Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asysyukriati Rifai Prawiro
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalens PPOK memiliki kecenderungan meningkat, penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Eksaserbasi dan beberapa penyakit komorbid menyebakan disabilitas yang berdampak pada kualitas hidup pasien PPOK. Kualitas hidup yang baik adalah tujuan utama dalam penatalaksanaan pasien PPOK. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan CAT dan SGRQ dalam menilai kualitas hidup pasien PPOK yang dikontrol dengan indeks BODE melalui pengukuran selama 6 bulan.

Metode: Penelitian ini merupakan studi prospektif terhadap 49 pasien PPOK stabil yang memenuhi kriteria inklusi melalui pengukuran pada 0, 3 dan 6 bulan di poliklinik Asma dan PPOK RS Persahabatan. Pasien PPOK stabil dilakukan pemeriksaan spirometri, pengukuran IMT, pengisian kuesioner CAT dan SGRQ, skala sesak mMRC dan uji jalan 6 menit.

Hasil: 49 pasien PPOK stabil pada awal evaluasi terdiri dari 5 orang pasien PPOK derajat I, 16 orang pasien PPOK derajat II, 21 pasien PPOK derajat III dan 7 pasien derajat. Kelompok usia 48-81 tahun dengan median 69 tahun dan rerata 67,04 ± 8,86. Riwayat merokok dari 49 pasien laki-laki terdiri dari 30 pasien memiliki indeks Brinkman (IB) berat, 12 pasien dengan IB sedang dan 7 pasien IB ringan. Komorbid terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler (40%). CAT memiliki korelasi yang sangat kuat dengan SGRQ (r=0,89, p<0,0001) dan korelasi yang kuat dengan indeks BODE (r=0,65, p<0,0001). SGRQ memiliki korelasi yang kuat dengan indeks BODE (r=0,69, p<0,0001).

Kesimpulan: CAT dapat digunakan dengan baik untuk menilai kualitas hidup pasien PPOK seperti SGRQ. Korelasi CAT dengan SGRQ sangat kuat dan kuat dengan indek BODE tetapi SGRQ masih sedikit lebih baik dibandingkan CAT dalam memprediksi tingkat angka tahan hidup atau prognostik pasien PPOK.
ABSTRACT
Background: COPD has been increase in prevalence, a leading cause of morbidity and mortality worldwide. Exacerbation of COPD and some comorbid disease cause disability with impact on related quality of life (HRQoL). A good quality of life is major goal in management of COPD patients. The purpose of this study was to determine the correlation of any CAT, SGRQ and BODE index to estimate the quality of life in COPD patients.

Methods: The study was conducted with prospective study in 49 stable mild to very severe degree of COPD patients with repeated measurements in 0, 3 and 6 months at Asthma and COPD clinic Persahabatan Hospital. Stable COPD patients performed spirometry, measured BMI, fill out CAT and SGRQ questionnaire, MMRC dyspnea score and 6 minute walking test

Results: Forty nine COPD patients consist of 5 COPD patients of stage I, 16 patients of stage II, 21 patients of stage III and 7 patients of stage IV had been evaluated for 6 months. The median is 69 years (48;81) and mean 67,04 ± 8,86. Smoking history of patient consist of severe degree in 30 patients, 12 patients of moderate, and 7 patients of mild Brinkman index The most comorbid is cardiovascular disease (40%). A patient was die at the end evaluation. The CAT correlates very well with SGRQ (r=0.89, p<0.0001) and well with BODE index (r=0.65, p<0.0001). The SGRQ correlates well with BODE index (r=0.69, p<0.0001).

Conclusion: The CAT could be as reliable tools in predicting HRQoL as SGRQ. The CAT correlates very well with SGRQ and well with BODE index, but SGRQ is a bit better to predict survival COPD patient or prognostic patient than CAT.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Imelda Farida Mauly
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang penelitian : Polisi Lalu Lintas yang bekerja di daerah lalu lintas yang padat terpajan emisi kendaraan selama bertahun-tahun. Banyak penelitian melaporkan pajanan asap, bahan kimia dan partikel dalam emisi akan merusak faal paru. Belum ada data mengenai faal paru polisi lalu lintas di Wilayah Jakarta Selatan

Metode penelitian : Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODTABEK) dengan desain cross-sectional untuk menentukan faal paru polisi lalu lintas dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan pada polisi lalu lintas di Wilayah Jakarta Selatan pada bulan Oktober-November 2012 dengan teknik pengambilan total sampling. Wawancara menggunakan Kuesioner Pneumobile Project Indonesia, dilakukan pemeriksaan uji faal paru, foto toraks dan pengukuran CO ekshalasi. Data dianalisis secara deskriptif dan multivariat dengan menggunakan SPSS versi 17.

