Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djoko Santoso Hadi
Abstrak :
ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang tinggi membawa berbagai masalah lingkungan perkotaan. Di kota-kota besar di Indonesia seperti Semarang, pada saat ini dirasakan ada gejala kualitas lingkungan yang menurun. Penanggulangan masalah lingkungan hidup perkotaan tersebut akan banyak memberi manfaat bila dimulai dari lingkungan pemukiman, khususnya pekarangan. Pekarangan merupakan istilah yang belum didefinisikan secara baku dalam lingkup nasional Berbagai instansi pemerintah, masih memberikan penafsiran yang simpang siur. Dalam tesis ini digunakan definisi kerja Karyono (1981) yaitu "Pekarangan adalah sebidang lahan sekitar rumah, dengan batas tertentu, yang ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan fungsional dengan rumah yang bersangkutan". Pekarangan mempunyai fungsi ganda bagi pemiliknya. Pada dasarnya fungsi pekarangan dapat dibedakan dalam fungsi (1) sosial, (2) estetik, (3) produksi subsisten, (4) komersial dan (5) pengawetan tanah dan sumberdaya genetik (Soemarwoto 1979, I979a). Cerminan ini di perkotaan, dapat dilihat dari bentuk dan pola penanaman serta kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pekarangannya. Penelitian yang memilih lokasi di Kelurahan Krapyak, Kali Banteng Kulon, Gisikdrono, Salamanmloyo, Cabean, Karangayu, Krobokan, Bulu Lor, Bulu Stalan, dan Pendrikan pada Kecamatan Semarang Barat ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Dari jenis fungsi pekarangan yang diteliti, yaitu fungsi ekologik, estetik/ keindahan dan tempat usaba ternyata ketiga jenis fungsi tersebut dapat ditemukan pada pekarangan kota. Dapat dikemukakan, pertimbangan pemanfaatan pekarangan kota sebagai tempat usaha mungkin lebih diprioritaskan dari segi ekologik maupun estetik/ keindahan. 2) Luas pekarangan serta Building Coverage merupakan faktor yang mempengaruhi pola pengelolaan pekarangan kota secara nyata. Ternyata faktor karakteristik penghuni, baik karakteristik pekorangan maupun rumah tangga, tidak memiliki pengaruh hubungan yang nyata . 3) Faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap fungsi pekarangan, adalah sebagai berikut : a. Terhadap Fungsi Ekologik Karakteristik Perorangan tingkat pendapataan kepala keluarga merupakan faktor yang langsung berpengaruh. * Karakteristik Rumah Tangga Status pemilikan rumah yang dihuni serta luas Pekarangan dari rumah tersebut, merupakan faktor yang berpengaruh langsung. * Pengelolaan Pekarangan Building Coverage, merupakan faktor yang berpengaruh langsung. b Terhadap Fungsi Estetik/Keindahan * Karakteristik Perorangan Telaah lanjut menunjukkan bahwa Pendidikan, Pendapatan dan Jenis Pekerjaan secara bersama memberikan pengaruh langsung. * Karakteristik Rumah Tangga Luas Pekaranganterlihat sangat nyata pengaruhnya. * Pengelolaan Pekarangan Hanya Building Coverage yang merupakan faktor berpengaruh. c Terhadap Fungsi Tempat Usaha * Karakteristik Perorangan Pendidikan dan Pendapatan memberi pengaruh langsung. * Karakteristik Rumah Tangga Luas pekarangan yang berpengaruh, den inipun terjadi secara kurang nyata. * Pengelolaan Pekarangan Building Coverage dan Jenis tanaman tidak memberikan pengaruh sama sekali . 4) Implikasi Luas pekarangan serta besaran Building Coverage merupakan faktor yang relevan secara langsung dengan kemungkinan kebijaksanaan pemerintah dalam lingkup perbaikan lingkungan kota. Secara tidak 1angsung, factor pendidikan, pendapatan disamping status pemilikan bermanfaat sebagai indikator sosioekonomis, dari kondisi warga masyarakat dimana kebijaksanaan tersebut ingin diterapkan
ABSTRACT Rapid population growth in cities often brings about various environmental problems. In many big cities in Indonesia,Semarang for example, the phenomena of declining environment quality can be seen nowadays. It will be very advantageous if the efforts to over come such environmental problems in cities start from the residence area, especially the yard. Actually there is no clear and fixed definition about yard nationally accepted. That's why very often different interpretations on the term appear among government institutions. In this thesis the definition used is that of Karyono (1977) asserting that "A yard is a piece of land around a house which has fixed bounds, is planted with all sorts of planted with all sorts of plants and has a functional relationship with the house". A yard has a double function for its owner. A yard has fundamentally different functions (1) social, (2) aesthetic, (3) subsistence productions, (4) commercial and (5) soil and genetic resources conservations (Soemarwoto 1979, 1979 a). The different functions of a yard can be seen easily in cities through the planting form and pattern as well as the way the town people manage their yards. This research done in the village of Krapyak, Kali Banteng Kulon, Gisikdrono, Salamanmloyo, Cabean, Karangayu, Krobokan, Sulu lor, Bulu stalan, and Pendrikan in the district of Semarang Barat brings about conclusions as follows: (1) The city yards have consecutively ecological function, that is to create micro climate; aesthetic function to embellish the yards; and productive function, as a place used for business purposes. From the point of view of its degree--among other functions of yards-- function for business purpose comes first. (2) Size of the yard and building coverage were the significant factors that influences the way of the owners in managing their yards. Owner's characteristics such as individual and family characteristics have no significant influences on the yard's management. (3) Factors that have influences on perception of yard's functions, were as follows : a Perception on Ecological Function. * Individual characteristics The family's head of income has apparent influence on the perception of the yard's ecological function. * Family characteristics Status