Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pande Putu Agus Mahendra
"ABSTRAK
Latar belakang: Luka bakar merupakan suatu trauma yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan jaringan karena kontak dengan objek bersuhu tinggi. Kondisi tersebut memicu respons inflamasi lokal dan sistemik yang memicu komplikasi. Hipermetabolisme dan hiperkatabolisme yang terjadi memerlukan tatalaksana nutrisi adekuat untuk menurunkan respons inflamasi, mencegah wasting otot, meningkatkan imunitas, dan mempercepat penyembuhan luka.
Metode: Empat pasien dalam serial kasus ini mengalami luka bakar berat karena api dengan berbagai pencetus. Dua pasien dalam serial kasus ini masuk perawatan lebih dari 24 jam pasca kejadian. Status nutrisi pasien obes derajat II 1 pasien dan obes derajat I 3 pasien . Target energi menggunakan metode Xie dan Harris ndash;Benedict dengan berat badan sebelum sakit. Pemberian nutrisi diberikan sesuai dengan rekomendasi untuk sakit kritis fase akut 20 ndash;25 kkal/kg BB. Nutrisi dini dilakukan pada dua pasien yang datang kurang dari 24 jam pasca kejadian. Nutrisi diberikan melalui jalur enteral dengan metode drip intermittent. Tatalaksana nutrisi selanjutnya disesuaikan dengan toleransi dan kondisi klinis yang dialami pasien.
Hasil: Tiga pasien meninggal selama perawatan karena komplikasi sepsis Tatalaksana nutrisi dinaikkan bertahap sesuai kondisi klinis pasien. Pasien kasus keempat mengalami perbaikan dengan luas luka bakar 48,5 menjadi 11,5 dan peningkatan kapasitas fungsional, walaupun terjadi penurunan berat badan hingga 12 kg selama perawatan.
Kesimpulan: Tatalaksana nutrisi yang adekuat dengan memperhatikan kondisi klinis serta parameter penunjang lainnya dapat menunjang proses penyembuhan luka serta menurunkan laju morbiditas dan mortalitas pada pasien luka bakar. Kata kunci: luka bakar berat, tatalaksana nutrisi.

ABSTRACT
Background Burn injury is a trauma that caused damage and tissue loss due to contact with high temperature objects. That conditions will initiated local and systemic inflammatory reaction, which trigger complications after burn injury. Adequate nutrition management is needed in hypermetabolic and hypercatabolic condition to decrease the inflammatory response, prevents muscle wasting, improve immunity and wound healing.
Methods Four patients in this case series suffered from burn injury by fire with various origins. Two patients in this case series were treated more than 24 hours after trauma. Patients nutritional status were obese grade II 1 patient and grade I 3 patients. Energy requirement was measured by using Xie and Harris Benedict equations, with usual body weight. Nutrition was given base on recommendation for critically ill in acute phase, 20 ndash 25 kcal kg BW. Enteral nutrition was initiated for two patients who came less than 24 hours post burn, using intermittent drip method. The nutrition was adjusted daily depend on their clinical condition.
Results Three patients died during treatments for septic complications. Nutrients management gradually increase in accordance to clinical conditions. Patient in 4th cases experienced improvement with burn area decreased from 48,5 to 11,5 , also increasing on functional capacity, despite of weight loss up to 12 kg during treatment.
Conclusion Adequate nutritional management based on clinical conditions not only to reduce morbidity and mortality in burn patients, but also lead to improve healing process.. Keywords severe burn, nutrition management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55615
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohannessa Wulandari
"Pasien rawat inap di rumah sakit dengan keganasan sering terjadi malnutrisi. Deteksi dini malnutrisi mempercepat terapi awal nutrisi sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini merupakan studi uji diagnostik membandingkan MST dan PG-SGA dengan SGA pada pasien kanker ginekologik rawat inap di RSUPN Cipto Mangunkusumo sebanyak 66 orang pada bulan April 2015. Pengumpulan data menggunakan formulir skrining, pemeriksaan fisik, dan pengukuran antropometri. MST memiliki sensitivitas 70%, spesifisitas 88%, PPV 90%, NPV 65%, AUC 0,79. PG-SGA mempunyai sensitivitas 100%, spesifisitas 92%, PPV 95%, NPV 100%, AUC 0,96. Terdapat perbedaan signifikan lama waktu pengerjaan di antara ketiganya, dengan waktu tercepat dimiliki oleh MST. Prevalensi malnutrisi berdasarkan SGA sebesar 60,6%. PG-SGA merupakan alat skrining yang sesuai dalam mendeteksi malnutrisi pasien kanker ginekologik rawat inap.

