang penderita tuberculosis, memberikan pola pita hibridisasi yang sama. 4 galur MDR-TB (Multi Drug Resistance - Tuberculosis) dalam sampel penelitian ini mempunyai pola kekerabatan yang lebih dekat dibandingkan dengan 3 galur lainnya yang sensitif terhadap semua jenis Obat Anti Tuberculosis. Dari ke 9 sampel yang diidentifikasi dengan teknik spoligotyping, dapat menunjukkan perbedaan antar galur dan diperoleh 8 pola pita hibridisasi DNA Al. tuberculosis yang dapat digunakan sebagai penanda epidemiologi untuk bakteri penyebab penyakit tuberkulosis di Indonesia.

Teknik spoligotyping dapat menjadi alternatif disamping isolasi M. tuberculosis untuk mendeteksi adanya bakteri M. tuberculosis sekaligus dapat membedakan galur kuman pada penderita tuberkulosis, sehingga dapat digunakan untuk memantau penyebaran kuman penyakit tuberkulosis yang sangat penting untuk dikembangkan lebih lanjut.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Burhan
Abstrak :
Background and objective: Antimicrobial resistance is a global problem and the prevalence is high in many Asian countries. Methods: A prospective observational study of the prevalence of bacterial pathogens and their antimicro-bial susceptibilities in patients with acute exacerba-tions of chronic bronchitis (AECB) was conducted in Indonesia, Philippines, Korea, Thailand, Malaysia, Taiwan and Hong Kong from August 2006 to April 2008. The diagnosis of AECB was based on increased cough and worsening of two of following: dyspnoea, increased sputum volume or purulence. Patients who had taken antibiotics within 72 h of presentation were excluded. All bacterial strains were submitted to a central labo-ratory for re-identification and antimicrobial suscepti-bility testing to 16 antimicrobial agents according to Clinical and Laboratory Standards Institute. Results: Four hundred and seven isolates were iden-tified among 447 patients of AECB. The most frequent organisms isolated were Klebsiella pneumoniae and associated species (n = 91 + 17), Haemophilus influen-zae (n = 71), Pseudomonas aeruginosa (n = 63), Streptococcus pneumoniae (n = 32), Acinetobacter baumannii (n = 22) and Moraxella catarrhalis (n = 21). According to Clinical and Laboratory Standards Insti-tute susceptibility breakpoints, 85.7% and >90% of these pathogens were susceptible to levofloxacin and cefepime respectively. Other options with overall lower susceptibilities include imipenem, ceftazidime, ceftri-axone and amoxicillin/clavulanate. Conclusions: Gram-negative bacteria including Kleb-siella spp., P. aeruginosa and Acinetobacter spp. consti-tute a large proportion of pathogens identified in patients with AECB in some Asian countries. Surveil-lance on the local prevalence and antibiotic resistance of these organisms is important in guiding appropriate choice of antimicrobials in the management of AECB.
Asian Pacific Society of Respirology, 2011
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library