Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananta Rina
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan Laporan Tahunan 2001-2004 d an Laporan Tahunan 2005 Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang disebabkan oleh pangan jasa boga sebesar 31%. Dari kasus-kasus keracunan tersebut, terbukti masalah mutu dan keamanan pangan pada perusahaan jasa boga menjadi semakin penting dan perlu mendapat perhatian khusus dalam pengawasan dan pengendaliannya. Apalagi akhir-akhir ini tuntutan akan jaminan terhadap mutu dan keamanan pangan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya mutu dan keamanan pangan yang di konsumsinya. Pengawasan dan pengendalian mutu pangan yang mengandalkan pada uji produk akhir tidak dapat mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri pangan dan tidak dapat menjamin keamanan makanan yang beredar di pasaran dan yang dikonsumsi oleh para pengguna jasa boga. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu sistim jaminan keamanan pangan yang Iebih menitfk beratkan pada tindakan pencegahan efektif untuk menjamin keamanan pangan . Dari pemikiran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam industri pangan selain menghasilkan produk pangan yang aman dikonsumsi sangat diperlukan juga produk yang bermutu dan mempunyai nilai jual yang dapat memenuhi keinginan konsumen dengan tujuan mencapai kepuasan konsumenlpelanggan tsb. Untuk mencapai 2 aspek tersebut, diperlukan suatu sistem yang terintegrasi atau terpadu yang dapat diterapkan dalam suatu perusahaan jasa boga berdasarkan standar lnternasional yaitu Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Keamanan Pangan _ Dengan mengacu pada metodologi yang dikenal dalam sistem manajemen yaitu P DCA ( Plan- Do- Check- Action), penerapan Sistem Manajemen Mutu ( ISO 9001) dan Sistem Keamanan Pangan ( HACCP dan ISO 22000) secara teoritis dapat dilaksanakan secara terpadu dalam suatu sistem manajemen yang terpadu, dimana unsur-unsur aspek pengendalian bahaya potensial dan parameter kritis dari aktifitas penyediaan rantai makanan ( food chain ), kesesuaian produk dan jasa dapat terintegrasi kedalam kegiatan operasional suatu perusahan jasa boga. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut dapat disusun suatu model Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan terpadu ( terintegrasi ) pada kegiatan penyediaan makanan di suatu perusahaan Jas Boga ( Catering ). Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis Iakukan di perusahaan Jasa Boga PT. XYZ dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem Manajemen Mutu pada perusahaan jasa boga PT. XYZ telah diterapkan dalam proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan.. Sistem Manajemen Keamanan Pangan terutama penetapan dan pelaksanaan Hazard Analysis Critical Control Point pada proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan belum sepenuhnya diterapkan sesuai dengan standar HACCP dan ISO 22000. Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ( SMZKP) dapat diterapkan dengan efektif dan terpadu karena proses pengendalian yang dilakukan dapat sejalan melalui standar yang dapat diterima (acceptable) , dapat diterapkan (applicable) dan disesuaikan pada kondisi, kebutuhan dan bisnis proses PT. XYZ ( tailor made), pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengacu kepada model SMZKP yang telah dijelaskan pada bagian hasil penulisan tesis ini.
