Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Martha Theresia Juliana Br.
"Limbah organik yang berpotensi menjadi sumber energi dengan metode anaerobic digestion seringkali mengalami ketidaksabilan karena konsentrasi VFAs yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan produksi metana pada AD dengan kombinasi dua substrat yaitu limbah organik (LO) dan kotoran sapi (KS) yang berperan sebagai buffer dengan uji biochemical methane potential (BMP). Uji BMP dilakukan selama 35 hari pada suhu ±35⁰C dengan mengukur volume dan persentase biogas setiap minggu serta pengujian karakteristik awal dan akhir sampel. Volume metana pada setiap variasi perbandingan sampel tidak menunjukkan adanya perbedaan pada minggu ke-5 kecuali pada perbandingan LO /KS :12/1 dengan 3/1, dimana sampel dengan perbandingan 3/1 memiliki potensi yang paling besar yaitu 0,58±0,015(n=3) LCH4/grVS. Penambahan kotoran sapi juga membuat keseluruhan variasi perbandingan stabil selama pengujian BMP terutama sampel 6:1 dengan VFAs/alkalinitas yang <0,3 walaupun rasio C/N <20.

Organic waste that could potentially be a source of energy by anaerobic digestion methods are often unstable because of the high concentration of VFAs. The purpose of this research is to increase the production of methane by anaerobic digestion with two substrates combination The combination is between organic waste and cow manure which acted as a buffer with a biochemical methane potential testing. BMP testing conducted over 35 days at a temperature of ± 35⁰C by measuring the volume and percentage of biogas every week and testing the characteristics of the beginning and end of the sample. The result of the sample variation is that the volume of methane did not show any difference in the 5th week except in comparison organic waste / cow manure: 12/1 to 3/1, but the sample with a ratio of 3/1 has the greatest potential, namely 0,58 ± 0.015 (n = 3) LCH4 / grVS. With the addition of cow manure also makes the conditiin of overall variation is stable during testing BMP with VFAs / alkalinity <0.3 although C / N ratio of each variation is <20."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Christian Ozcar
"

Pengelolaan sampah di Kota Bekasi masih mengelola sampahnya dengan paradigma lama, yaitu kumpul, angkut, dan buang (open dumping) sehingga kapasitas TPA Sumur Batu sudah mencapai titik maksimum. Metode Open Dumping pada TPA dapat menyebabkan permasalahan lingkungan yaitu pencemaran udara dan air lindi, sehingga butuh adanya pengelolaan terbarukan di TPA Sumur Batu dengan teknologi Waste to Energy (WTE), tapi sebelum proses WTE dapat diterapkan di TPA Sumur Batu perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan yang dapat timbul akibat proses WTE, sehingga dapat dibandingkan dampak lingkungan yang terjadi dengan pengolahan sampah eksisting yang ada di TPA Sumur Batu. Rekomendasi skenario terbarukan yang diperoleh dari penilaian kondisi eksisting sampah di TPA dan potensi dampak lingkungan dengan metode Life Cycle Assessment (LCA). Kondisi eksisting sampah anorgaik di TPA Sumur Batu memiliki potensi energi 3931 kkal/kg dan sampah organik berpotensi memproduksi 590 m3 biogas.Potensi Dampak GWP 100 dari skenario eksisting adalah 533.73 kg/CO2eq, sementara untuk skenario 1 (incineration) 489.01 kg/CO2eq dan skenario 2 (anaerobic digestion)  200.72 kg/CO2eq. Sehingga, dari segi potensi energi dan potensi dampak lingkungan yang dihasilkan, penerapan teknologi anaerobic digestion lebih dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di TPA Sumur Batu.


