Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Badriah
Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, 2011
T56062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Fathy Zuandi
"Latar belakang: Disfungsi Diafragma Diinduksi Ventilator  (DDDV) adalah salah satu komplikasi ventilator mekanis (VM) yang dapat terjadi pada 30-60% anak yang menggunakan VM. Namun demikian, berbagai penelitian menunjukkan hasil yang inkonsisten mengenai faktor risiko dan luaran DDDV.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi DDDV, berbagai faktor risiko, dan luarannya.
Metode: Sebuah penelitian observasional prospektif di ruang intensif anak rumah sakit rujukan tersier dilakukan dari Juli 2023 sampai Januari 2024. Anak usia 1 bulan sampai 18 tahun yang diintubasi selama lebih dari 24 jam diikutsertakan dalam penelitian. Ketebalan diafragma (tebal diafragma akhir ekspirasi dan fraksi ketebalan diafragma) diukur setiap hari menggunakan ultrasonografi dari nilai awal (dalam 24 jam) sampai luaran terjadi, atau maksimal sampai 7 hari VM. Berbagai faktor risiko dan luaran (sampai hari ke-14 observasi) dianalisis.
Hasil: Dari 100 subyek yang dianalisis, sebagian besar berusia <2 tahun (40%) dan mengalami pneumonia (48%). Insidens DDDV (laju atrofi >10%) adalah 47% dengan median laju atrofi 2,2% per hari. Diantara 7 faktor risiko yang dianalisis, sepsis, kortikosteroid, dan VM >72 jam menunjukkan hubungan yang signifikan dengan DDDV dengan risiko relatif secara berurutan 1,7 (IK 95% 1,2-2,5), 1,9 ( IK 95% 1,2-2,9), 10,6 (3,5-31,9). Akan tetapi pada analisis multivariat malnutrisi berat dan durasi VM lebih lama yang bermakna secara statistik sebagai faktor risiko DDDV. DDDV secara bermakna berhubungan dengan peningkatan gagal penyapihan, kejadian pneumonia terkait ventilator, dan lama rawat RIA yang lebih panjang.
Simpulan: Insidens DDDV pada anak cukup signifikan. Penggunaan VM lebih dari 72 jam dan malnutrisi berat teridentifikasi sebagai faktor risiko DDDV yang kemudian berkaitan dengan luaran klinis yang lebih buruk.

Background: Ventilator-induced diaphragmatic dysfunction (VIDD) is one of the complications of mechanical ventilators occurring in 30-60% of ventilated children. However, several studies show inconsistent findings on risk factors and outcomes of VIDD.
Objective: This study aimed to identify VIDD, VIDD risk factors, and PICU outcomes.
Methods: A prospective observational study in the PICU of a tertiary referral hospital was conducted from July 2023 to January 2024. Children aged 1 month to 18 years old who were intubated for over 24 hours were recruited. Diaphragm thicknesses (end-expiration diaphragm thickness and thickening fraction) were measured daily using ultrasonography from baseline (first 24 hours) until outcomes occurred or, at most, on 7 days of ventilation. Several risk factors and outcomes (up to the 14th observation’s day) were analyzed.
Results Of 100 subjects analyzed, predominantly were under two years old (40%) and had pneumonia (48%). The incidence of VIDD (in terms of atrophy rate >10%) was 47% and the median daily atrophy rate was 2.2%/day. Of 7 risk factors analyzed, sepsis, corticosteroid, and ventilation >72 hours were identified as risk factors with significant relative risks of 1.7 (CI 1.2-2.5), 1.9 (CI 1.2-2.9), 10.6 (CI 3.5-31.9), consecutively. However, on multivariate analysis, only longer ventilation time and severe malnutrition showed significant association. VIDD was significantly associated with increased weaning failure, higher rate of ventilator-associated pneumonia, and longer PICU stay.
