Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jesslyn Metta Santi
"Fast food adalah jenis makanan yang sudah diolah atau dimasak dalam waktu singkat dan disajikan cepat atas dasar pesanan, dalam kondisi yang masih panas, dan dapat dibawa pergi untuk dikonsumsi di jalan. Fast food ditandai dengan kandungan gizi yang tidak seimbang, dimana sebagian besar mengandung kalori, lemak, gula dan garam yang relatif tinggi, tetapi kandungan serat rendah. Saat ini, industri fast food telah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi pola makan remaja akibat peningkatan frekuensi konsumsi fast food. Remaja sedang mengalami perubahan dalam pola gaya hidup, seperti perilaku makan yang berubah dan pilihan makanan yang dikonsumsi cenderung tidak sehat, yaitu makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak. Dibuktikan dari WHO (2020) yang menyatakan bahwa 80% remaja di seluruh dunia sering mengonsumsi fast food dan Nilsen (2009) menyatakan 69% masyarakat Indonesia sering mengonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional yang melibatkan 151 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret – April 2024 dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa 76,2% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil analisis uji bivariat menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara uang saku untuk membeli fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), jarak kampus ke gerai fast food (p-value 0,002; OR 3,600), promosi fast food (p-value 0,042; OR 2,445), dan paparan media sosial instagram (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast food. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis kelamin (p-value 0,370), uang saku keseluruhan (p-value 0,331), pengetahuan gizi dan fast food (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan jarak tempat tinggal ke gerai fast food (p-value 0,685). Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan mahasiswa dapat mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan membatasi penggunaan media sosial dan pengaruh iklan serta promosi fast food.

Fast food is a type of food that has been processed or cooked in a short time and that is served quickly on order basis, in a still hot condition, and can be taken away to be eaten in the street. Fast food is characterized by unbalanced nutritional intake, which is mostly high in calories, fat, sugar and salt, but low in fiber. Currently, the fast food industry has grown rapidly around the world, including in Indonesia. This may affect adolescents' diet due to increased frequency of fast food consumption. Adolescents are experiencing changes in lifestyle patterns such as changing dietary behavior and food choices that are consumed which are often unhealthy, such as foods that contain high amounts of sugar, salt, and fat. Evidenced by WHO (2020) which states that 80% of adolescents around the world often consume fast food and Nilsen (2009) states that 69% of people in Indonesia often consume fast food. This study aims to determine factors related to fast food consumption among students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia class of 2023. This research was conducted using a cross-sectional method involving 151 respondents. Data collection was carried out from Maret – April 2024 using the simple random sampling. The results showed that 76,2% of respondents consumed fast food frequently (≥ 3 times/week). The results of the bivariate test analysis showed that there is a significant difference between pocket money to buy fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), campus distance to fast food outlets (p-value 0,002; OR 3,600), fast food promotion (p-value 0,042; OR 2,445), dan of social media instagram exposure (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast. However, it is no significant difference between gender (p-value 0,370), total pocket money (p-value 0,331), nutrition and fast food knowledge (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan residential distance to fast food outlets (p-value 0,685). After knowing the research results, it is hoped that college students can eat healthier foods and limit the use of social media and the influence of advertisements and fast food promotions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rafid Billy Ramadhan
"Konsumsi suplemen memiliki manfaat bagi performa olahraga. Meskipun demikian, banyak dari pengguna pusat kebugaran yang mengonsumsi suplemen tanpa panduan tenaga profesional seperti nutrisionis/dietisien. Hal ini meningkatkan risiko penggunaan suplemen yang kurang tepat, sehingga berpotensi menimbulkan dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi suplemen serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya pada pengguna pusat kebugaran terpilih di Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode cross-sectional pada 116 pengguna pusat kebugaran dari 3 pusat kebugaran di Jakarta. Variabel independen yang diteliti yaitu Muscle Dysmorphia, Exercise Addiction, self-esteem, citra tubuh, usia, jenis kelamin, durasi latihan, pengalaman latihan, intensitas latihan, dan paparan media sosial. Hasil yang didapatkan adalah prevalensi konsumsi suplemen adalah sebesar 67,2%. Sumber informasi terkait suplemen paling umum didapatkan dari teman atau internet. Uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin (OR = 3,055; 95% CI: 1,298—7,188), pengalaman latihan 7—12 bulan (OR = 5,4; 95% CI: 1,621—17,991) dan >1 tahun (OR = 5,091; 95% CI: 1,910—13,571) dengan konsumsi suplemen. Oleh karena itu, intervensi disarankan untuk dilakukan pada laki-laki atau orang yang sudah berolahraga di pusat kebugaran lebih dari 6 bulan. Pengguna pusat kebugaran juga disarankan untuk berkonsultasi dengan nutrisionis/dietisien sebelum memutuskan untuk menggunakan suplemen.