Bekasi City's waste generation continues to increase with an increase in waste generation rate of 0.12%/year. Waste management in Bekasi City still manages its waste using the old paradigm, namely collection, transport and disposal (open dumping) so that the capacity of Sumur Batu landfill has reached its maximum point. The Open Dumping method at landfill can cause environmental problems, namely air pollution and leachate, so there is a need for renewable management at Sumur Batu landfill with Waste to Energy (WTE) technology, but before the WTE process can be implemented at Sumur Batu landfill it needs an analysis of environmental impacts that can arise as a result of the WTE process, so that the environmental impact that occurs with the existing waste processing at Sumur Batu landfill can be compared. Renewable scenario recommendations obtained from an assessment of the existing condition of waste in the landfill and potential environmental impacts using the Life Cycle Assessment (LCA) method. The existing condition of inorganic waste at the Sumur Batu landfill has an energy potential of 3931 kcal/kg and organic waste has the potential to produce 590 m3 of biogas. 2 (anaerobic digestion) 200.72 kg/CO2eq. Thus, in terms of energy potential and potential environmental impacts, the application of anaerobic digestion technology can be considered for the Sumur Batu landfill.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Rizka Ardhini
"Ruang terbuka hijau dengan sungai terdegradasi tidak dapat menerapkan fungsinya secara optimal. Tebet Eco Park (TEP) bagian Utara yang merupakan implementasi RTH memiliki saluran air yang menyerupai sungai dengan kondisi terdegradasi dan menimbulkan bau tidak sedap sehingga fungsinya sebagai RTH tidak terpenuhi secara maksimal. Berdasarkan persepsi pengunjung, bau cenderung lebih signifikan pada hari kerja di area terbuka taman. Bau pada TEP Utara tersebut cukup sering timbul dan belum ditindaklanjuti secara efektif oleh pihak pengelola taman. Berdasarkan hasil uji diperoleh bahwa kadar amonia, COD, total coliform, dan angka bau di saluran air TEP Utara cukup tinggi dengan nilai tertinggi sesuai urutan: 18,3 mg/L; 92 mg/L; 4.300.000 MPN/100 mL; dan 200. Terdapat korelasi signifikan negatif pada akhir pekan untuk COD terhadap angka bau. Tidak hanya itu, pada hari kerja juga diperoleh korelasi positif yang signifikan antara COD, total coliform, dan suhu terhadap angka bau sehingga bau dapat disebabkan oleh tingginya bahan organik dan proses dekomposisi di air. Dengan menyesuaikan terhadap kondisi eksisting saluran air TEP Utara, peningkatan kualitas air dapat dilakukan dengan serangkaian pengolahan oleh granular activated carbon (GAC), cascade aerator, horizontal subsurface flow constructed wetland (HSSFCW), dan ecoenzyme.

Green open spaces with degraded rivers are incapable of delivering their role optimally. As an example of implementation of green open space, the Northern area of Tebet Eco Park (TEP) has a waterway resembling a river that has degraded and producing an unpleasant odor, thus failing to fulfill its role effectively. According to visitor’s perceptions, the odor tends to be more pungent on weekdays in the open areas of the park. Pungent odor at North TEP frequently occurs and has not been effectively addressed by the park management. The waterway in the park has a high level of ammonia, COD, total coliform, and odor threshold number, with the highest values for each parameter being: 18,3 mg/L; 92 mg/L; 4.300.000 MPN/100 mL; and 200 as TON. There is a significant negative correlation between COD and odor intensity on the weekend. Additionally, a significant positive correlation was found on weekday between COD, total coliform, and temperature to the odor intensity that indicates that the odor may be caused by high organic matter and decomposition processes. To improve the water quality in the North TEP waterway, a series of treatments using granular activated carbon (GAC), cascade aerator, horizontal subsurface flow constructed wetland (HSSFCW), and ecoenzyme can be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desca Astarini Suryabrata
"Masalah gas lapisan batubara sekarang telah berubah menjadi situasi yang kompleks Masalah utama dari aktivitas gas lapisan batubara adalah pengelolaan air yang dihasilkan Air biasanya dicampur dengan cairan kimia yang kemudian harus didaur ulang sehingga dapat digunakan kembali Sebuah studi perbandingan isu isu dan peraturan pemerintah di Australia dan Amerika Serikat sangat penting untuk memahami tentang manajemen gas lapisan batubara sehingga lebih dapat diketahui tentang keragaman masalah untuk mengklasifikasikan dan memasukkan mereka dalam standar yang telah dibuat Sebuah penelitian membaca telah dilakukan untuk mengumpulkan data Beberapa rekomendasi yang diusulkan seperti untuk meningkatkan komunikasi antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan gas lapisan batubara dan memberlakukan kebijakan dan peraturan ketat untuk manajemen gas lapisan batubara yang lebih baik.