ABSTRACT
According to Food and Drugs Control Agency Republic of indonesia (BPOM) yearly report in 2001 - 2004 and 2005, food poisoning cases which are caused by catering services company is 31%. From these cases , it?s proof that the quality and food safety problems in catering company became more important and need more special attention in its controlling and monitoring. Nowadays, demanding of quality and food safety assurance more increase along with improvement of people awareness about quality and safety of food that they consumed. Monitoring and Controlling of food quality which rely on the end product testing, could not be balanced out of p rogress in food industry and could not guarantee safety of food which has been circulated in market and has been consumed by people. For that purpose, need to be developed a system for food safety assurance which is focused on effective preventive action to assure the safety of food. In food industry, the most important things is how to produce food which is safe to eat and have a good quality to fultill the customer needs and customer satisfactions. To comply these 2 aspect, we need an integrated system which is acceptable and applicable in catering company based on international Standard , Quality Management System ISO 90001:2000 and Food Safety Management System ISO 22000:2005 and HACCP. In line with methodology of management system PDCA ( Plan -Do - Check - Action ), implementation of Quality Management System ISO 9001 :2000 and Food Safety Management System ISO 22000:2005 and HACCP theoretically can implement integrated in a management system, where all aspect to control the potential hazard and critical parameter from all activities in food chain , conformity product and sen/ice may integrate in business process of catering company. Based on these principles, we can compile a model of Integrated Quality Management System and Food Safety System for food chain activities in catering company. Result of this research in catering company PT. XYZ, the Quality and Food Safety Management System has been implemented but not integrated as good as integrated Quality and Food Safety Management System in receiving , storing, production and serving activities. Food Safety Management System implementation in PT. XYZ , especially Hazard Analysis Critical Control Point in receiving, storing, production and serving process is not full compliance to HACCP and ISO 22000 standard. Quality and food safety management system can implemented effectively and integrated because the process control in line with standards which are acceptable and applicable to condition and needs of PT. XYZ business process ( tailor made), refer to this Integrated Quality and Food Safety Management System Model.
2007
T34545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Santoso Sulastopo
Abstrak :
Pendahuluan : Obesitas merupakan suatu kondisi adanya penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal. Obesitas dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Beberapa studi mengaitkan antara konsumsi minuman mengandung alkohol dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman bir dan faktor risiko lainya dengan prevalensi obesitas pada pekerja bagian penjualan sebuah perusahaan yang memproduksi dan menjual minuman bir. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan disain potong lintang dengan analisis perbandingan. Data primer diperoleh melalui pengukuran antopometri dan kwesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala pada tahun 2014. Jumlah responden 51 orang yang diperoleh dengan menggunakan metode perhitungan sampel. Hasil penelitian : Dari 51 responden penelitian didapatkan prevalensi obesitas adalah 64,7 %. Terbukti adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi minuman bir lebih dari 285 ml per hari dengan timbulnya obesitas dengan risiko 7 kali lebih besar terjadi obesitas dibandingkan dengan responden yang mengonsumi bir sama dengan dan kurang dari 285 ml perhari (p= 0,003; OR = 7,00 ; 95 % CI = 1,86-26,36). Faktor resiko utama dari prevalensi obesitas pada responden adalah faktor genetik (p=0,000; OR = 13,00; CI95%= 3,24-52,18). ...... Introduction : Obesity is a complex disorder involving an excessive amount of body fat. It will increases the risk of diseases and health problems such as heart disease, diabetes and high blood pressure. Some study find that there are relation between alcohol consumption with obesity. This research objective is to determine the relation between beer consumption and other risk factor with obesity prevalence among Sales worker on the company that produce and sell beer. Research methodology : This research are using cross?sectional with comparative method. The primary data are taken from weight and height measurement and questioner, the secondary data are taken from 2014 Medical Checkup. Total sample is 51. Research result :Obesity prevalence is 64,7 %. There is correlation between beer consumption more than 285 ml per day with obesity and the risk is 7 times higher compare to respondent who consumed beer 285 ml per day and less ( p= 0,003; OR = 7,00 ; 95 % CI = 1,86-26,36).The main obesity risk factor is genetic Your browser security settings don't permit the editor to automatically execute copying operations. Please use the keyboard for that (p= 0,000 ; OR 13,00; CI95% =3,24-52,18
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2014
T58745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dudi Herdiadi Rokim
Abstrak :
ABSTRAK
Magister Kedokteran KerjaJudul : Gangguan Cemas Berdasarkan Hamilton Rating Scale For Anxiety dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada PolisiLatar Belakang. Gangguan cemas pada polisi dapat menurunkan performa dalam pekerjaan serta menurunkan kepuasan dalam lingkungan kerja sehingga dapat mengakibatkan layanan kepada masyarakat menjadi kurang bagus. Hal ini karena polisi termasuk profesi yang beresiko tinggi dan berpotensi memiliki tingkat stres yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja fungsi/satuan kerja dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap gangguan cemas pada anggota polisi.Metode. Penelitian ini meggunakan desain potong lintang dengan besar sampel 106 orang yang diambil secara kuota sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017 dengan 4 kuesioner; Hamilton Rating Scale for Anxiety HARS , Survei Diagnosis Stres SDS , Self-Reporting Questionnaires 20 SRQ-20 , dan Penapisan Stres Paska Trauma.Hasil. Didapatkan prevalensi gangguan cemas sebesar 61.3 dengan gangguan cemas ringan sebesar 30.7 , gangguan cemas sedang sebesar 13.8 , gangguan cemas berat sebesar 23.1 dan gangguan cemas berat sekali sebesar 32.3 . Dari analisis multivariat didapatkan konflik peran sedang-berat RO 4,815, IK 95 1,926-12,041 , dan stres RO 8,469, IK 95 1,021-70,260 .Kesimpulan dan Saran. Gangguan cemas dapat mempengaruhi performa di dalam pekerjaan, sehingga pelayanan terhadap masyarakat menjadi kurang bagus. Prevalensi gangguan cemas di Polres X tinggi, konflik peran sedang-berat, dan stres memiliki hubungan dengan kejadian gangguan cemas. Karena itu perlu dilakukan intervensi, baik secara administrasi maupun secara medis.Kata kunci: Anggota Polisi; gangguan cemas; konflik peran; stres.
