Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amyrna Leandra Saleh
"Novel Roro Mendut karya Y.B Mangunwijaya adalah sebuah novel yang ditulis berdasarkan sebuah cerita klasik Jawa berjudul Serat Pranacitra melalui telaah secara struktural, dapat diungkapkan bahwa teks Roro Mendut pada dasamya memusatkan perhatian pada kisah tokoh Roro Mendul.
Selanjutnya melalui telaah antar teks, tampak bahwa novel Roro Mendul bukanlah sekedar suatu penulisan ulang alas teks Serat Pranacitra dalam bentuk novel secara Pasif.
Kerangka cerita novel Roro Mendut memang berlolak dari teks Sera/ Pranacitra, namun banyak pengembangan dan modifikasi yang telah dilakukan oleh - Y.13. Mangunwijaya sebagai pengarang novel Roro Mendut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Roito Elmina Gogo
"Anak merupakan aset keluarga, masyarakat, dan bangsa sehingga harus mendapatkan pembinaan jasmani, mental spiritual dan sosia] sejak dini mengingat pada masa lima tahun pertama kehidupan anak merupakan masa keemasan di dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian anak. Agar mampu menjadi generasi penerus di masa depan, anak harus dipersiapkan sebaik-baiknya, termasuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan Iingkungannya.
Penyimpangan perkembangan pada balita tanpa kelainan organik sukar dideteksi dengan pemeriksaan finis secara rutin. Mereka tampak normal namun akan mendapatkan kegagalan pada saat mulai sekolah. Di Amerika didapatkan 12% sampai 16% anak mengalami keterlambatan perkembangan. Di Canada . 16% anak usia 4-5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan bicara. Di Thailand 16,3% anak kurang dari 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan. Di Indonesia, penelitian-penelitian terhadap keterlambatan perkembangan pada balita mendapatkan angka yang bervariasi antara 12,8% sampai 28,5%. Oleh karena itu perlu diketahui penyimpangan perkembangan secara dini. Pengetahuan mengenai perkembangan bayi yang normal dan variasinya harus dikuasai agar dapat merencanakan tata Iaksana yang tepat dan dapat membantu pasien dan keluarganya semaksimal mungkin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T20865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Darmayanti
"Gagal ginjal merupakan masalah kesehatan anak yang menjadi makin penting oleh karena angka kejadiannya yang cenderung meningkat. Dengan meningkatnya penyediaan sarana dan fasilitas kesehatan dan kemudahan mendapatkan obat-obatan, anak penderita penyakit ginjal akan lolos dari krisis masa akutnya, namun pada sebagian dari mereka kelainan ginjal yang mendasarinya terus berlanjut. Ditambah lagi dengan pemantauan Ianjutan yang tidak akuat, anak penderita penyakit ginjal dapat jatuh dalam keadaan gagal ginjal kronik (GGK).
Pada penelitian di tujuh rumah sakit pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia didapatkan GGK pada 2% dari 2889 anak yang dirawat dengan penyakit ginjal (tahun 1984-1988). Di RS Cipto Mangukusumo Jakarta antara tahun 1991-1995 didapatkan angka kejadian GGK sebesar 4,9% dari 688 kasus penyakit ginjal rawat inap dan 2,6% dan 865 kasus rawat jalan, dan meningkat menjadi 58 (13,3%) dari 435 anak yang dirawat dengan penyakit ginjal antara tahun 1996-2000.