Coal seam gas issues now have turned into a complex situation. The major issue of the coal seam gas activity is the management of the produced water. The water is usually mixed with a chemical fluid which then has to be treated so it can be reused. A comparative study of the issues and governmental regulations in Australia and the United States is vital to understand about coal seam gas management, so that more can be known about the diversity of the problems to classify and include them in the standards that have already been made. A reading research has been conducted to gathered the data. Some recommendations are proposed such as to improve communication between regional governments and local communities, enhance knowledge about coal seam gas activities, and impose stricter policies and regulations for better coal seam gas management."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azmi
"Penggerusan material dasar penopang pilar jembatan oleh aliran air menjadi salah satu masalah serius untuk kegagalan bangunan. Oleh karena itu dibutuhkan model untuk memprediksi gerusan lokal pada pilar jembatan. Alat Sediment Flow Channel HF 302 adalah salah satu model fisik untuk mensimulasi kasus tersebut. Penelitian ini mengusulkan pengecekan terhadap tingkat akurasi dan presisi alat tersebut dengan menggunakan variasi faktor kecepatan, diameter pasir dan bentuk pilar serta empat pengulangan pada semua percobaan dan diverifikasi menggunakan Persamaan Froehlich dan CSU equation. Hasilnya alat tersebut kurang dapat mengakomodir pengaturan keseragaman kecepatan serta percobaan dengan diameter butiran besar (d50 = 0,238 cm), di mana hasil yang ditunjukkan menyimpang dengan rasio yang besar dari hasil verifikasi. Namun alat tersebut tetap memiliki tingkat akurasi yang baik pada percobaan dengan diameter butiran kecil (d50 = 0,033 cm) dan tingkat presisi yang baik pada semua percobaan.

Scouring the material under the bridge pier by the water flow becomes a serious problem for the construction failure. Therefore, a model needed in order to predict local scouring under the bridge pier. Sediment Flow Channel HF 302 is one of the physical model for simulating the case. This research propose to check the model againts the accuracy and precision by using variation velocity factor, sand diameter and pier shape with four times repetition and verified by Froehlich and CSU Equation. The result is that the model can not accomodate velocity uniformity setting and experiment with coarse particles (d50 = 0,238 cm), which resulted in high ratio of deviation when verified. However, the model still has a good accuracy level when the experiments using fine particles (d50 = 0,033 cm) which show good precision in all experiment."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S58322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Ismayanti
"ABSTRAK
Produksi lindi terjadi seiring beroperasinya TPA dan menjadi potensi pencemar lingkungan sehingga mendorong penelitian lebih lanjut mengenai penanganan lindi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa efisiensi penurunan kadar COD, BOD, dan ammonia pada pengolahan dengan Anaerobic Baffled Reactor (ABR). Selain itu, ingin diketahui pengaruh perbedaan hydraulic retention time (HRT) pada hasil pengolahan. Lindi berasal dari TPA Cipayung, yang diproses dalam ABR 5 kompartemen bervolume 37,5 L. Proses penelitian meliputi persiapan reaktor, seeding atau proses pengaktifan mikroorganisme dengan metode fermentasi EM4. Selanjutnya aklimatisasi, tahap pengadaptasian mikroorganisme dengan limbah dilakukan 33 hari diakhiri dengan uji C/N. Running menjadi tahap akhir penelitian, pembebanan dimulai dengan HRT 3 selanjutnya 4 selama 4 siklus untuk tiap HRT agar terlihat konsistensi datanya. Rentang presentase removal untuk parameter COD HRT 3 dan 4 hari yaitu 66,31% ? 69,82% dan 72,59% ?75,28%. BOD yaitu 70,25% ? 72,64% dan 76,28% ? 79,55%. Dan ammonia yaitu 16,31% ? 28,95% dan 30,10% ? 33,25%. Berdasarkan uji statistik dengan metode independen t-test diketahui terdapat pengaruh signifikan dari perbedaan HRT terhadap efisiensi removal. Semakin besarnya oraganic loading tidak diimbangi dengan kecenderungan peningkatan efisiensi removal. Lorg dengan nilai 0,105 Kg COD/ m3.hari menghasilkan efisiensi removal yang maksimum yaitu 79,55%. Ammonia bersifat inhibitor pada sistem pengolahan rentang optimumnya 378,03-395,12 mg/L.

