Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bangkit Syuhada
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31613
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI-Press, 2013
321.8 BEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Walid Musthafa S.
"ABSTRAK
Otonomi daerah di Indonesia didasarkan atas penguatan demokrasi di tingkat lokal.
Dalam konteks politik, penguatan tersebut diwujudkan dalam bentuk pemilihan kepala
daerah langsung. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung telah dilaksanakan sejak
tahun 2005 sampai dengan saat ini. Pada pilkada tersebut, banyak dimenangkan oleh elit
birokrat yang maju menjadi calon. Sejak tahun 2005 sampai dengan 2010, sebanyak 40 %
pilkada dimenangkan oleh elit birokrat setempat.
Pilkada kota Medan tahun 2010 diikuti sepuluh pasangan calon. Dari sepuluh
pasangan calon tersebut, Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin merupakan pasangan calon
yang keduanya berlatar belakang birokrat. Selain itu, pasangan ini diusung oleh partai
Demokrat dan partai Golkar. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan
mengungkap strategi pemenangan yang dijalankan oleh pasangan ini pada pilkada Medan
2010.Beberapa pendekatan teori digunakan untuk menganalisis strategi pemenangan
tersebut, yakni teori strategi dan kampanye politik, teori elit, teori pemilu dan teori partai
politik.
Temuan dari penelitian ini adalah bentuk strategi kampanye dan mobilisasi politik
yang diterapkan secara sistemtis dan terukur dengan melibatkan kekuatan elit birokrasi
aktif di lingkungan pemerintah kota Medan elit-elit lokal yang digalang melalui tim
relawan pemenangan dan partai politik pendukung. Secara teori, model kampanye yang
diterapkan oleh pasangan ini adalah the communicative functions model. Model ini melalui
beberapa tahapan, yakni tahapan proses pemunculan, pemetaan daerah kampanye, tahap
primary, dan tahap pelaksanaan pemilihan. Dalam setiap tahapan yang dijalankan oleh tim
pemenangan, jaringan birokrasi aktif pemerintah kota Medan dari tingkat kepala dinas,
camat dan lurah terlibat aktif secara langsung maupun tidak langsung melalui penggunaan
kewenangan formal di setiap tingkatan. Kewenangan tersebut seperti anggaran dan fasilitas
pemerintah, data dan jaringan informasi, serta jaringan struktural birokrasi sampai pada
tingkat kepala lingkungan.
Efektifitas strategi pemenangan yang dijalankan oleh pasangan Rahudman
Harahap-Dzulmi Eldin terletak pada dukungan struktur dan jaringan birokrasi yang secara
sistematis menggunakan seluruh resources of power yang dimiliki mengendalikan
sumber-sumber kekuatan lokal dalam memenangkan pasangan Rahudman Harahap-
Dzulmi Eldin.
Penelitian ini mengkonfirmasi teori strategi politik sebagai suatu strategi terkelola
dan terukur melalui tahapan-tahapan dan pelaksanaan strategi secara sistematis dan adanya
dorongan dari birokasi yang masih bercirikan patrimonial dalam pemenangan pasangan
Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin.

ABSTRACT
Local autonomy in Indonesia based on the strengthening of local democracy. In
political contex, the strengthening implemented by local direct election. Local direct
election has been conducted since 2005 until now. Many of the local election winning by
the elite bureaucrats who ran as a candidate. Since 2005 until 2010, 40 % local direct
election winning by the elite bureaucrats.
Medan elections in 2010 followed by ten candidates. From the ten candidates,
Rahudman-Eldin was the candidate who rise up from elite bureaucrats background.
Moreover, this candidate ran to the election with Demokrat Party dan Golkar Party. With
this background, this study aims to reveal winning strategies that are run by the candidate
in Medan election 2010. Several theoretical approaches used to analyze the winning
strategy, such as the theory of strategy and political campaigns, elite theory, the theory of
elections and political party theory.
This research finds the form of campaign strategy and political mobilization that
implemented systematically and measurable by engaging bureaucratic elite forces, local
elites and winning volunteers. Theoretically, the model of campaign adopted by this
candidate is the “model of communicative functions”. This model through several stages,
surfacing stages, regional mapping, the primary stage, and the election stage. Every stage
which is run by the team of campaign, most of elites bureaucrats in Medan use their
authority to support winning process of the candidate. The authority, like budget and
government facilities, data and network of information, and structural network of
bureaucracy.
The effectiveness of the winning strategy run by Rahudman Harahap-Eldin Dzulmi
lies on the support of structure and bureaucratic network that systematically use their
whole resources of power to control the sources of local power in purposes to winning
Dzulmi Rahudman Harahap-Eldin in Medan Election 2010.
This research confirms the theory of political strategy as a managed and scalable
strategy through several stages and implementated by systematically with the
encouragement of patrimonial bureaucracy that characterized in winning of Rahudman-
Eldin."
2013
T33315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Muh. Darlis
"ABSTRAK
Pelanggaran wilayah udara dan kontrol udara Indonesia oleh Singapuramerupakan
aspek penting dan strategis bagi pertahanan dan keamanan wilayah negara Indonesia.
