Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brian Vensen Lika
Abstrak :
Latar belakang dan tujuan: Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penampilan yang baik, semakin banyak orang yang membutuhkan jasa dokter gigi untuk memperbaiki kondisi estetika gigi geliginya yang menunjang estetika penampilan secara umum. Terdapat beberapa konsep dalam estetika kedokteran gigi seperti golden proportion & golden percentage. Konsep golden proportion merupakan panduan yang pertama dikenal dalam estetika kedokteran gigi khususnya penentuan proporsi lebar gigi geligi anterior atas tampilan frontal. Namun golden proportion memiliki beberapa kelemahan, sehingga dikembangkan konsep alternatif, salah satunya adalah konsep golden percentage yang menyatakan bahwa proporsi lebar gigi geligi anterior atas yang estetis adalah 10%, 15%, 25%, 25%, 15%, 10%. Konsep golden percentage dianggap lebih mudah diterapkan di masyarakat. Belum diketahui apakah proporsi lebar gigi geligi anterior atas kelompok Deutro Melayu di Indonesia sesuai dengan konsep golden percentage. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi lebar gigi geligi anterior mahasiswa FKG UI ras Deutro Melayu sekaligus untuk mengetahui apakah terdapat kesesuaian konsep golden percentage dengan proporsi lebar gigi geligi anterior yang diperoleh. Bahan dan metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang melibatkan 100 mahasiswa (10 pria, 90 wanita) FKG UI ras Deutro Melayu. Subjek mengisi lembar Orofacial Esthetic Scale dan dilakukan pencetakan rahang atas. Lebar mesiodistal gigi geligi anterior atas tampilan frontal pada model studi diproyeksikan pada kertas milimeter dan hasil proyeksinya diukur. Analisis data menggunakan piranti lunak SPSS 18. Hasil: Proporsi lebar gigi geligi anterior yang diperoleh adalah 12%, 16%, 22%, 22%, 16%, 12%. Berdasarkan data persepsi estetika menggunakan Orofacial Esthetic Scale, proporsi lebar gigi geligi anterior dianggap memuaskan oleh 99% subjek. Kesimpulan: Proporsi lebar gigi geligi anterior mahasiswa FKG UI ras Deutro Melayu memiliki nilai tertentu yang tidak sesuai dengan konsep golden percentage. Walaupun demikian, secara umum proporsi lebar gigi geligi anterior subjek dianggap memuaskan. ...... Background and objectives: An increased need of beautiful smile and teeth which support appearance that will be more esthetically pleasing is found. Many concepts have been proposed as a guideline in esthetic dentistry, such as golden proportion and golden percentage. Golden proportion is the first concept accepted as a guideline in esthetic dentistry, especially in the proportion of the frontal widths of maxillary anterior teeth. But, golden proportion has weaknesses, therefore alternative concepts have been formulated, one of which is golden percentage. According to golden percentage, the proportion of the frontal widths of maxillary anterior tooth should be 10%, 15%, 25%, 25%, 15%, 10%. Golden percentage is more applicable to the population. It is not known whether the proportion of the widths of maxillary anterior teeth among Deutro Melayu population in Indonesia is the same as golden percentage. The aim of this study was to know the proportion of the widths of maxillary anterior teeth among FKG UI students of Deutro Melayu origin and to find out whether the proportion of the widths of maxillary anterior teeth of the subjects is the same as golden percentage. Materials and methods: Descriptive study involving 100 FKG UI students (10 males, 90 females) of Deutro Melayu origin was made. Subjects filled questionnaire of Orofacial Esthetic Scale and study models from maxillary impression of the subjects were made. The frontal widths of maxillary anterior teeth were projected on milimeter block and measured. Data was tabulated and analized using SPSS 18.0. Results: The proportion of the widths of the maxillary anterior teeth of the subjects were 12%, 16%, 22%, 22%, 16%, 12%. Based on Orofacial Esthetic Scale scores, this proportion was accepted esthetically by 99% of the subjects. Conclusion: The widths of the maxillary anterior teeth among FKG UI students of Deutro Melayu origin showed a specific proportion which is not the same as golden percentage. However, this proportion was generally accepted esthetically by subjects.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumempouw, Margaretha Grace