ABSTRACT
Production occurs following the operation of landfill leachate and become potential environmental contaminants, so as to encourage further research into the treatment of leachate. The purpose of this study is to analyze the efficiency decreased levels of COD, BOD and ammonia in processing with Anaerobic Baffled Reactor (ABR). In addition, we want to know the effect of different hydraulic retention time (HRT) on the processing results. Leachate from the landfill processed in the ABR 5 compartment volume of 37.5 L. The research process includes the preparation of the reactor, seeding or activation process of microorganisms by fermentation EM4. Furthermore acclimatization, the stage adaptation of microorganisms with waste carried out 33 days ending with the test C / N. Running into the final stage of research, starting with the imposition of HRT 3 next 4 for 4 cycles for each HRT to look consistency of data. Range of percentage removal of COD parameter HRT 3 and 4 days ie 66.31% - 69.82% and 72.59% -75.28%. BOD is 70.25% - 72.64% and 76.28% - 79.55%. And ammonia that is 16.31% - 28.95% and 30.10% - 33.25%. Based on the statistical test by independent t-test method known significant effect of HRT on the differences in removal efficiency. The greater oraganic loading is not matched by an increasing trend of removal efficiency. Lorg with a value of 0,105 kg COD / m3.days generate maximum removal efficiency is 79.55%. Ammonia is the inhibitor on COD processing and optimum range of 378.03 to 395.12 mg / L.
"
2016
S65273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Anggi Atesa Apriyani
"Limbah organik terutama sampah makanan memiliki volume yang sangat tinggi dan membutuhkan pengolahan di sumber. Dry anaerobic digestion merupakan salah satu teknologi pengolahan limbah organik yang cukup sederhana, kebutuhan air yang lebih sedikit dan tidak membutuhkan alat pengadukan yang terpasang pada reaktor. Pada penelitian ini substrat yang digunakan berupa sampah makanan yang berasal dari Kantin Fakultas Universitas Indonesia dengan inokulum air lindi dari anaerobic digester yang berada di Pasar Timbul Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan dengan reaktor dry anaerobik batch (TS 19,78%) selama 43 hari dengan nilai C/N campuran 9. Penambahan air lindi dilakukan dua kali pada minggu ke-5 dan ke-6 sebanyak 2 L yang terdiri dari 30% lindi dan 70% air suling. Selama operasi reaktor proses degradasi material organik berjalan dengan baik, dengan penurunan nilai VS dari 82,4% mencapai nilai 57,78% dengan efisiensi penurunan sebesar 30% dengan nilai VSremoved 70,77%. Namun pembentukan metana kurang berjalan dengan baik karena pH yang rendah 3,7-5 pada awal operasi. Volume metana yang dihasilkan sebanyak 0,2452 L dengan presentase gas metana tertinggi pada minggu ke-6 sebesar 8,66%. Pengaruh penambahan air lindi menjaga moisture 93% selama proses operasi di minggu 5 dan 6, meningkatkan nilai COD 9115 mg/l dan peningkatan nilai amonia mencapai 1002 mg/l N NH3 tetapi masih dalam batas toleransi dan belum bersifat toksik.