of ownership and the size of yard has significant corellation with perception of ecological function. * Yard's management Building Coverage has direct and significant influences on ecological function. b Perception on Esthetic function * Individual characteristics Family's head of level of education, amount of income and kind of job together has direct influences on esthetic function. *Family characteristics Size of yard has apparent relationship on esthetic function. * Yard's management Building Coverage was the only influencing factor on esthetic function. c Perception on the prospect of the yard as a business place * Individual characteristics Family's head of income and amount of income have direct influences * Family characteristics Only size of yard that have influence, without no apparent association. * Yard's management Building coverage and kinds of plantings have no influences at all. (4) Implication Size of the yard and building coverage were the relevant factors associated with the possibility of government policy concerning in managing the city environment. Family's head of level of education and the amount of income were useful as the indicators of. the citizen socio-economic conditions in the area, where the government policy would be executed.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwindere, Winny
Abstrak :
Protein sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Mutu protein ditentukan oleh kandungan asam aminonya, terutama asam amino esensiil. Umumnya protein hewani mengandung asam amino esensiil yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Cacing tanah merupakan salah satu jenis hewan yang mempunyai potensi sebagai sumber protein bermutu tinggi yang belum banyak dimanfaatkan. kandungan protein cacing tanah berkisar 64-72% dari berat keringnya, lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ikan dan tepung daging serta memiliki kualitas yang lebih baik, karena mengandung asam amino esensiil yang tinggi dan lengkap (Gaddie & Douglas; Catalan). Selain menghasilkan bahan baku makanan sumber protein hewani dan pupuk organik berkualitas tinggi, usaha budidaya cacing tanah membantu mengurangi timbulnya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah organik (Catalan). Penelitian eksperimental pada 60 ekor tikus putih jantan galur "Wistar" berumur 21 hari selama 9 minggu, yang dibagi menjadi 5 kelompok dan masing-masing diberi makanan dengan campuran tepung cacing tanah dan tepung ikan berbeda. Kelompok R-0, diberi makanan basal (mengandung 12% tepung ikan) sebagai kontrol, kelompok R-1, diberi makanan percobaan 1 (mengandung 3% tepung cacing' tanah dan 9% tepung ikan), kelompok R-2, diberi makanan percobaan 2 (mengandung 6% tepung cacing tanah dan 6% tepung ikan), kelompok R-3 diberi makanan percobaan 3 (mengandung 9% tepung cacing tanah dan 3% tepung ikan) dan kelompok R-4 diberi makanan percobaan 4 (mengandung 12% tepung cacing. tanah). Secara keseluruhan, makanan percobaan dibuat dengan kadar protein yang sama, yaitu t 25%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, terdiri atas 5 perlakuan yang diulang 4 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Sidik Ragam (Uji F) untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan, serta analisis signifikansi dengan metode Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui tingkat perbedaan di antara perlakuan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan tepung cacing tanah 9% dan tepung ikan 3W dalam ransum dapat meningkatkan produktivitas tikus yang sangat bermakna. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya pertumbuhan dan Nilai Nisbah Efisiensi Protein. Sedangkan penggunaan tepung cacing tanah sebagai sumber protein hewani tunggal sebanyak 12% dalam makanan, mengakibatkan terjadinya penurunan pertumbuhan dan Nilai Nisbah Efisiensi Protein yang sangat bermakna, diduga adanya kekurangan atau / dan ketidak seimbangan Kalsium dan Fosfor.
The role of protein in body growth and development has been known. Its quality pointed by essential amino acids content. Generally, animal contain these proteins more complete than plant. Earthworm starch is one of animals which is potential as grade A protein source but has not widely used. The content is 64-72% of its net weight, higher than fish starch or meat starch, and with better quality essential amino acids. Besides being raw material of high quality animal protein source, cultivation of earthworm diminishing environmental pollution by organic waste products. Experimental study on 6O Wistar derived rats of male sex, age 21 days, has been done for 9 weeks; divided into 5 groups, each was feeded by different mix of earthworm starch and fish starch. R-O group got basal food of 12% fish starch as control, R-1 group had trial food 1 of 3k earthworm starch and 9W fish starch, R-2 group took trial food 2 (6% earthworm starch and 6% fish starch), R-3 group got trial food 3 (9$ earthworm starch and 3% fish starch) and R-4 group had trial food 4 contained 12% earthworm starch. As a whole, trial nutrition had the same (12%) protein content. The experimental design reffered to complete randomized design, consists of 5 experiments repeated 4 times. Data collected was analyzed by random print method (F trial) to know how far was the treatment influence; and also significancy analysis with Duncan Double distance experiment to find out the difference in every treatment. The result show that composition of 9% earthworm starch and 3% fish starch in nutrition can enhancing rats productivity significantly as shown by the high growth and Protein efficiency ratio. The utilization of earthworm starch as 12% single animal protein source in nutrition, lowering the growth and protein efficiency ratio significantly, may be of lacking or imbalance in Calcium and Phosphor concentration.
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library