Abstrak :
Proses pembuatan restorasi metal porselen di laboratorium, memerlukan langkah-langkah persiapan diantaranya adalah melalui cara pengasahan permukaan logam ('coping') yang bertujuan membentuk "texture" permukaan untuk membentuk ikatan mekanik dengan porselen. Untuk mengasah permukaan logam ('coping?), umumnya digunakan bur yang mengandung bahan-bahan abrasif dan pengikat (binder) disertai penyemprotan (sandblasting). Partikel-partikel abrasif dan pengikat ini dapat terlepas dan melekat pada permukaan logam pada saat pengasahan, sehingga akan mempengaruhi "texture"permukaan dan kebersihan "coping" yang akan menghambat ikatan dengan porselen serta mempengaruhi kualitas restorasi metal porselen. Pada penelitian ini diamati 30 specimen Ni Cr yang permukaannya dipersiapkan melalui pengasahan dengan menggunakan bur Keramik, Carbide, Carborandur disertai sand-blast alumina oksida 50 um. Kekasaran permukaan dihitung dengan surface test dan texture permukaan diamati dengan profil gambar grafik dan foto SEM. Hasil penelitian dianalisis dengan test Anova satu arah menunjukkan adanya kekasaran yang berbeda berinakna antara pengasahan dengan bur carbide, dibandingkan pengasahan dengan bur Ceramic dan Carborandunn. Pengamatan melalui SEM, menunjukkan adanya perbedaan dalam gambaran texture permukaan yang diasah dengan ketiga bahan abrasive tersebut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T3901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Handojo
Abstrak :
Berbagai studi menunjukkan bahwa gigi anterior rahang atas tidak saja menentukan harmonisasi dan estetika gigi geligi tetapi juga estetika wajah secara keseluruhan. Oleh karena itu rehabilitasi kehilangan gigi anterior rahang atas memerlukan pendekatan yang khusus. Salah satunya adalah penentuan ukuran dan bentuk gigi anterior rahang atas, yang akan menentukan hasil gigi tiruannya. Beberapa panduan estetik yang digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk gigi anterior rahang atas antara lain adalah golden proportion. Pengunaan golden proportion sebagai panduan estetik memicu kontroversi karena penelitian lain juga membuktikan ada proporsi lain yang juga mempunyai nilai estetik. Penelitian ini bertujuan mencari proporsi estetik gigi anterior rahang atas pada mahasiswa Indonesia. Karena negara Indonesia mempunyai antropologi ragawi yang berbeda dengan negara lain, maka golden proportion belum diketahui kecocokannya sebagai panduan estetik gigi anterior rahang atas orang Indonesia. Empat puluh delapan mahasiswa menjadi subyek penelitian. Rahang atas dicetak dan proporsi gigi anterior rahang atas model diukur pada milimeter blok. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi estetik yang ditemukan pada kelompok mahasiswa di Jakarta berbeda dengan golden proportion dan proporsi ini dapat digunakan sebagai panduan estetik, terbukti dari hasil analisa persepsi estetika yang diperoleh dengan Oral Aesthetic Scale. ...... Maxillary anterior teeth play an important role in facial esthetics. The size and form of the maxillary anterior teeth are important not only to dental esthetics, but also to facial esthetics. The goal of anterior restoration is to achieve optimal dentolabial relations in harmony with the overall facial appearance. However, there is little scientific data in the dental literature that can be used as a guide for defining the proper size and shape of esthetic anterior teeth. One of the most harmonious recurrent tooth-to-tooth ratio was that of the golden proportion. Conflicting reports indicate that the majority of beautiful smiles did not have proportions with the golden proportion. Indonesian population is genetically diverse to other countries, golden proportion have not been tested its compatibility as universal esthetic guide. The purpose of the present study was to determine the maxillary anterior teeth esthetic proportion among Indonesian students. Forty eight students participate in this study. Casts of the maxillary arches of the subjects was made and the proportion of the anterior teeth measured on a milimeter block. The result showed that proportion found among the students is different from the golden proportion, and this proportion can be used as a guide for defining esthetic maxillary anterior teeth, confirmed by the result of esthetic perception of the subject evaluated using Oral Aesthetic Scale.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2011