Perhatian pemerintah Indonesia terhadap pentingnya ruang udara menunjukkan bahwa
kualitas kebijakan negara terhadap matra udara belum signifikan. Ruang udara Indonesia
yang dikontrol oleh Singapura merupakan merupakan hal penting bagi Indonesia untuk
ditinjau kembali dalam rangka menegakkan keutuhan negara.
Perjanjian antara Indonesia dan Singapura soal ruang udara dalam pelaksanaannya
telah banyak menimbulkan kendala baik dari penerbangan sipil Indonesia maupun
pelaksanaan operasi dan penegakan hukum di wilayah sekitar Tanjung Pinang dan Natuna
yang dilaksanakan baik oleh TNI AU maupun oleh TNI AL yang melaksanakan operasi
maritim maupun operasi udara, karena pengendalian ruang udara tersebut ada pada Air
Traffic Control (ATC) Singapura.
Sebagai pijakan teoritis penelitian ini menggunakan teori pembangunan politik
dari Samuel P. Huntington, teori orientasi pembuat kebijakan dari K.J. Holsti, dan teori
kebijakan publik menurut William Dunn. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif, sedangkan tipe penelitian adalah deskriptif analisis sedangkan metode
pengumpulan data dengan wawancara dan studi dokumen.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah
Indonesia terkait Flight Information Region (FIR) tidak sesuai dengan kepentingan
pertahanan udara nasional Indonesia. TNI AU sebagai pelaksana tugas pokok pertahanan
nasional matra udara bukan menjadi pihak insider untuk turut menentukan lahirnya
kebijakan negara di bidang FIR. Pengambilan keputusan hanya berada dalam satu lembaga
negara dan tidak mengikutsertakan lembaga lain yang berkompeten dalam merumuskan
kebijakan strategis.
Implikasi teori menunjukkan bahwa terori Huntington yang mengatakan bahwa salah
satu unsur dari pembangunan politik (antara lain) membutuhkan penonjolan tegas
kedaulatan eksternal negara bangsa dalam menangkal pengaruh internasional. Tesis
Huntington tersebut mensyaratkan adanya ketegasan dengan menggunakan seluruh
otoritasnya dalam menjaga seluruh wilayah kedaulatannya. Sementara K.J. Holsti
mengatakan bahwa dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, pengambilan keputusan
didominasi oleh orientasi para pembuat kebijakan tingkat tinggi (high level policy makers).
Holsti memberikan penekanan yang lebih kuat tentang pentingnya melihat orientasi para
pembuat keputusan/kebijakan. Pendapat kedua ahli tersebut tidak terlihat digunakan dalam
pembuatan kebijakan di Indonesia. Selain itu tahapan kebijakan publik dari William Dunn
seperti : Penyusunan Agenda, Formulasi kebijakan, Adopsi Kebijakan, Implementasi
Kebijakan, Evaluasi Kebijakan tidak menjadi referensi bagi pengambil kebijakan negara
Indonesia.

ABSTRACT
The violation of the Indonesian air space and the control to Singapore is
the crucial aspect even strategic to Indonesian security and defense. The deficient
of Indonesian government attention to the air space is showing the quality of state
policy to airspace tends to less significant. The air space, which has been
controlling by Singapore, is becoming big issue to be reviewed in building the
Indonesian sovereignty.
The agreement of air space between Indonesia and Singapore has impacted
to Indonesian civil flights even for operation implementation and law enforcement
in Tanjung Pinang and Natuna authorities that conducted by both Indonesian
Navy and Air Force that have implemented maritime and air space operations as
the control base of air space using the Singapore Air Traffic Control (ATC).
The theoretical base of this research applies the politic development of
Samuel P. Huntington, policy maker orientation theory of K.J. Holsti, and the
theory of public policy by William Dunn. This research is implemented a
qualitative method and used descriptive analysis research type with interviewing
and documents study in gaining the data collection.
The findings from this research have shown that the policy of Indonesian
government dealing with Flight Information Region (FIR) did not meet with the
need of Indonesian national air force defense. The Indonesian Air force as the
agent of the main duty in defending the national air space is not the insider party
in determining state policies of FIR. The decision making was merely determined
in a state institution without involving related institutions that have competence in
designing strategic policy.
Theory implication is showing that Huntington theory revealed that one
element in politic development acquires a firm state and country external
sovereignty in preventing international effects. Huntington thesis requires
firmness in using whole authorities to defend all Indonesian sovereignty areas.
Meanwhile, K.J. Holsti said that in a process of designing overseas policy, the
decision taking dominated by an orientation of high level policy makers. Holsti
strongly emphasized to the importance of orientation observation of the decision
and policy makers. The opinion of the both experts seems unlikely implemented
in policy designing in Indonesia. In addition, the William Dunn of public policy
such as: Agenda arrangement, Policy formulation, Policy adoption, Policy
implementation, and Policy evaluation are not implemented as references in
policy taking in Indonesia."
2013
T33632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library