Conclusion: A significant amount of VIDD was found in children. Ventilator usage for more than 72 hours and severe malnutrition are identified as major risk factors for VIDD which is further associated with poorer outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
William Stephenson Tjeng
"Latar belakang : Infeksi daerah operasi (IDO) merupakan salah satu infeksi terkait perawatan di rumah sakit, dan meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan di rumah sakit. IDO pasca operasi jantung masih merupakan masalah serius. Prevalensi IDO pasca operasi jantung berkisar 0,25 sampai 6%. Banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian IDO. Baik faktor risiko pre-operatif, peri-operatif, intra-operatif maupun pasca-operatif. Faktor usia, status nutrisi, tindakan transfusi, lama rawat inap sebelum dilakukan tindakan dan ketepatan pemberian antibiotik profilaksis dapat menjadi faktor risiko yang memengaruhi kejadian IDO paska operasi jantung.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor risiko yang meningkatkan kejadian IDO operasi jantung anak dan kesintasan pada anak.
Metode : Penelitian kohort retrospektif dengan rancangan penelitian potong lintang yang mengalami IDO pada operasi jantung di RSCM. Data penelitian diambil dari rekam medis. Data yang dikumpulkan adalah usia, status nutrisi, tindakan transfusi, lama rawat inap pasien sebelum dilakukan tindakan operasi dan ketepatan pemberian antibiotik profilaksis terhadap kejadian IDO pasca operasi jantung. Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan analisis multivariat.
Hasil : Jumlah subyek yang direkrut sebesar 360 subyek, prevalensi IDO sebesar 13,8%. Faktor risiko usia tidak memengaruhi kejadian IDO dengan p=0,178 RR 0,54(0,217-1,327) pada kelompok umur 0-1 tahun, p=0,415 RR 0,72(0,331 – 1,578) pada kelompok usia 1-5 tahun dan p=0,205 RR 0,27(0,035 – 2,052) pada kelompok usia 5 – 10 tahun. Status nutrisi tidak memengaruhi kejadian IDO dengan p= 0,287 RR0,75(0,436-1,278). Lama rawat inap sebelum tindakan operasi tidak memengaruhi kejadian IDO dengan p=0,324 RR 0,772 (0,662-1,292). Ketepatan pemberian antibiotik profilaksis tidak memengaruhi kejadian IDO p=0,819 RR 1,011(0,918-1,114).
Simpulan : Faktor risiko usia, status nutrisi, lama rawat inap sebelum tindakan, ketepatan antibiotik profilaksis tidak memengaruhi kejadian IDO pada operasi jantung anak.

Background : Surgical site infection (SSI) is one of the hospital associated infections, and increases morbidity, mortality and hospital care costs. SSI Post cardiac surgery is still a serious problem. The prevalence of SSI post cardiac surgery ranges from 0.25 to 6%. Many risk faktors can increase the incidence of IDO. Faktors such as age, nutritional status, transfusion , length of hospitalization before surgery and accuracy of prophylactic antibiotik administration can be risk faktors that affect the incidence of IDO after cardiac surgery.
Aime : to investigate the risk faktors in pediatric cardiac surgery that will increase the incidence of SSI and to improve the survival of the child after cardiac surgery.
Method : Retrospective cohort study with cross-sectional research design that undergoes Surgical site infection in cardiac surgery at RSCM. The research data is taken from medical records. The data collected are age, nutritional status, transfusion procedure, length of hospitalization of the patient before surgery and accuracy of prophylactic antibiotik administration against the incidence of postoperative SSI cardiac surgery. The data were then analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis.Result : The number of subjects recruited was 360 subjects, the prevalence of SSI was 13.8%. Age risk factors did not affect the incidence of SSI with p=0.178 RR 0.54(0.217-1.327) in the age group 0-1 years, p=0.415 RR 0.72(0.331 – 1.578) in the age group 1-5 years and p=0.205 RR 0.27(0.035 – 2.052) in the age group 5 – 10 years. Nutrient status does not affect the incidence of SSI with p= 0.287 RR0.75(0.436-1.278). The length of hospitalization prior to surgery did not affect the incidence of SSI with p=0.324 RR 0.772 (0.662-1.292). The accuracy of prophylactic antibiotik administration did not affect the incidence of IDO p=0.819 RR 1.011(0.918-1.114).