ABSTRACT
Anxiety Disorder Based On The Hamilton Rating Scale for Anxiety and Associated Factors Amongs Police OfficersBackground. Anxiety disorder on the Police can decrease the work performance and satisfaction in the work environment so that it can affect to the decrease of service quality to the communities. It is because the police profession belongs to one of the high risk and potentially high stress jobs. This research aimed to find out the relation between the workload and factors which are related to the anxiety disorder on the police officers.Method. This research used a cross sectional design with 106 police officer as respondents selected by quota sampling. This research was conducted in January 2017 using 4 questionnaires Hamilton Rating Scale for Anxiety HARS , Survey of Stress Diagnosis SDS , Self Reporting Questionnaires 20 SRQ 20 , and Post Traumatic Stress Screening.Result. The result showed that the prevalence of anxiety disorders by 61.3 with low anxiety disorder by 30.7 , moderate anxiety disorder by 13.8 , moderate anxiety disorder by 23.1 , and severe anxiety disorder by 32.3 . From the multivariate analysis, it was obtained that the moderate ndash severe role conflict OR 4.815, CI 95 1.926 12.041 , and stress OR 8,469, CI 95 1.021 70.260 .Conclusion. Anxiety disorders can affect someone rsquo s performance in his work so that the service given to the community becomes less good. The prevalence of anxiety disorder in Departmental Police X is high, the moderate ndash severe role conflict and stress have relation with anxiety disorder. The intervention needs to be done, either administratively or medical.Keywords Police officers anxiety disorder role conflict stress
Jakarta: 2017
T55562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Dewi Astati Pameri
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Wa Ode Dewi Astati PameriProgram Studi : Magister Kedokteran KerjaJudul : Pengaruh Aktivitas Fisik Berlebih Active Dan Faktor-Faktor Lainnya Terhadap Timbulnya Penyakit Osteoarthritis Genu Pada Prajurit Militer Laki-Laki Di Jakarta LATAR BELAKANG : Saat ini, penyakit arthritis menjadi penyebab teratas dari kecacatan di antara prajurit veteran di Amerika Serikat dan menjadi alasan utama prajurit dinonaktifkan. Radang sendi terjadi karena berbagai hal. Salah satunya disebabkan oleh aktivitas yang sering dilakukan. Berbagai aktivitas tersebut menyebabkan sendi mengalami penekanan secara terus menerus yang pada akhirnya berakibat pada kerusakan dan peradangan. Aktivitas fisik juga dapat berupa kebiasaan bekerja dengan beban berat, di mana kebiasaan bekerja dengan beban berat dapat menyebabkan pergesekan dari sendi lutut. Salah satu profesi yang banyak membutuhkan aktivitas fisik salah satunya adalah prajurit militer, di mana dari penelitian terdahulu didapatkan probabilitas terjadinya penyakit osteoarthritis pada prajurit militer mengalami peningkatan.TUJUAN: Diketahuinya pengaruh aktivitas fisik berlebih active serta faktor-faktor lainnya terhadap timbulnya penyakit osteoarthritis genu pada prajurit militer laki-laki di Jakarta.METODE: Untuk menentukan jumlah kasus osteoarthritis genu, dilakukan klasifikasi berdasarkan aktivitas fisik, olahraga, usia, genetik, lama bekerja, IMT, asupan makanan, beban berat, dengan menggunakan study case control. Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh yang paling signifikan, faktor risiko, dan interval kepercayaan 95 IK 95 untuk osteoarthritis genu.HASIL: Sebanyak 51 kasus osteoarthritis genu didapatkan dari hasil kuesioner dan pemeriksaan VAS dengan jumlah populasi terjangkau n=162 . Ditentukan jumlah kasus 50 prajurit militer dan jumlah kontrol sebanyak 50 prajurit militer dengan matching 1:1 berdasarkan usia. 5 responden VAS grade 4-5; 25 responden grade 5-6; 17 responden grade 6-7; 2 responden grade 7-8; 2 responden grade 8-9. Aktivitas fisik berlebih active memiliki memiliki pengaruh terhadap kejadian osteoarthritis genu p = 0,023; OR = 15,55; 95 IK = 1,46 ndash;165,79 . Faktor bekerja dengan beban berat juga memiliki pengaruh p = 0,001; OR = 15,97; 95 IK = 3,31 ndash;77,02 . Faktor riwayat keluarga dengan keluhan nyeri sendi juga memiliki pengaruh p = 0,003; OR = 33,99; 95 IK = 3,43 ndash;337,29 . Faktor asupan makanan tinggi kalsium dan vitamin D yang tidak rutin juga memiliki pengaruh p = 0,025; OR = 3,77; 95 IK = 1.18 ndash;12,01 . Terakhir IMT ge; 26,85 juga memiliki pengaruh p = 0,018; OR = 4,14 ; 95 IK = 0,02 ndash;4,14 .KESIMPULAN: Pekerjaan sebagai prajurit militer dengan aktivitas fisik yang cukup tinggi, riwayat keluarga nyeri lutut, asupan makanan tinggi kalsium dan vit.D yang tidak rutin serta kebiasaan bekerja dengan beban berat terbukti memiliki pengaruh terhadap terjadinya osteoarthritis genu.
ABSTRACT
Name Wa Ode Dewi Astati PameriStudy Program Master of Occupational Medicine Title The Effect Of Excessive Physical Activity Active And Other Factors Against On The Occurence Of Osteoarthritis Genu Disease In Male Military Soldiers In Jakarta BACKGROUND The arthritis presently is the highest cause of disability among retired military soldiers in the United States and is the main reason of the disabled soldiers. Arthritis occurs for many reasons. One of them is caused by activities that are often done. These various activities cause the joints to undergo continuous suppression which ultimately results in damage and inflammation. Physical activity can also be a habit of working with heavy loads, where heavy work habits can cause friction from the knee joint. One of the many professions require physical activity, one of them is a military soldier, where from previous studies, the probability of osteoarthritis disease in military soldiers has increased. OBJECTIVE Knowing the effect of excessive physical activity active and other factors on the occurence of osteoarthritis genu disease in male military soldiers in Jakarta.METHODS To determine the number of cases of osteoarthritis genu incidence. The classification based on physical activity, exercise, age, genetics, duration of work, BMI, food intake, heavy load and using a study control case were carried out. Multivariate analysis was used to determine the most significant influence, odds ratio, and 95 confidence intervals 95 CI for osteoarthritis genu. RESULTS A total of 51 cases of osteoarthritis incidence were obtained from questionnaires and VAS examination with an affordable population n 162 . The number of cases of 50 military soldiers and the number of controls 50 military soldiers with the equivalent of 1 1 based on age. 5 respondents VAS grade 4 5 25 respondents grade 5 6 17 respondents grade 6 7 2 respondents grade 7 8 2 respondents grade 8 9. Physical activity active has a osteoarthritis genu risk of 15,55 times p 0.023 OR 15,55 95 CI 1.46 165,79 . The habits of working with heavy loads also have an effect p 0.001 OR 15,97 95 CI 3,3 ndash 77,02 . Family history factor with joint pain complaints also have an effect on the occurrence of osteoarthritis genu p 0,003 OR 33,99 95 CI 3,4 ndash 337,29 . Food intake factors of calcium and vitamin D are not routine also have an effect p 0.025 OR 3,77 95 CI 1.18 ndash 12,01 . BMI ge 26,85 also have an effect on the occurence of osteoarthritis genu p 0,018 OR 4,14 95 CI 0.02 ndash 4,14 CONCLUSION Occupations as military soldiers with high physical activity, family history of knee pain, high intake of calcium and non routine vitamin D, heavy work habits, and BMI ge 26,85 have an influence and a probability of the risk of osteoarthritis genu.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Alvisia Latu Batara