Keterlibatan sistem kardiovaskular merupakan hal yang sering ditemukan pada anak dengan penyakit GGK dan gagal ginjal terminal (GGT), dan merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas. Dari seluruh pasien anak yang meninggal setelah menjalani terapi pengganti ginjal di Eropa tahun 1987 hingga 1990, gangguan kardiovaskular menjadi penyebab kematian pada 51% pasien dialisis dan 37% pasien transplantasi. Angka kematian akibat kelainan kardiovaskular pada anak dengan dialisis 30 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
618.92 HOT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Wulandari
"[ABSTRAK
Nama Nanda WulandariProgram studi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan AnakJudul Proteinuria asimtomatik pada remaja siswa sekolah menengah pertama di Jakarta Latar belakang Penyakit ginjal dapat terjadi tanpa gejala dan tanda yang jelas dan beberapa di antaranya dapat berkembang menjadi gagal ginjal kronik yang ireversibel Deteksi dini penyakit ginjal pada anak dapat membantu mencegah atau menunda progresivitas penyakit menurunkan jumlah pasien gagal ginjal terminal dan menurunkan angka kesakitan dan kematian Proteinuria asimtomatik dan atau hematuria seringkali merupakan manifestasi awal glomerulonefritis kronik Skrining urin massal untuk mendeteksi proteinuria merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis dini penyakit ginjal Tujuan Mengetahui prevalensi proteinuria asimtomatik pada remaja di Indonesia Metode Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 485 anak remaja siswa SMP usia 12 14 tahun Skrining proteinuria dilakukan sebanyak 3 kali menggunakan carik celup Anak yang terdapat proteinuria pada pemeriksaan pertama dilakukan pemeriksaan ulang dengan jarak 2 3 minggu Pemeriksaan ketiga dilakukan pada hari yang sama dengan pemeriksaan kedua Pemeriksaan rasio protein kreatinin dari urin sewaktu dilakukan pada anak yang terdapat proteinuria pada pemeriksaan carik celup kedua Proteinuria bila carik celup protein ge 1 dan rasio protein kreatinin 0 2 mg mg Hasil Dari 485 subjek penelitian didapatkan 36 subjek 7 42 dengan proteinuria pada pemeriksaan urin pertama menggunakan carik celup Pada pemeriksaan urin kedua didapatkan 7 subjek yang proteinurianya tetap positif Pada ketujuh orang tersebut dilakukan pemeriksaan rasio protein kreatinin dari urin sewaktu dan didapatkan 3 orang subjek dengan rasio 0 2 mg mg Ketiga orang dengan rasio protein kreatinin 0 2 mg mg proteinnya juga positif pada pemeriksaan urin ketiga menggunakan carik celup dan disebut sebagai proteinuria persisten dengan prevalensi 0 62 Terdapat 5 subjek dengan proteinuria positif pada pemeriksaan urin pertama dan ketiga namun negatif pada pemeriksaan urin kedua dan disebut sebagai proteinuria ortostatik dengan prevalensi 1 03 Subjek dengan proteinuria positif namun tidak mengalami proteinuria persisten ataupun ortostatik disebut sebagai proteinuria transien dengan prevalensi 5 77 Simpulan Prevalensi proteinuria asimtomatik pada remaja usia 12 14 tahun di Jakarta adalah sebesar 7 42 dan prevalensi proteinuria persisten asimtomatik sebesar 0 62 Prevalensi proteinuria ortostatik postural adalah 1 03 Prevalensi proteinuria transien didapatkan sebesar 5 77 Kata kunci proteinuria asimtomatik prevalensi remaja ABSTRACT Name Nanda WulandariStudy Program Pediatrics Residency Training ProgramTitle Asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta Background Kidney diseases may develop without obvious symptoms but just with abnormal urinalysis such as asymptomatic proteinuria Glomerulonephritis may further progress insidiously and even develop to end stage renal disease Therefore regular population based urinary screenings of the pediatric population is important With urinalysis asymptomatic children with chronic progressive glomerulonephritis have a chance to be early detected diagnosed and treated Objective To determine the prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescents in Indonesia Methods This was a cross sectional study involving 485 children aged 12 14 years conducted to junior high school students Proteinuria was detected on three occasions by dipstick with interval 2 3 weeks between first and second screening The third screening conducted on the same day with second screening Children with proteinuria on second screening examined further for urine protein creatinine ratio Proteinuria if dipstick shows protein ge 1 and urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg Results Proteinuria were found in 36 7 42 children in first urine screening with dipstick On second screening there were 7 children who still positive for proteinuria All seven children were tested for urine protein creatinine ratio Three children had urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg These three children also had proteinuria in the third specimen and considered persistent proteinuria 0 62 There were 5 children with positive proteinuria in the first and third specimens but no proteinuria in second screening considered as orthostatic