Hasil penelitian : Pada penelitian ini kami menemukan sebanyak 181 subjek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi, kelompok umur terbanyak 41-50 tahun (35,4%), status gizi kelebihan berat badan (54,1%) dan perokok ringan (33,1). Sebanyak 9 subjek ditemukan kelainan faal paru dengan rincian 5 obstruksi ringan dan 4 restriksi ringan. Gambaran kelainan foto toraks ditemukan sebanyak 5 subjek. Nilai kadar CO ekshalasi didapatkan dengan rerata 14,0 ± 8,5. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna secara statisitik antara faktor usia, status gizi, merokok, masa kerja, pemakaian APD dan kualitas udara dengan faal paru.

Kesimpulan: Terdapat kelainan faal paru pada 9 (5%) polisi lalu lintas di Wilayah Jakarta Selatan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara gambaran faal paru dengan semua faktor-faktor yang diteliti.
ABSTRACT
Background: Traffic policemen working in the busy traffic signal areas get exposed to the vehicular missions for years together. Many studies have reported exposure to smoke, chemicals and particles in emissions will damage lung function. Since there were no data available on the parameters of traffic police personnel of South Jakarta.

Methods: This study is part of a major research area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK) with cross-sectional study to determine the pulmonary function of traffic police and the factors that influenc. The study was conducted traffic policemen in South Jakarta Regional in Oktober-November 2012. Interview using Kuesioner Pneumobile Project Indonesia, Pulmonary function test, Chest X-ray and CO exhaled. The data were analyze using descriptive and multivariate processed to look at the relationship between variables with SPSS version 17.

Results: In this study we found as many as 181 subjects the inclusion criteria with predominant age group between 41-50 years old (35,4%), over weight (54,1%) and mild smoker (33,1%). A total of nine subjects with pulmonary function abnormalities details mild obstruction 5 and 4 mild restriction.Chest X-ray abnormality was found by 5 subjects. Levels of CO exhalation values ​​obtained with a mean 14.0 ± 8.5. The analysis conducted in this study found no significant relationship between the statistics of age, nutritional status, smoking, length of service, use of mask and air quality index with lung function.

Conclusion: There pulmonary function abnormalities in 9 (5%) of traffic police in the area of South Jakarta. There was no statistically significant association between lung function overview with all the factors studied.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Martinus
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Polusi udara akibat kepadatan kendaraan merupakan bahaya serius bagi kesehatan sehingga orang yang terpajan polutan terus menerus mengalami peningkatan risiko terjadinya penurunan faal paru. Polisi lalulintas merupakan subjek yang terus menerus terpajan dengan emisi gas buang kendaraan sebagai risiko dari pekerjaannya.Gas buang kendaraan terdiri dari nitrogen oksida, karbon monoksida, bahan partikel dan lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan bronkiolus terminal dan menurunnya kompains serta kapasitas vital paru. Penelitian ini bertujuan menilai status faal paru polisi lalulintas Jakarta Pusat dan apakah terdapat hubungan antara pajanan terhadap polusi gas buang kendaraan dengan penurunan faal paru. Disamping itu juga dilakukan analisis hubungan antara penurunan faal paru dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 170 polisi lalulintas di polres Jakarta Pusat, usia 20-55 tahun, masa kerja minimal 2 tahun. Data kesehatan secara keseluruhan diamati menggunakan Kuesioner Proyek Pneumomobile Indonesia dan pemeriksaan fisis dan status kesehatan paru secara khusus diamati menggunakan foto toraks dan spirometri. Kadar CO-ekshalasi juga dianalisis. Analisis statistik dikerjakan menggunakan SPSS versi 17.

Hasil: Dalam penelitian ini didapatkan sampel total adalah 130 subjek tetapi 9 subjek dropout karena tidak menyelesaikan pemeriksaan secara lengkap dan benar. Data subjek yang dilakukan analisis adalah sebanyak 121 dengan karakteristik 33,9% memiliki usia antara 41-50 tahun dengan rerata usia 37,0 tahun (SD 8,8); 57,9% memiliki berat badan lebih; 55,4% merupakan perokok aktif; 64,5% menggunakan alat pelindung diri secara buruk; 47,9% memiliki masa kerja >10 tahun; 100% bekerja 56 jam seminggu.Rerata kadar CO-ekshalasi adalah 8,7 (SD 5,0). 9,9% subjects memiliki foto toraks normal,hanya 16,7% yang merupakan kelainan paru dan 83,3% merupakan kelainan nonparu. 19% subjek memiliki kelainan faal paru yaitu 60,9% kelainan restriksi ringan dan 39,1% kelainan obstruksi ringan dan sedang. Tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara variabel independen usia, status nutrisi, riwayat merokok, penggunaan alat pelindung diri, durasi kerja terhadap variabel dependen pemeriksaan spirometri.Hanya variabel masa kerja subjek yang semakin lama memiliki hubungan bermakna secara statistik terhadap penurunan hasil pemeriksaan spirometri dengan p=0,0014.