Organic waste especially food waste have a very high volume and requires processing at the source. Dry anaerobic digestion is one of the organic waste processing technology was quite simple, less water needs and required no stirring tool attached to the reactor. On this study substrate which is used in the form of food waste that comes from the University of Indonesia Faculty Canteen with inokulum leachete from anaerobic digester are in the Timbul market Petamburan, West Jakarta. This research was conducted with reactors dry anaerobic batch (TS 19,78%) during the 43-day with a grade of C/N mix 9. The addition of leachete performed twice in week 5 and 6 as much as 2 L consisting of leachete 30% and 70% distilled water. During the operation of the reactor the process of degradation of organic material went well, with the declining value of its 82.4% VS reached 57.78% efficiency with a decrease of 30% with a value of VSremoved 70,77%. However the formation of methane less going well because of the low pH of 3.7-5 at the start of the operation. The volume of methane produced as much as 0.2452 L with the highest percentage of methane gas on weeks 6 of 8,66%. Influence of addition of leachete moisture keep in ± 93% during the process of operation in weeks 5 and 6, increase the value of COD 9115 mg/l and increased the value of ammonia reached 1002 mg/l NH3 N but still within the boundaries of tolerance and yet are toxic."
2016
S65299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nonik Eko Wahyuning Tiyas
"ABSTRAK
Permasalahan kondisi tata guna lahan DAS Ciliwung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami degradasi lingkungan sebesar 7,14 0,7 per tahun Bhakti, 2015 . Implikasi perubahan tata guna lahan suatu DAS mengakibatkan sumber daya air terganggu, yaitu dapat menurunkan resapan air ke dalam tanah dan meningkatkan limpasan permukaan. Tujuan penelitian ini menganalisa pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap hidrograf banjir pada Sub-DAS Ciliwung Tengah hingga Pintu Air Manggarai dengan memperhitungkan karakteristik sempadan sungai dan diskretisasi spasial dengan menggunakan model hidrologi HEC-GeoHMS. Data inflow dari debit Bendung Katulampa tahun 2017, sedangkan data outflow menggunakan debit Pintu Air Manggarai tahun 2017. Metode analisa dengan 3 skenario yaitu skenario 1 stream threshold area 174,39 km2 menghasilkan 1 sub-DAS, skenario 2 stream threshold area 25 km2 menghasilkan 3 Sub-DAS dan skenario 3 stream threshold area 15 km2 menghasilkan 9 Sub-DAS. Debit puncak hasil simulasi pada skenario 1 sebesar 142,80 m3/dt, skenario 2 sebesar 142,50 m3/dt dan skenario 3 sebesar 135,6 m3/dt. Dari ketiga skenario, skenario 3 yang lebih mendekati data observasi dengan nilai koefisien Efisiensi Nash-Sutcliffe NSE 0,764. Selanjutnya skenario 3 digunakan untuk menghitung hidrograf banjir dengan menggunakan peta RTRW, dihasilkan debit puncak di Pintu Air Manggarai kala ulang 2 tahun sebesar 465,5 m3/dt, kala ulang 5 tahun sebesar 612,7 m3/dt dan kala ulang 10 tahun sebesar 722,6 m3/dt. Semakin kecil diskretisasi spasial, semakin banyak Sub-DAS yang di delineasi dan semakin banyak reach yang dianalisa, sehingga semakin kecil bentangan dan detail karakristik sempadan sungai yang diamati yang dapat mempengaruhi nilai koefisien kekasaran saluran n Manning . Oleh karena itu, semakin kecil diskretisasi spasial Sub DAS, maka akan semakin menurunkan debit puncak banjir dan memperpanjang waktu puncak banjir.