proteinuria with prevalence 1 03 Subject with proteinuria but not persistent or orthostatic considered as transient proteinuria with prevalence 5 77 Conclusions The prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta were 7 42 and the prevalence of asymptomatic persistent proteinuria were 0 62 The orthostatic proteinuria prevalence were 1 03 The transient proteinuria prevalence were 5 77 Keywords asymptomatic proteinuria prevalence adolescent, ABSTRACT Name Nanda WulandariStudy Program Pediatrics Residency Training ProgramTitle Asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta Background Kidney diseases may develop without obvious symptoms but just with abnormal urinalysis such as asymptomatic proteinuria Glomerulonephritis may further progress insidiously and even develop to end stage renal disease Therefore regular population based urinary screenings of the pediatric population is important With urinalysis asymptomatic children with chronic progressive glomerulonephritis have a chance to be early detected diagnosed and treated Objective To determine the prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescents in Indonesia Methods This was a cross sectional study involving 485 children aged 12 14 years conducted to junior high school students Proteinuria was detected on three occasions by dipstick with interval 2 3 weeks between first and second screening The third screening conducted on the same day with second screening Children with proteinuria on second screening examined further for urine protein creatinine ratio Proteinuria if dipstick shows protein ge 1 and urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg Results Proteinuria were found in 36 7 42 children in first urine screening with dipstick On second screening there were 7 children who still positive for proteinuria All seven children were tested for urine protein creatinine ratio Three children had urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg These three children also had proteinuria in the third specimen and considered persistent proteinuria 0 62 There were 5 children with positive proteinuria in the first and third specimens but no proteinuria in second screening considered as orthostatic proteinuria with prevalence 1 03 Subject with proteinuria but not persistent or orthostatic considered as transient proteinuria with prevalence 5 77 Conclusions The prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta were 7 42 and the prevalence of asymptomatic persistent proteinuria were 0 62 The orthostatic proteinuria prevalence were 1 03 The transient proteinuria prevalence were 5 77 Keywords asymptomatic proteinuria prevalence adolescent]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Husein Sawit
"The article discusses that various supports have been made available to agricultural sector, especially for rice under the framework of AoA WTO. The article also explore the domestic support methodology for calculating Total AMS (aggregate measure support) and de minimis for rice. Expenditure for general services has increased significantly after 1999. Most of the support under Green Box was designed for domestic food aid. Market price support for rice has continued to increase since 1999, however, de minimis level stood on average 6% p.a. in the period of 1998-2002. The implication is if the market price support for rice depends heavily on the domestic cost of paddy production and ignores the border price, this support can be beyond the de minimis level. De minimis above 10% for LDC is believed distorting the production and trade, and should go under Amber Box."
2003
EFIN-51-3-Sept2003-271
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006
302.35 REF
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nanny Sri Lestari
"ABSTRAK
Dunia karya sastra berkembang dari zaman ke zaman, mengikuti perubahan waktu. Novel sebagai salah satu genre di dalam ragam prosa, juga muncul dalam dunia kesusastraan Jawa. Mengutip pendapat M.H Abrams (1981:120-121) menyatakan bahwa genre novel ini sebenarnya berasal dari Eropa Barat, yang baru dikenal di sana kira-kira abad ke delapan betas melalui perkembangan yang cukup panjang.
Adapun yang dimaksud dengan novel menurut Teeuw (1967:67) adalah salah satu jenis ragam prose yang pada dasarnya merupakan satu bentuk cerita panjang. Memang ada banyak sekali usaha untuk memberi batasan tentang novel ini, dan hasilnya pun beragam antara lain oleh A.F Scott, Harry Shaw, dan William Kenney. A.F Scott (1965:196-197) mengungkapkan bahwa novel adalah karya prosa fiksi yang panjang dan berhubungan dengan manusia, serta segala tingkah lakunya dalam satu waktu dan berusaha mengetengahkan watak-watak manusia dalam kaitannya dengan kehidupan. Harry Shaw (1976:169) juga menjelaskan bahwa novel merupakan karya prosa fiksi yang panjang dan menggambarkan tokoh-tokoh serta mengungkapkan satu rangkaian peristiwa dan latar. William Kenney (1966:31) juga menjelaskan bahwa novel adalah suatu fiksi naratif yang panjang dan merupakan imitasi dari keadaan sebenarnya.