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan lamanya masa kerja polisi lalulintas berhubungan bermakna secara statistik dengan penurunan faal paru.
ABSTRACT
Introduction: Air pollution due to road traffic is a serious health hazard and thus the persons who are continuously pollutant exposed, may be at an increased risk. In this respect, traffic policemen are at a risk, since they are continuously exposed to emissions from vehicles, due to the nature of their job. Automobile exhaust consists of oxides of nitrogen, carbon monoxide, particulate matter, and others, which cause injury to the terminal bronchioles and a decrease in the pulmonary compliance and vital capacity. The present study was aimed at assessing the pulmonary function status in traffic policemen in Central Jakarta whether prolonged exposure to vehicular exhausts had any detrimental effect on their lung functions. The relationship between decrements of lung function and various influencing factors also analyzed.

Methods: Across-sectional study was conducted in 170 traffic policemen in Central Jakarta, age 20-55 years, working periods at least 2 years. The data of overall health status was observed using Indonesia Pneumomobile Project Questioner and physical examinations and lung health status was observed using thorax X-ray and spirometry. Level of CO-exhalation was also analyzed. The statistical analysis was carried out with SPSS PC software version 17.

Results: Total samples included in this study were 130 subjects, 9 subjects were dropped out because uncompleted study’s tests. Analyzed subjects were 121 whose characteristics were 33,9% were in age classifications 41-50 years and mean age was 37,0 (SD 8,8); 57,9% overweight; 55,4% active smokers; 64,5% bad masker application; 47,9% in working periods >10 years; 100% had 56 working hours in a week. Mean CO-exhalation level was 8,7 (SD 5,0). 9,9% subjects had abnormal thorax X-ray that16,7% were lung abnormality and 83,3% were nonlung abnormality. 19% subjects recorded lung function decreased included 60,9% mild restriction and 39,1% mild and moderate obstruction. There were no statistical significant between age, nutrition’s classifications, smoking history, protective mask applications, working duration as independent variables and spirometry parameters as dependent variables. Longer working periods were the only dependent variable had statistical significant with decreasing spirometry results with p=0,0014.

Conclusion: This study showed that working periods had statistical significant with lung function decrement.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Sovira
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar 1,25-dihydroxyvitamin D serum dan hubungannya dengan interferon gamma, cathelicidin dan bacterial load pada penderita TB paru BTA positif serta hubungan cathelicidin dengan bacterial load. Rerata kadar IFN-γ adalah 10,8 ± 6,5 pg/mL, rerata kadar 1,25(OH)2D serum adalah 121,5 ± 38,6 pmol/L dan rerata kada cathelicidin plasma adalan 90,4 ± 21,5 ng/mL. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan kadar 1,25(OH)2D serum dengan IFN-γ serum begitu juga dengan cathelicidin plasma. Kadar cathelicidin plasma tidak berhubungan bermakna dengan bacterial load. Rerata kadar IFN-γ serum dan cathelicidin plasma pada lesi kavitas lebih rendah daripada lesi tanpa kavitas (masing-masing p = 0,031 dan p = 0,025). Rerata kadar cathelicidin plasma subjek dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya lebih rendah daripada subjek kelompok kasus baru (p = 0,004). Pada penelitian ini didapatkan juga hubungan bermakna kekuatan sedang antara kadar IFN-γ serum dengan cathelicidin plasma (r = 0,540; p < 0,05).
ABSTRACT
The aim of study was to investigate levels of 1,25-dihydroxyvitamin D and its relationshio with IFN-γ or cathelicidin in active pulmonary tuberculosis patients and relation of cathelicidin with bacterial load. The mean of serum 1,25(OH)2D, IFN-γ, and cathelicidin were 121,5 ± 38,6 pmol/L, 10,8 ± 6,5 pg/mL, 90,4 ± 21,5 ng/mL, respectively. The was no relation 1,25(OH)2D to IFN-γ and cathelicidin either. The mean of serum IFN-γ and plasma cathelicidin in cavitary lession was less than non cavitary lession. We also found that plasma cathelicidin level in subject with prior treatment was less than new cases. There was relation of serum IFN-γ to plasma cathelicidin (r = 0,540; p < 0,05).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library