ABSTRACT
The problem of Ciliwung Watershed Landuse condition in the last 10 years has environmental degradation of 7.14 0.7 per year Bhakti, 2015 . The implications of land use change in a watershed result in disturbed water resources, which can decrease water absorption into the soil and increase surface runoff. The aims of this study are to analyze the effect of land use change on flood hydrograph in Middle Ciliwung Sub watershed to Manggarai Weir by taking into account the characteristics of riparian and spatial discretization using HEC GeoHMS hydrological model. Inflow data from discharge of Katulampa Weir in 2017, while outflow data using Manggarai Weir discharge in 2017. The analysis method with 3 scenarios namely scenario 1 stream threshold area 174,39 km2 yield 1 sub watershed, scenario 2 stream threshold area 25 km2 yield 3 Sub watersheds and scenario 3 stream threshold area 15 km2 yielding 9 Sub watershed. The peak discharge simulation result in scenario 1 is 142,80 m3 s, scenario 2 is 142,50 m3 s and scenario 3 is 135,6 m3 s. From the three scenarios, scenario 3 is closer to the observation data with the value of the Nash Sutcliffe Efficiency coefficient NSE 0,764. Further scenario 3 is used to calculate the flood hydrograph using the Land Use Plan map, resulting in peak discharge at the Manggarai Weir when the 2 year return period is 465.5 m3 s, 5 year return period is 612,7 m3 s and 10 years return period is 722,6 m3 s. The smaller spatial discretization, the more delineated sub watersheds and the more reaches being analyzed, the smaller the expanse and the observed limits of riparian that can affect the value of the roughness coefficient n Manning . Therefore, the smaller spatial discretization of sub watershed, the more it will decrease the peak flood discharge and extend peak time. "
2018
T51439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vega Fitria Mutiara Sari
"ABSTRAK
Sistem polder merupakan solusi terhadap banjir di daerah perkotaan dimana elevasi muka tanah lebih rendah dari pada elevasi muka air di badan air penerima. Efektifitas dari elemen berupa tanggul penahan limpasan air; sungai/ kanal; waduk; saluran internal; dan pompa sangat mempengaruhi kinerja suatu sistem polder dalam mengendalikan elevasi muka air di dalam sistem. Permasalahan banjir yang selalu terjadi di Jakarta setiap tahun sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian menjadi latar belakang dilakukan kajian dalam penulisan ini. Wilayah utara Jakarta dibagi menjadi 43 sistem polder salah satunya adalah Polder Muara Angke. Studi ini secara khusus membahas mengenai evaluasi sistem polder Muara Angke yang terletak di pesisir Jakarta. Untuk menuntaskan masalah banjir di Polder Muara Angke perlu dievaluasi kinerja sistem polder sebagai satu kesatuan dari elemen-elemen pengendali banjir. Tujuan penulisan ini adalah mengkaji sistem Polder Muara Angke eksisting; menganalisis banjir rencana; mengevaluasi kinerja sistem dalam mengendalikan banjir rencana akibat hujan lokak; serta membuat dan memetakan usulan perbaikan sistem. Luas catchment area Polder Muara Angke adalah 1,46 km2 . Data hujan harian dari stasiun hujan Kemayoran digunakan untuk menghitung hujan rencana dan debit banjir rencana. Pemodelan banjir rencana menggunakan Model Win TR 55. Evaluasi sistem polder dilakukan dengan membandingkan kapasitas saluran, kapasitas pompa, dan kapasitas kolam detensi dengan debit banjir rencana. Hasil analisis menunjukkan bahwa efektivitas saluran drianase untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun masing-masing sebesar 100%, 98.47%, 90.04%, 83.18%, dan 70.54%. Sedangkan efektivitas pompa dan kolam detensi  untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun masing-masing adalah sebesar 84.13%, 56.14%, 46.14%, 37.84%, dan 33.43%. Oleh karena itu, banjir akibat hujan lokal di wilayah Muara Angke disebabkan oleh rendahnya efektivitas pompa dan kolam detensi. Analisis hidroekonomi menunjukkan bahwa usulan yang paling optimum untuk perbaikan/ peningkatan efektivitas pompa yaitu dengan menambah kapasitas pompa yang ada di Polder Muara Angke total sebesar 15.55 m3/det yang dapat mengakomodir debit banjir rencana periode ulang 10 tahun.