Malnutrition is a common problem in hospitalized patients with malignancies. Early recognition of malnutrition leads to appropriate nutritional care plans and reduces rate of both morbidity and mortality. This diagnostic test study which comparing between MST and PG-SGA against SGA, was conducted on 66 hospitalized gynecologic cancer patients in April 2015. Data collection was obtained using screening tool forms, physical examination, and anthropometric measurement. According to SGA, 60.6% of patients were malnourished. MST had a sensitivity of 70% and a specificity of 88%. The PPV of MST was 90%, NPV 65%, and AUC value was 0.79. PG-SGA had a sensitivity of 100% and a specificity of 92%. The PPV of PG-SGA was 95%, NPV 100%, and AUC value was 0.96. There were a significant difference in time spent applying questionnaires between these screening tools, and MST had the quickest among three. PG-SGA is suitable screening tool for detecting risk of malnutrition in hospitalized patients with gynecologic cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sakti Dwi Permanasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan tinggi lemak yang dikonsumsi bersamaan dengan teh putih atau teh hijau terhadap kadar trigliserida serum pasca prandial. Penelitian ini menggunakan desain uji klinis, alokasi acak, cross over, dan tersamar ganda. Sebanyak 23 subjek hipertrigliseridemia borderline mengikuti penelitian dan mendapatkan dua kali perlakuan, yaitu mengonsumsi makanan tinggi lemak bersamaan dengan 7,5 gram teh putih atau teh hijau. Perlakuan dilakukan dalam dua hari dengan periode wash out 3 hari. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik subjek, asupan energi dan lemak, serta kadar trigliserida serum puasa dan pasca prandial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia subjek adalah 32,96 8,04 tahun dengan rerata IMT sebesar 26,23 3,62 kg/m2 yang termasuk dalam kategori overweight dan obesitas 1. Kadar trigliserida puasa tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok perlakuan p=0,079 . Hasil dari pengukuran kadar trigliserida serum pasca prandial pada kelompok teh putih lebih rendah secara bermakna 231,43 76,49 mg/dL, p=0.024 . Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar trigliserida serum pasca prandial setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak bersama dengan meminum 7,5 gram teh putih lebih kecil dibandingkan meminum teh hijau. Kata kunci : hipertrigliseridemia borderline; teh putih; teh hijau; makanan tinggi lemak; trigliserida serum pasca prandial

ABSTRACT
AbstractThe increase in postprandial triglycerides can be one risk factor for cardiovascular disease.The aim of this research is to evaluate the effect of consumption high fat diet with white tea or green tea on postprandial serum triglyceride level. This study was a clinical trial, random allocation, cross over, and double blind. Twenty three hypertriglyceridemia borderline subjects completed this study. Each subject got twice treatment, which are consumption high fat diet with white tea or green tea. This treatment held in two days with three days wash out period. Data obtained include subject characteristics, dietary assessment of energy and fat intake, fasting and postprandial serum triglyceride levels. The mean age of subject is 32,96 8,04 years with a mean BMI of subject is 26,23 3,62 kg m2, categorized in overweight and obese. Fasting serum triglyceride level didn rsquo t show significantly different p 0,079 . The result from post prandial serum triglyceride levels from white tea group were significantly lower 231,43 76,49 mg dL, p 0,024 . This study suggest that the increase of post prandial serum triglyceride levels after consumed high fat diet and white tea were lower than green tea. Keywords green tea high fat diet hypertriglyseridemia borderline postprandial serum triglyceride level white tea"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Dorna Yanti Lola
"Latar Belakang: Diabetes melitus DM merupakan penyakit epidemik yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di seluruh dunia. Jumlah penderita DM ini diperkirakan akan mencapai 552 juta orang pada tahun 2030. Kadar glukosa darah KGD yang tidak terkontrol merupakan penyebab terjadinya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler sehingga meningkatkan angka morbiditas, mortalitas dan lama rawat inap. Terapi medik gizi klinik adekuat dan sesuai dengan kondisi klinis pasien dapat mencegah, memperlambat dan memperbaiki komplikasi akibat DM.
