Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shofa Nisrina Luthfiyani
"Latar belakang: Penilaian usia tulang dengan metode Greulich and Pyle merupakan metode yang paling sering digunakan. Namun metode ini bersifat subjektif dan ahli yang dapat membaca usia tulang dengan metode ini belum tersebar merata. Saat ini, penilaian usia tulang melalui metode deep learning artificial intelligence mulai banyak digunakan. Metode ini dinilai lebih objektif dan memiliki akurasi yang setara atau lebih baik dibandingkan metode Greulich and Pyle.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi deep learning artificial intelligence dibandingkan Greulich and Pyle dalam menilai usia tulang.
Metode: Penelitian merupakan studi potong lintang yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan foto tangan dan pergelangan tangan di Divisi Pencitraan yang diambil pada Desember 2022 sampai November 2023. Subjek yang diteliti adalah anak berusia 1 – 18 tahun yang diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan usia tulang. Akurasi dinilai melalui korelasi, perbedaan rerata, dan kesesuaian antara dua metode.
Hasil: Sebanyak 275 foto dalam kurun waktu 12 bulan dimasukkan ke dalam penelitian dengan nilai tengah 9,5 tahun. Korelasi antara kedua metode pembacaan usia tulang adalah 0,971 (IK95% 0,963 – 0,977 ; p < 0,001) yang berarti memiliki korelasi positif kuat. Perbedaan rerata hasil pembacaan kedua metode adalah 0,53 tahun (IK95% 0,45 – 0,62; p < 0,001). Walaupun bermakna secara statistik, perbedaan rerata ini tidak bermakna secara klinis karena usia tulang yang abnormal harus lebih dari 2 standar deviasi. Kesesuaian pembacaan usia tulang antara kedua metode baik dengan nilai kappa 0,752 (IK95% 0,675 – 0,828; p < 0,001).
Kesimpulan: Penilaian usia tulang dengan metode deep learning artificial intelligence memiliki akurasi yang sama dengan metode Greulich and Pyle.

Background: Bone age assessment using the Greulich and Pyle method is the most frequently used. However, this method is subjective and experts who can read bone age using this method are not evenly distributed. Currently, bone age assessment using deep learning artificial intelligence methods is starting to be widely used. This method is considered more objective and has equivalent or better accuracy.
Objective: This study aims to determine the accuracy of deep learning artificial intelligence compared to Greulich and Pyle in assessing bone age.
Method: This was a cross-sectional study conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital using radiology of the hands and wrists in the Imaging Division taken from December 2022 to November 2023. The subjects studied were children aged 1 – 18 years who were indicated for bone age examination. Accuracy was assessed through correlation, mean difference, and agreement between the two methods.
Results: A total of 275 photos over a 12 month period were included in the study with a median value of 9.5 years. The correlation between the two bone age assessment methods was 0.971 (95% CI 0.963 – 0.977; p < 0.001), which showed a strong positive correlation. The mean difference between the two methods was 0.53 years (95% CI 0.45 – 0.62; p < 0.001). Although it had statistically significant, this mean difference was not clinically significant because the abnormal bone age must be more than 2 standard deviations. The agreement between bone age readings between the two methods was good with a kappa value of 0.752 (95% CI 0.675 – 0.828; p < 0.001).
Conclusion: Bone age assessment using the deep learning artificial intelligence method has the same accuracy as the Greulich and Pyle method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astra Parahita
"Latar belakang: Peningkatan angka kelangsungan hidup anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) harus disertai kualitas hidup optimal. Kebugaran kardiorespiratori merupakan indikator penting health-related fitness. Pemeriksaan kebugaran kardiorespiratori pada anak dengan PJB belum rutin dilakukan. Pengukuran terstandar yang mudah dan aman yaitu dengan six-minute walk test (6MWT).
Tujuan: Untuk mengetahui kebugaran kardiorespiratori yang diukur menggunakan 6MWT pada anak dengan PJB yang belum dan sudah dikoreksi dan hubungannya dengan parameter ekokardiografi fungsional.
Metode: Dilakukan studi potong lintang terhadap anak dengan PJB di sebuah RS rujukan nasional pada Januari sampai April 2024. Subyek penelitian adalah anak dengan PJB yang belum dikoreksi atau sudah dikoreksi minimal 6 bulan. Dilakukan pemeriksaan 6MWT dan ekokardiografi fungsional.
Hasil: Terdapat 53 subyek tiap kelompok, terdiri dari perempuan 60 orang (57%), usia 6,5 (3-17,5) tahun. Penurunan kebugaran kardiorespiratori terjadi pada 69% pasien PJB. Kebugaran kardiorespiratori lebih tinggi pada subyek yang sudah dikoreksi dengan 6MWD% 84 (SB 21)% vs 73 (SB 19)%, p = 0,040 dan VO2max 32 (SB 9,3) vs 28 (SB 7,8) mL/kg/menit, p = 0,017. Kesimpulan: Kebugaran kardiorespiratori pada anak dengan PJB yang sudah dikoreksi lebih tinggi dari yang belum dikoreksi. Pada penelitian ini, parameter ekokardiografi fungsional anak PJB tidak terbukti berhubungan dengan kebugaran kardiorespiratori.

Background: Increasing the survival rate of children with congenital heart disease (CHD) must be accompanied by optimal quality of life. Cardiorespiratory fitness is an important indicator of health-related fitness, but not routinely carried out in children with CHD. An easy and safe standardized measurement is the six-minute walk test (6MWT).
Objective: To determine cardiorespiratory fitness in children with uncorrected and corrected CHD and its relationship with functional echocardiography.
Methods: A cross-sectional study was conducted at a national referral hospital from January to April 2024. The research subjects were children with uncorrected CHD or after correction at least 6 months. A 6MWT examination and functional echocardiography were performed. Results: There were 53 subjects in each group, consisting of 60 women (57%), aged 6.5 (3-17.5) years. Decreased cardiorespiratory fitness occurs in 69% sunbjects. Cardiorespiratory fitness was higher in corrected subjects with 6MWD% 84 (SD 21)% vs 73 (SD 19)%, p = 0.040 and VO2max 32 (SD 9.3) vs 28 (SD 7.8) mL/kg/min, p = 0.017.
Conclusion: The cardiorespiratory fitness of children with corrected CHD is higher than uncorrected CHD. In this study, functional echocardiographic parameters were not proven to be related to cardiorespiratory fitness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library