ABSTRACT
Polder system is a solution for flooding in urban areas where the ground level is lower than the water level of the receiving water body. The effectiveness of the elements such as dike, river channel, pond, drainage canal, and pump station greatly affect the performance of a polder system in controlling water level inside the system.  The flood problems that always occur in Jakarta caused damages and losses are the background to conduct an evaluation presented in this paper. Jakarta is the capital city of Indonesia, where the northern part of Jakarta is divided into 43 polder systems and one of them is Muara Angke Polder. This study specifically addresses the Muara Angke Polder system performance. Solving the problem of flood in Muara Angke area should be based on the performance of the existing polder system as one of the flood control elements. This study emphasizes on evaluating the existing Muara Angke Polder system in controlling the flooding. Muara Angke polder catchment area is around 1.46 km2. Daily rainfall data from Kemayoran Station is used to estimate the design flood. Using WinTR-55 model, the performance of polder system is evaluated by comparing the capacity of existing drainage canal, pump and pond to the design flood. The result shows that drainage canal effectiveness for each  return periode of  2, 5, 10, 25, and 50 year is 100%, 98.47%, 90.04%, 83.18%, dan 70.54%. While pump and pond effectiveness for each  return period of  2, 5, 10, 25, and 50 year is 84.13%, 56.14%, 46.14%, 37.84%, dan 33.43%. Therefore, flooding from rainfall runoff in Muara Angke is caused by low pump and pond effectiveness. Hydroeconomy analysis shows that the most optimum proposed improvement in the effectiveness of the polder system is by adding a total pump capacity of 15.55 m3 /s which can accommodate the design flood for 10 year return period.
"
2019
T52732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sobirin
"ABSTRAK
Urbanisasi telah mengubah tutupan lahan dari permukaan lolos air menjadi permukaan
kedap air yang dapat berdampak pada peningkatan limpasan hujan di kawasan
perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas sebaran spasial Green
Infrastructure (GI) dalam pengurangan limpasan hujan di berbagai spektrum hujan.
Simulasi pengurangan limpasan hujan melalui penerapan GI diimplementasikan pada
DTA yang berlokasi di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. EPA SWMM
digunakan untuk mensimulasi model hidrologi melalui tiga skenario : skenario-1
baseline (kondisi eksisting tanpa penerapan GI), skenario-2 GI (penerapan GI melalui
rain garden, rain barrel dan porous pavement), skenario-3 RDTR (sesuai Rencana
Detail Tata Ruang DKI Jakarta). Hasil simulasi SWMM menunjukkan skenario-2 GI
untuk hujan kala ulang 2-, 5-, 10-, 25-, 50-tahun menghasilkan persentase pengurangan
total volume limpasan secara berurutan sebesar 9.76%, 8.76%, 8.27%, 7.50%, 7.05%
dan persentase pengurangan debit puncak sebesar 9.29%, 7.97%, 5.83%, 3.49%, 2.21%
dibandingkan tanpa penerapan GI. Adapun untuk skenario-3 RDTR untuk kala ulang
hujan yang sama menghasilkan persentase penambahan total volume limpasan secara
berurutan sebesar 7.43%, 6.15%, 5.36%, 4.67%, 4.20% dan persentase penambahan
debit puncak sebesar 3.93%, 2.33%, 1.29%, 0.63%, 0.63% dibandingkan dengan
kondisi eksisting tanpa penerapan GI.

ABSTRACT
Urbanization has changed the land use from pervious cover to impervious cover which
have an impact on increasing runoff in urban areas. The objective of this study is to
determine the effectiveness of spatial distribution of Green Infrastructure (GI) in
reducing runoff under various design storms. Simulation of runoff reduction is carried
out by implementing the GI in the catchment area located in Pondok Kelapa, Eastern
Jakarta, Indonesia. EPA SWMM 5.1 was used to simulate the performance of GI on
reducing runoff in the study site for three simulation scenarios: baseline scenario
(current conditions), GI scenario (implementing rain garden and rain barrel) and
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) scenario. The results show that GI scenario
compared to the baseline scenario under various design storms 2-year, 5-year, 10-year,
25-year and 50-year return periods reduce the total runoff volume approximately 9.76%,
8.76%, 8.27%, 7.50%, 7.05, respectively and reduce the peak flows approximately
9.29%, 7.97%, 5.83%, 3.49%, 2.21%. For RDTR scenario compared to BL scenario
resulting in percentile of total runoff volumes increase were 7.43%, 6.15%, 5.36%,
4.67%, 4.20% and the percentile of peak flows increase were 3.93%, 2.33%, 1.29%,
0.63%, 0.63% for the same return periods.

"
2019
T52731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>