Metode: Pasien serial kasus dengan diagnosis DM tipe 2 disertai berbagai komplikasi, berusia 48 ndash;71 tahun. Satu dari empat pasien mendapatkan nutrisi melalui nasogastric tube NGT , dan sisanya melalui oral. Terapi medik gizi diberikan pada keempat pasien sesuai dengan kondisi klinis masing-masing. Pemberian karbohidrat disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan dosis insulin yang diperoleh pasien. Pemberian protein disesuaikan dengan fungsi ginjal masing-masing pasien.
Hasil : Keempat pasien mengalami perbaikan keadaan klinis antara lain luka pada kaki, sesak napas hilang, edema dan asites berkurang, ureum dan kreatinin membaik. Kasus pertama, kedua dan keempat mengalami perbaikan pada kadar glukosa darah, sedangkan kasus ketiga KGD masih tetap tinggi pada saat keluar dari RS. Keempat pasien pulang ke rumah dengan kondisi membaik.
Kesimpulan: Terapi medik gizi klinik yang adekuat untuk mengontrol KGD dapat membantu memperbaiki keadaan klinis dan mencegah perburukan pada pasien DM tipe 2 dengan berbagai komplikasi.

Background: Diabetes mellitus DM is an epidemic disease that is increasing year by year around the world. The number of DM patients is estimated 552 million people by 2030. Uncontrolled blood glucose level is one of the cause of macrovascular and microvascular complications that may increase morbidity, mortality and length of hospitalization. An adequate nutrition therapy in accordance with the clinical condition of the patient may help to prevent, delay and improve the complications due to DM.
Methods:All patients in these case series were diagnosed with type 2 DM accompanied by various complications, aged 48-71 years. One in four patients was administered nutrition through tube feeding, and the rest through oral. Nutrition therapy was given to all patients according to their clinical conditions. Carbohydrate was adjusted to the patient 39;s needs and the dose of insulin obtained by the patient. Protein administration was adjusted for each patient 39;s renal function.
Result:Four patients experience of improving of clinical conditions, such as breathlessness, reduced edema and ascites, decreased urea and creatinine levels. The first, second and fourth cases improve in blood glucose levels, while the third case remains to have high blood glucose level at the time of discharge. While all patients discharge from hospital with better condition.
Conclusion: An adequate clinical nutrition therapy to improve glycemic control is needed to improve clinical conditions and prevent deterioration in patients with type 2 DM with various complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Halim Santoso
"Berat badan bayi merupakan salah satu variabel epidemiologi yang berhubungan dengan mortalitas di tahun pertama kehidupan bayi. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) maupun besar masa kehamilan (BMK) berisiko mengalami gangguan pada usia lebih lanjut. Berat badan bayi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain asupan gizi ibu dan status gizi ibu. Asupan zat gizi yang optimal akan bermanfaat untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin. Peningkatan berat badan ibu juga merupakan faktor ang menentukan outcome bayi. Ibu hamil dengan peningkatan berat badan yang kurang selama kehamilan akan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur. Mikrobiota adalah kumpulan mikroorganisme yang hidup berdampingan dengan inangnya. Ditenggarai adanya peran mikrobiota terhadap berat badan lahir bayi. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang bertujuan untuk melihat korelasi antara jumlah mikrobiota usus dan asupan zat gizi ibu hamil trimester ketiga dengan berat badan lahir bayi di Jakarta Timur.
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di 10 puskesmas kecamatan se Jakarta Timur pada bulan Februari-April 2015. Dari 315 subjek ibu hamil trimester ketiga yang sesuai kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian dengan menanda tangani informed consent, didapatkan 52 subjek yang dapat dianalisis. Subjek yang dapat dianalisis dilakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), wawancara asupan makanan, pengukuran sampel feses dan pengukuran berat badan lahir bayi. Sebaran data karakteristik menunjukkan 82,7% subjek berpendidikan menengah rendah, 59,6% memiliki pendapatan dibawah UMP, 82,7% subjek tidak mendapatkan asupan energi yang cukup per harinya, dan 73,1% status gizi trimester pertama subjek tergolong berlebih hingga obese. Pada penelitian ini tidak didapatkan korelasi antara asupan zat gizi ibu hamil trimester ketiga dengan berat badan lahir, dan tidak didapatkan korelasi antara mikrobiota Bifidobacterium (r = 0,134; p>0,05), Lactobacillus (r = -0,118; p>0,05) dan Staphylococcus (r = 0,43; p>0,05) ibu hamil dengan berat badan lahir bayi.

