Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Safiera Ameline
"Latar Belakang: Anemia maternal merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang memiliki efek merugikan pada hasil kehamilan dan kelahiran. Ancaman kerawanan pangan dan kekurangan gizi semakin meningkat akibat pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko anemia pada ibu hamil di Kabupaten Lombok Timur pada masa pandemi.
Metode: Studi potong lintang ini merupakan bagian dari studi kohort observasional berjudul “UKRI-GCRF Action Against Stunting Hub (AASH)” di Lombok Timur. Data ibu hamil (usia 18-40 tahun) trimester ketiga dikumpulkan bulan Agustus 2021 hingga Februari 2022, meliputi LILA, wawancara kuesioner terstruktur, recall diet, perhitungan darah lengkap, dan metode Kato-Katz. Faktor yang berhubungan dengan anemia ditentukan menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil: Dari total 446 wanita hamil trimester ketiga, 40.8% mengalami anemia. Selama pandemi, 74,7% dan 28,9% ibu melaporkan penurunan pendapatan rumah tangga dan pengeluaran makanan. Strategi penanggulangan kerawanan pangan sedang dan tinggi dilaporkan oleh 47% responden. 6,5% ibu terinfeksi cacing usus (mayoritas cacing Trichuris trichiura), dan 19,1% memiliki ANC yang tidak memadai (<6 kunjungan) selama kehamilan. Anemia ditemukan secara signifikan berhubungan dengan KEK (AOR=1.87), tidak menggunakan kontrasepsi (AOR=1.60), dan rendahnya keragaman konsumsi pangan (AOR=1.59).
Kesimpulan: KEK, tidak menggunakan metode KB, dan rendahnya keragaman konsumsi pangan merupakan kontributor utama anemia pada kehamilan. Pemangku kepentingan multisektoral dan praktisi kesehatan harus berkolaborasi untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan kesehatan masyarakat serta program intervensi untuk mengatasi anemia di Lombok Timur.

Background: Maternal anemia is a major public health issue that has detrimental effects on pregnancy and birth outcomes. The threat of food insecurity and nutritional deficiencies is growing as a result of the COVID-19 pandemic. The aim of this study was to determine the prevalence and risk factors of anemia in pregnancy in East Lombok during the pandemic.
Methods: This cross-sectional study is part of an observational cohort study entitled “UKRI-GCRF Action Against Stunting Hub (AASH)” in East Lombok, from August 2021 to February 2022. Data of pregnant women (aged 18-40 years) in their third trimester, including MUAC, structured questionnaires, dietary recall. The complete blood count and Kato-Katz method was performed. The factors associated with anemia were determined using logistic regression analysis.
Results: Of the total 446 women in the third trimester, 40.8% had anemia. During the pandemic, 74.7% and 28.9% reported a decrease in household income and food expenditure, respectively. Medium to high coping strategies reported by 47%. About 6.5% of women were infected with intestinal helminth (mostly from Trichuris trichiura) and 19.1% had inadequate ANC (<6 visits) throughout pregnancy. Anemia was found to be significantly associated with CED (AOR=1.87), non-use of contraception (AOR=1.60), and inadequate dietary diversity (AOR=1.59).
Conclusions: CED, non-use of contraception, and inadequate dietary diversity were major contributors to anemia in pregnancy. Multisectoral stakeholders and healthcare practitioners should collaborate to develop and implement public health policies and intervention programs to alleviate anemia in East Lombok.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novrianti
"Mahasiswi memiliki HRQOL lebih rendah dan perilaku makan yang tidak sehat akibat efek pandemi. Penting untuk menilai hubungan perilaku makan dan HRQOL pada populasi ini setelah mengendalikan faktor lainnya. Tujuan penelitian yaitu menilai hubungan perilaku makan dengan HRQOL pada mahasiswi di masa pandemi Covid-19. Ini merupakan survei online cross-sectional dengan 747 subjek berusia 18 - 25 tahun. Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) digunakan untuk menilai emotional, external, dan restraint eating. HRQOL diukur menggunakan kuesioner SF-36, termasuk subskala Physical Component Summary (PCS) dan Mental Component Summary (MCS). Data sosiodemografi dan karakteristik lainnya juga dikumpulkan. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. PCS signifikan berkaitan dengan emotional eating, pendapatan rumah tangga, uang saku, situasi tempat tinggal, pekerjaan, dan status gizi. MCS signifikan berkaitan dengan emotional, external eating, usia, uang saku, situasi tempat tinggal, dan status gizi. Selama pandemi Covid-19, mahasiswi dengan skor emotional eating yang lebih tinggi, pendapatan rumah tangga lebih tinggi, uang saku yang cukup, tinggal bersama keluarga, tidak bekerja, dan memiliki status gizi lebih tinggi, memiliki PCS yang lebih baik. Skor emotional, external eating yang lebih tinggi, berusia 21-25 tahun, memiliki uang saku yang cukup, tinggal bersama keluarga, dan memiliki status gizi yang lebih baik menunjukkan MCS yang lebih baik.