Conclusion : risk faktors such as Age, nutritional status, length of hospitalization before treatment, accuracy of prophylactic antibiotiks do not affect the incidence of IDO in pediatric cardiac surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanti Kisworini
"Latar Belakang : Infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit imunodefisiensi sekunder terbanyak dan masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Terapi antiretroviral (ART) diharapkan dapat mengurangi angka kejadian baru dan angka kematian karena HIV/AIDS. Data untuk mengevaluasi keberhasilan ART, gambaran pola viral load (VL) sebagai respos ART serta faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi belum ada di Indonesia.
Metode : Penelitian kohort retrospektif, memakai data rekam medis di Poliklinik Alergi-Imunologi Anak RSCM Jakarta sejak Juli 2003 sampai September 2022 pada anak sampai usia 18 tahun yang terdiagnosis HIV dan minimal mempunyai 3 hasil pemeriksaan VL.
Hasil : Terdapat 137 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Keberhasilan ART setelah 12 bulan terapi sebesar 50,36% dan setelah 24 bulan terapi sebesar 64,23%. Pola VL terbanyak sebagai respons ART adalah Pola VL tersupresi 48,2%, kemudian early viral failure sebesar 34,3%, persistent low level viremia sebesar 15,3%, 1,5% sebagai viral failure dan 0,7% sebagai viral blips. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi setelah 12 bulan terapi secara bermakna adalah status nutrisi baseline gizi baik dengan RR : 2,15 (IK 95% : 1,07-2,59) nilai p : 0,026. Setelah 24 bulan terapi adalah status nutrisi baseline gizi baik dengan RR 1,66 (IK 95% 1,09-1,86) dengan nilai p : 0,024.
Kesimpulan : Keberhasilan terapi ARV setelah 12 bulan 50,36% dan 64,23% dicapai setelah 24 bulan. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi secara bermakna pada 12 bulan dan pada 24 bulan adalah status nutrisi baseline gizi baik. Pelaksanaan pemeriksaan VL untuk diagnostik dan pemantauan terapi ARV memerlukan dukungan ketersediaan fasilitas diagnostik yang konsisten. Didapatkan 3 pola VL terbanyak adalah virus tersupresi, early viral failure dan persistent low level viremia.

Background : Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS is still main health problem in the world. The use of antiretroviral therapy (ART) is expected to reduce new cases, and mortality of HIV/AIDS. Data to evaluate the success of ART, description of Viral Load (VL) patterns in response to ART and factors that affected VL suppression doesn’t yet exist in Indonesia.
Methods: A retrospective cohort study, using medical record at the Pediatric Allergy-Immunology outpatient clinic RSCM Jakarta from July 2003 to September 2022 in children up to 18 years of age who were diagnosed with HIV and had at least 3 VL test results
Results: There were 137 children who met the criteria. The success of ART after 12 months was 50.36% and after 24 months was 64.23%. The highest VL pattern in response to ART was a suppressed VL pattern of 48.2%, then early viral failure of 34.3% and persistent low-level viremia of 15.3%, viral failure of 1.5% and 0.7% as viral blips. Factors that significantly affected the success of therapy after 12 months of therapy was good nutritional status RR 2.15 (95% CI : 1.1-4.2) p : 0.026. After 24 months of therapy was good nutritional status with RR 1.66 (95% CI : 1.07-2.59) p : 0.024.
Conclusion: The success of therapy after 12 months was 50.36% and 64.23% after 24 months. Factors that affected the success of therapy at 12 months and 24 months of therapy was good nutritional status. The VL examination as confirmation of the diagnostic and success of therapy required consistent diagnostic tools availability. It was found 3 most patterns of VL was virus suppression, early viral failure and persistent low level viremia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Andini Putri
"Latar belakang: PPAB (Pedoman Penggunaan Antibiotik) merupakan panduan pemberian antibiotik empiris yang dibuat sesuai pola kuman dan resistensi antibiotik setempat. Pemberian antibiotik yang rasional untuk infeksi saluran kemih (ISK) mendukung proses kesembuhan, mencegah komplikasi, dan mencegah resistensi antibiotik.