Baby birth weight is one epidemiological variables associated with mortality in the first year of life. Both baby with low birth weight (LBW) and large for gestational age (LGA) posses risk of having complication at later age. Birth weight is affected by many factors, such as maternal nutritional intake and nutritional status. Optimal intake of nutrients would be beneficial to support fetal growth and development. Maternal weight gain is also a factor determining the outcome of baby . Pregnant women with less weight gain during pregnancy are at greater risk of premature birth.Microbiota is a group of microorganism coexist with its host. It was suspected that there is a role of the microbiota on birth weight. This study is part of the research in department of nutrition, faculty of medicine, university of Indonesia that aims to see the correlation between the number of guy microbiota and nutritional intake in third semester pregnant women with birth weight in East Jakarta.
This study was a cross-sectional study conducted in 10 distriect health centers throughout East Jakarta in February to April 2015. Of the 315 subjects enrolled, 52 subjects could be analysis. Subjects were measured for body weight (BW), height, food intake interviews, fecal sample measurement and birth weight measurement. Characteristic of the subjects showed that 82,7% has middle to lower education level and 59,6% has revenue under provincial minimal wage. More than eighty percent of subjects did not receive adequate energy intake per day, and 73,1% subjects were categorized as overweight to obese. In this study, there are no correlation between nutrition intake and birth weight. There is also no correlation between gut microbiota Bifidobacterium (r = 0,134; p>0,05), Lactobacillus (r = -0,118; p>0,05) and Staphylococcus (r = 0,43; p>0,05) and birth weight.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grentina Dwi Prawesti
"Latar belakang: Pada trimester ketiga terjadi peningkatan patogen yang dapat disebabkan oleh gangguan kerja imunitas usus akibat defisiensi seng, sehingga menekan pertumbuhan Bifidobacterium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar seng serum dan jumlah Bifidobacterium usus pada kehamilan trimester ketiga.
Desain: Studi potong lintang pada 52 wanita hamil ≥32 minggu, berusia 19–44 tahun dan memenuhi kriteria penelitian di 10 Puskesmas Kacamatan Jakarta Timur. Dinilai asupan seng dan besi menggunakan SQ-FFQ. Asupan protein, lemak dan total kalori menggunakan 2x24 hours food recall. Dilakukan pengukuran seng serum dan penghitungan Bifidobacterium usus.
Hasil: Didapatkan asupan seng kurang dengan rerata 8,74±3,90 mg/hari. Defisiensi seng didapatkan pada 75% subjek. Jumlah Bifidobacterium usus subjek memiliki median sebesar 7,7 (5,12–9,50) log sel/gram. Kelompok defisiensi seng memiliki nilai median yang lebih rendah. Uji korelasi didapatkan nilai r=0,04 dengan p=0,81.
Kesimpulan: Tidak ditemukan korelasi antara kadar seng serum dan jumlah Bifidobacterium usus kehamilan trimester ketiga.

Background: Numbers of pathogen were increases in the third trimester of pregnancy that can be caused by impairment of gut immune function due to zinc serum deficiency, thereby suppressing the growth of Bifidobacterium. This study was conducted to investigate the relationship between zinc serum levels and gut Bifidobacterium numbers in the third trimester of pregnancy.
Design: A cross-sectional study recruited 52 pregnant women among 19–44 years old with gestational age ≥32 weeks and met the study criteria were conducted in 10 Community Health Center at East Jakarta. Dietary intake such as zinc and iron through SQ-FFQ, protein, fat and total calories using 2x24 hours food recall were assessed. Measurement of serum zinc level and quantification of gut Bifidobacterium numbers were generated.
Results: The entire subject had poor zinc intake with mean value 8,74±3,90 mg/day. Zinc deficiency was found in 75% subjects. Median number of gut Bifidobacterium was 7,7 (5,12–9,50) log cell/gram and subjects with zinc deficiency had lower median value. Correlation test score r=0,04 and p=0,81.
Conclusion: There was no correlation between serum zinc levels and gut Bifidobacterium numbers in the third trimester of pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library