Dari beberapa definisi di atas tadi dapat ditarik satu persamaan bahwa novel melibatkan banyak tokoh dengan masing-masing wataknya dan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Kembali pada karya sastra genre novel yang juga dikenal di Indonesia, Teeuw berpendapat bahwa (1976:54) diperkirakan genre novel ini baru muncul pada sekitar tahun 1920-an, ketika Balai Pustaka pertama kali menerbitkan Azab dan Sengsara karya Merari Siregar yang dianggap sebagai novel asli Indonesia pertama. Berbeda halnya dengan novel yang berbahasa Jawa. Pada tahun 1920-an Balai Pustaka juga menerbitkan Serat Riyanta karya R.M Sulardi. J.J Ras (1979:9) mengungkapkan bahwa, genre novel ini belum lama benar menjadi bagian dari sastra Jawa. Genre baru ini dikenal dengan istilah sastra gagrag anyar atau sastra Jawa baru.
Serat Riyanta ini menarik karena di samping isi ceritanya juga karena lukisan kehidupan sosiai masyarakat bangeawan Surakarta pada awal abad ke 20. Masih lmengutip pendapat J.J Ras {1979:13) bahwa sastra tulis Jawa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah sastra tradisional yang terikat oleh patokan-patokan yang ditaati turun temurun dan kelompok kedua adalah sastra modern yang merupakan hasil pengaruh dari luar terutama Eropa Barat.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herbowo A. Soetomenggolo
"Infeksi saluran cerna oleh parasit memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Angka kejadian infeksi saluran cerna oleh parasit tertinggi didapatkan di negara berkembang dan negara dengan tingkat ekonomi rendah terutama di daerah-daerah tropis. Indonesia sebagai negara tropis dan negara berkembang dengan tingkat ekonomi rendah diperkirakan memiliki prevalensi infeksi saluran cerna oleh parasit yang cukup tinggi. Parasit penyebab infeksi saluran cerna sangat beragam dan penelitian mengenai parasit penyebab infeksi saluran cerna di Indonesia masih sedikit tetapi penelitian yang dilakukan oleh Kang dan kawan-kawan di India mendapatkan infeksi saluran cerna oleh parasit terbanyak disebabkan oleh Giardia (53,8%) dan Cryptosporidium (39,7%).
Cryptosporidium pertama kali ditemukan pada anak imunokompeten berusia 3 tahun pada tahun 1976. Setelah itu Cryptosporidium dilaporkan menimbulkan endemik di daerah Milwaukee pada tahun 1993 yang menginfeksi 400.000 orang. Meskipun telah dilakukan berbagai pencegahan dan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan makin tinggi, ternyata angka kejadian cryptosporidiosis yang tercatat di Amerika Serikat tetap tinggi yaitu pada tahun 1999 dilaporkan terdapat 2.769 kasus, tahun 2001 terdapat 3.787 kasus dan pada tahun 2002 terdapat 3.016 kasus.
Beberapa peneliti telah melaporkan kejadian cryptosporidiosis pada penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan pengidap human immunodeficiency virus (HIV). Seiring dengan meningkatnya angka kejadian AIDS dan pengidap H1V di dunia maka diperkirakan angka kejadian cryptosporidiosis turut meningkat. Di Indonesia sendiri telah dilaporkan peningkatan kasus AIDS mencapai 5823 kasus dan 4333 kasus HIV sehingga diperkirakan angka kejadian cryptosporidiosis juga turut meningkat.
Prevalensi cryptosporidiosis di negara berkembang diperkirakan berkisar 5-20% dan di negara miskin mencapai lebih dari 30%. Cryptosporidium lebih sering menginfeksi anak-anak. Prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Perch dkk dalam penelitiannya mendapatkan prevalensi terbanyak pada usia di bawah 3 tahun. Diperkirakan hal ini erat hubungannya dengan status imun anak. Berbagai hal dapat mempengaruhi terjadinya cryptosporidiosis seperti kekurangan air bersih, sanitasi buruk, kepadatan rumah tinggal, banyak hewan di lingkungan perumahan, letak rumah dekat dengan sungai atau peternakan, rumah tinggal yang terkena banjir, musim, serta faktor risiko individu seperti status gizi. Katsumata dan kawan-kawan dalam penelitian yang dilakukan di Surabaya mendapatkan faktor risiko infeksi Cryptosporidium berupa kepadatan rumah tinggal, musim hujan dan rumah tinggal yang terlanda banjir. Saat ini belum terdapat data prevalensi infeksi Cryptosporidium pada anak balita maupun faktor risiko penyakit ini di Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>