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Made Martadewi Badung. author
Abstrak :
Pada praktek kedokteran gigi sehari-hari sering ditemukan kondisi pasien yang kehilangan gigi posterior dan ingin dirawat dengan gigi tiruan jembatan (GTJ), namun pasien tidak menginginkan banyak dilakukan pengasahan pada gigi tetangganya yang akan dijadikan penyangga (abutment). Sehingga dibuatkan alternatif GTJ dengan desain menggunakan bahan fiber reinforced composite yang dapat membantu meminimalisir pengasahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan besar beban maksimum yang dapat diterima dan gambaran fraktur yang terjadi pada restorasi Fiber Reinforced Composite Rigid Fixed Bridge (FRCRFB) inlay retainer dengan pemakaian 1 lapis, 2 lapis, dan 3 lapis fiber yang menggantikan kehilangan satu gigi posterior (premolar 2/P2). Penelitian eksperimen laboratorium dilakukan pada bulan Juni 2012 di Laboratorium Ilmu Material Kedokteran Gigi (PPMKG) dan Klinik Prostodonsia FKG UI. Spesimen terdiri dari 27 restorasi FRCRFB dengan inlay retainer yang dibuat di atas master model yang terdiri dari abutment premolar 1 dan molar 1 kanan atas, yang sudah dipreparasi dengan ukuran panjang mesio-distal kavitas inlay pada gigi P1 4mm, lebar bukal-lingual 4mm, dan kedalaman 3mm; panjang mesio-distal kavitas inlay pada gigi M1 6mm, lebar bukal-lingual 4mm, dan kedalaman 3mm. Panjang span / celah interdental sebesar 7mm sebagai ruang bagi P2. Uji tekan dilakukan dengan Universal Testing Machine Shimadzu AG 5000 E, crosshead speed 1mm/menit. Hasil penelitian menunjukkan ketahanan terhadap fraktur dengan rerata besar beban maksimum yang dapat diterima oleh restorasi dengan 1 lapis fiber 607,16N, rerata terbesar yaitu 694,10N yang diterima oleh resotrasi dengan 2 lapis fiber, dan rerata terkecil yaitu 587,58N yang diterima oleh restorasi dengan 3 lapis fiber, dengan nilai p>0,05. Sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ketahanan fraktur dari restorasi FRCRFB dengan inlay retainer baik pada pemakaian 1 lapis, 2 lapis, maupun 3 lapis fiber. Gambaran fraktur terjadi mayoritas pada daerah pontik. ......In dental practice, it is frequently found patient with missing one posterior teeth that need rehabilitation with Fixed Partial Denture (FPD), but the patient request minimal tooth preparation on the abutment. Therefore the alternative restoration with fiber reinforced composite was introduced, that only require minimal tooth preparation. The purpose of this study was to evaluate fracture resistance and fracture path of Fiber Reinforced Composite Rigid Fixed Bridge (FRCRFB) with inlay retainer with different quantity of fiber application as reinforcement. The specimen were divided into three groups (n=27) which are restored with1, 2, and 3 layers of fiber application to rehabilitate missing one posterior teeth (2nd premolar). The specimen consist of 27 restoration FRCRFB with inlay retainer that has been made upon master model which consist of 1stupper right premolar and 1stupper right molar abutment. The master model preparation was as followed: inlay cavity on 1st premolar was 4mm in width of mesio-distal, 4mm in width of bucal-lingual, and 3mm deep; inlay cavity on 1st molar was 6mm in width of mesio-distal, 4mm in width of bucal-lingual, and 3mm deep; the interdental gap was 7mm. Compressive test was done by Universal Testing Machine Shimadzu AG 5000 E, crosshead speed 1mm/minutes. The result shown fracture resistance of 2 layers of fiber application was the highest with mean 694,10N, followed by 1 layer of fiber application (mean 607,16N), and 3 layers of fiber application (mean 587,58N), with p>0,05. The majority fracture path was on the pontic site. Therefore it could be concluded that there was no significant difference of fracture resistance of restoration FRCRFB with inlay retainer with different quantity of fiber application. The fracture part mostly found in pontic area.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T40845
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library