University female students had lower HRQOL and unhealthy eating behavior as the pandemic's effects. It is critical to assess the association between eating behavior and HRQOL controlling for other factors. This study aimed to assess the association between eating behavior and HRQOL among female students during Covid-19 Pandemic. This was a cross-sectional online survey with 747 subjects aged 18 to 25. The Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) was used to assess emotional, external, and restraint eating. HRQOL was measured using the SF-36 questionnaire, including Physical Component Summary (PCS) and Mental Component Summary (MCS). Additionally, sociodemographic data and other characteristics were collected and were analyzed using multiple linear regression. PCS was significantly associated with emotional eating, monthly household income, pocket money, living arrangement, job, and nutritional status. MCS was significantly associated with emotional, external eating, age, pocket money, living arrangement, and nutritional status. During Covid-19 pandemic, female university students with higher score of emotional eating, having higher households income, enough pocket money, living with family, not working, and having higher nutritional status, had better physical HRQOL. Higher emotional and external eating score, aged 21-25 years, having enough pocket money, living with family, and having better nutritional status showed better mental HRQOL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qutratu Ainnur Maksum
"Anak-anak sangat rentan terhadap bencana alam, membutuhkan nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ECCNE (Early Childhood Care and Nutrition Education), program unggulan SEAMEO RECFON, berkolaborasi dengan pemerintah Lombok Timur untuk mengimplementasikan tanggap darurat pasca gempa bumi tahun 2018. Program ini berfokus pada pemulihan gizi pasca bencana yang terintegrasi di pusat-pusat pendidikan anak usia dini, yang menargetkan penguatan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Untuk memastikan keberlanjutan program, bukti hasil yang positif sangat penting. Studi ini mengevaluasi efektivitas biaya dari kegiatan ECCNE dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita selama masa darurat. Keberhasilan diukur dengan menggunakan indikator pertumbuhan seperti kenaikan berat badan, pertumbuhan tinggi badan, dan kenaikan skor HAZ, serta perkembangan kognitif, bahasa, dan keterampilan motorik. Sampel penelitian ini terdiri dari 200 anak dalam kelompok intervensi dan 215 anak dalam kelompok kontrol. Data biaya diperoleh dari laporan internal, catatan keuangan pemerintah, dan peraturan. Sebuah studi kualitatif yang menggunakan pendekatan nilai bersama mengeksplorasi pengalaman dan manfaat lokal, dengan informan yang terdiri dari 26 peserta dari kelompok ibu/pengasuh, guru PAUD, dan pemerintah daerah. Total biaya program adalah Rp 52.756.270, dengan biaya terbesar untuk produk makanan pendamping ASI dan kelas pengasuhan anak, dengan total Rp 41.428.850. Biaya rata-rata per anak per bulan adalah Rp 1.981,78. Studi ini menemukan biaya berikut per anak tambahan yang mencapai hasil tertentu: kenaikan berat badan (Rp 532.516), kenaikan tinggi badan (Rp 325.937), peningkatan skor HAZ (Rp 1.219.634), perkembangan kognitif yang normal (Rp 227.588), perkembangan bahasa yang normal (Rp 183.723), dan perkembangan motorik yang normal (Rp 192.139). Program ini hemat biaya dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita pascagempa. Temuan kualitatif menyoroti penerimaan program, peningkatan gizi dan kesehatan anak, peningkatan kemampuan akademis, peningkatan kapasitas guru, dukungan pemerintah, dan tantangan implementasi. Investasi berkelanjutan dalam program pendidikan untuk guru dan orang tua direkomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas intervensi. Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan yang berkelanjutan.

Children are especially vulnerable to natural disasters, requiring optimal nutrition for growth and development. The ECCNE (Early Childhood Care, Nutrition and Education), a flagship program of SEAMEO RECFON, collaborated with the East Lombok government to implement an emergency response following the 2018 earthquake. This program focused on integrated post-disaster nutrition recovery in early childhood education centers, targeting the strengthening of early childhood growth and development. To ensure program sustainability, evidence of positive results is essential. This study evaluates the cost-effectiveness of ECCNE activities in improving the growth and development of children under five during emergencies. Success was measured using growth indicators such as weight gain, height growth, and HAZ score gain, as well as cognitive, language, and motor skill development. The sample included 200 children in the intervention group and 215 in the control group. Cost data was obtained from internal reports, government financial records, and regulations. A qualitative study using a shared-value approach explored local experiences and benefits, with informants including 26 participants from mother/caregiver groups, ECE teachers, and local government. The program's total cost was IDR 52,756,270, with the largest expenses for complementary feeding products and parenting classes, totaling IDR 41,428,850. The average cost per child per month was IDR 1,981.78. The study found the following costs per additional child achieving specific outcomes: weight gain (IDR 532,516), height gain (IDR 325,937), HAZ score increase (IDR 1,219,634), normal cognitive development (IDR 227,588), normal language development (IDR 183,723), and normal motor development (IDR 192,139). The program was cost- effective in supporting the growth and development of children under five post- earthquake. Qualitative findings highlighted the program's acceptance, improved child nutrition and health, enhanced academic skills, increased teacher capacity, government support, and implementation challenges. Ongoing investment in educational programs for teachers and parents is recommended to maintain and enhance the intervention's effectiveness. Community engagement is crucial for continued success."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library