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Pekerja garmen berisiko terhadap terjadinya asthenopia. Secara keseluruhan terjadinya asthenopia akibat akomodasI otot siliarfs dengan penglihatan jarak dekat pada obyek yang sangat kecil. Pengaruh pada pekerja salah satunya adalah makin banyak terjadinya kesalahan atau cacat produk. Metode: Dilakukan penelitian cross sectional terhadap 119 pekerja. Pengumpulan data kelelahan mata dengan kuesioner, amplitudO akomodasi dan tes Near Point Convergence. Pengukuran cacat produksi dengan menghituNg jumlah pakaian cacat di dalarn wadah khusus yang disediakan. Hasil: Prcvaiensi kelelahan mata setelah bekerja 4 jam ada1ah 36.9%. Faktor keadaan amplitude visus turun berhubungan dengan terjadinya kelelahan mata (ROI=1,.91;Kl 95%=0.89-4.08). Pada kelompok pekerja dengan kesalahan 2cacat produksi sebanyak 35.3% , kelompok dengan kesalahan 1 cacat produksi sebanyak 5.0%, kelompok dengan kesalahan 2 cacat produksi sebanyak 143%, kelompok dengan kesalahan 3 cacat produksi sebanyak 15.9%, kelompok dengan kesalahan 4 cacat produksi sehanyak 19.3%). dan kelompok dengan kesalahan 5 cacat produksi sebanyak 10,1 %. Pada kelompok pekerja dengan kesalahan 1 , 2 , 4 , dan 5 cacat produksi, faktor keadaan amplituda visus turun dan kelelahan mata berhubungan dengan jumlah cacat produksi. Kelompok pekerja dengan kesalahan 3 cacat produksi, faktor kelelahan mata berhubungan dengan jumlah cacat produksi. Kelompok pekerja dengan kesalahan 4 cacat produksi, faktor status be1um kawin menjadi faktor yang menurunkan risiko terjadinya cacat produksi. KesimpuJan: Kelelahan mata berhubungan dengan jumlah cacat produksi pada kelompok pekerja dengan kesalahan 1-5 cacat produksi.
ABSTRACT
Background: Garment workers have been shown in a number of studies to be at increased risk for the development of asthenopia, Among the important of these are straining the carry muscle of accommodation by looking too closely at very small object. The effects of asthenopia on a persons occupation may include more mistakes. Methods: In order to find the relationship between asthenopia with the amount of faulty product, a cross sectional study is conducted toward I 19 workers. The measurement of asthenopia by questionnaire, amplitude of accommodation and Near Point Convergence Test. The measurement of faulty product by counted each defect clothes in the spiral basket. Results: The study find out that prevalence of asthenopia after working for 4 hours is 36.9%. The results of statistic shown that there are relationship between condition of visus with the asthenopia. (QR;J.91 ;Cl 95%=0.89-4.08). The amount of faulty product in group with 1 faulty product is 5.0%. The amount of faulty product in group with 2 faulty product is f4.3%. The amount of faulty product in group with 3 faulty product is 15.9%. The amount of faulty product in group with 4 faulty product is 19.3%. The amount of faulty product in group with 5 faulty product is 10.!%. Group with 1, 2, 4, and 5 faulty product are find out that condition of visus and asthenopia have relationship with the amount of faulty product. Group with 3 faulty product are find out that asthenopia have relationship with the amount of faulty product. Group with 4 faulty product are find out that unmarried state can decreased the amount of faulty product. Conclusion: There are relationship between asthenopia with the amount of faulty product in all groups.
2010
T32844
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library