Tujuan: Mengetahui apakah terapi yang direkomendasikan PPAB memberikan kesembuhan yang tinggi, mengevaluasi penggunaan antibiotik dengan alur Gyssens, dan mengetahui faktor risiko yang memengaruhi kesembuhan ISK.
Metode: Penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan secara retrospektif pada pasien anak dengan ISK yang dirawat di RSCM.
Hasil: Sebanyak 196 subyek memiliki karakteristik sebagian besar berusia balita (32%), berstatus gizi malnutrisi (53%), memiliki komorbiditas (77%), menderita ISK simpleks (80%), berupa ISK simtomatik (88%), dan memiliki proporsi yang seimbang antara jenis kelamin lelaki dan perempuan. Antibiotik yang paling sering diberikan adalah sefotaksim, seftazidim, dan seftriakson. Alur Gyssens menunjukkan antibiotik diberikan rasional pada 53% pasien. Etiologi bakteri tersering adalah Escherichia coli, Enterococcus faecalis, dan Klebsiella pneumonia. Kesembuhan ISK berhubungan dengan pemberian antibiotik sesuai rekomendasi PPAB dibandingkan dengan pasien yang diberikan antibiotik lain (88% vs 74%, p = 0,05). Faktor risiko yang terbukti memengaruhi kesembuhan ISK adalah jenis kelamin laki-laki (p=0,04, adjusted OR 2,1 (IK 95% 1,03-4,30)) dan kondisi pasien tanpa komorbiditas (p<0,01, adjusted OR 5,7 (IK 95% 1,64-20,05)).
Kesimpulan: Terapi yang direkomendasikan PPAB memberikan angka kesembuhan yang lebih tinggi dibanding terapi antibiotik lain, evaluasi Gyssens menunjukkan pemberian antibiotik rasional hanya diberikan pada 53% pasien, dan faktor yang meningkatkan peluang kesembuhan ISK yaitu jenis kelamin lelaki dan kondisi tanpa komorbiditas

Background: Standard treatment guideline used to guide empirical antibiotic use based on local microorganism patterns and antibiotic susceptibility. Rational use of antibiotic for urinary tract infection (UTI) promotes disease recovery, prevents complications, and prevent antibiotic resistance.
Objectives: To know whether patients treated with standard treatment guidelines gives better recovery rates, to evaluate rational use of antibiotic using Gyssens flowchart, and to know factors related to disease recovery.
Method: Descriptive study with cross-sectional design that conducted retrospectively on UTI pediatric patients hospitalized in RSCM.
Results: This study included 196 children, mostly toddlers (32%), malnourished (53%), having comorbidities (77%), uncomplicated UTI (80%), symptomatic UTI (88%), and has a balanced proportion between sexes. The antibiotics mostly prescribed were cefotaxime, ceftazidime, and ceftriaxone. Gyssens plot showed antibiotics were administered rationally in 53% of patients. The most common bacterial etiology is Escherichia coli, Enterococcus faecalis, and Klebsiella pneumonia. UTI recovery was significantly associated with antibiotics according to guideline recommendations compared with other antibiotics (88% vs 74%, p = 0.05). Risk factors associated with UTI recovery were male gender (p=0.04, adjusted OR 2.1 (95% CI 1.03-4.30)) and condition without comorbidities (p<0.01, adjusted OR 5.7 (95% CI 1.64-20.05)).
Conclusion: Patients treated according to standard treatment guidelines had better recovery rates, Gyssens flowchart showed antibiotic were rationally used in 53% patients, and factors that proved to increase recovery rates were male gender and conditions without comorbidities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library