Supplement consumption provides many potential benefits for exercise performance. However, many gym members use supplements without consulting professionals such as nutritionist/dietitian. This increases the risk of inappropriate supplement consumption, which in turn increases the potential of getting negative side effects. This study aims to describe the consumption of supplements and the factors associated with them among users of selected fitness centers in Jakarta. This is a cross-sectional study conducted on 116 fitness center users from 3 fitness centers in Jakarta. The independent variables studied were Muscle Dysmorphia, Exercise Addiction, self-esteem, body image, age, gender, exercise duration, exercise experience, exercise intensity, and social media exposure. Results showed that 67,2% of the respondents had used supplements. The main source of information were friends and internet. The chi-square test showed a significant relationship between gender (OR = 3,055; 95% CI: 1,298—7,188), exercise experience of 7—12 months (OR = 5,4; 95% CI: 1,621—17,991) and >1 year (OR = 5,091; 95% CI: 1,910—13,571) with supplement consumption. Intervention is recommended for men or people who have been exercising at the fitness center for more than 6 months. Fitness center members are also advised to consult a nutritionist/dietitian before deciding to use supplements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angeline
"Obesitas sentral atau abdominal obesity merupakan kondisi tubuh yang mengalami akumulasi lemak di bagian tengah perut (intra-abdominal fat) yang merupakan faktor utama terjadinya insidens penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik. Prevalensi obesitas sentral terus meningkat termasuk di Jakarta. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pola makan vegetarian memiliki risiko lebih rendah mengalami obesitas sentral. Adapun, penelitian mengenai obesitas sentral pada kelompok vegetarian di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi obesitas sentral dan hubungan antara jenis diet vegetarian dan faktor lainnya yang berhubungan dengan obesitas sentral pada kelompok dewasa vegetarian dan non-vegetarian usia 20-59 tahun di Pusdiklat Buddhis Maitreyawira dan Vihara Prajna Dhyana Jakarta tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional dengan melibatkan 139 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai April 2024 dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,8% responden tergolong obesitas sentral dengan proporsi obesitas sentral pada non-vegetarian (70,0%) dibandingkan vegetarian (46,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara pola makan vegetarian dan non-vegetarian (p-value 0,041), usia (p-value 0,001), status pernikahan (p-value 0,011), asupan energi (p-value 0,002), asupan protein (p-value 0,034), asupan lemak (p-value ≤0.001), aktivitas fisik (p-value ≤0,001), kebiasaan mengemil (p-value 0,004), dan durasi tidur (p-value ≤0,001) dengan obesitas sentral. Namun, tidak berhubungan dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, asupan karbohidrat, kebiasaan konsumsi fast food, makanan/minuman manis, dan gorengan.

Central obesity or abdominal obesity is a body condition that experiences fat accumulation in the middle of the abdomen (intra-abdominal fat) which is a major factor in the incidence of cardiovascular disease and metabolic syndrome. The prevalence of central obesity continues to increase, including in Jakarta. Various studies show that a vegetarian diet has a lower risk of central obesity. Meanwhile, research on central obesity in vegetarian groups in Indonesia is still limited. This study aims to determine the prevalence of central obesity and the relationship between the type of vegetarian diet and other factors related to central obesity in a group of vegetarian and non-vegetarian adults aged 20-59 years at the Maitreyawira Buddhist Education and Training Center and the Prajna Dhyana Vihara Jakarta in 2024. This research was conducted using a cross-sectional method involving 139 respondents. Data collection was carried out from March to April 2024 using the purposive sampling method. The results showed that 51.8% of respondents were classified as central obese with the proportion of central obesity in non-vegetarians (70.0%) compared to vegetarians (46.8%). The results of bivariate analysis showed a relationship between vegetarian and non-vegetarian diets (p-value 0.041), age (p-value 0.001), marital status (p-value 0.011), energy intake (p-value 0.002), protein intake ( p-value 0.034), fat intake (p-value ≤0.001), physical activity (p-value ≤0.001), snacking habits (p-value 0.004), and sleep duration (p-value ≤0.001) with central obesity. However, it is not related to gender, education level, carbohydrate intake, fast food consumption habits, sweet foods/drinks, and fried foods."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Karyoko
"Indonesia merupakan negara ketiga dengan konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) tertinggi di Asia Tenggara di tahun 2022, dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter per orang setiap tahunnya. Sebanyak 61,3% masyarakat Indonesia mengonsumsi lebih dari 1 kali per hari menurut Riskesdas pada tahun 2018 dan meningkat menjadi 47,5% pada data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola dan tingkat konsumsi SSBs dengan berbagai faktor pada siswa/i SMA Negeri 68 Jakarta tahun 2024. Penelitian ini merupakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan jumlah responden sebanyak 134 orang. Data yang diambil merupakan data primer dengan pengisian kuesioner serta wawancara untuk pengisian food recall 24 hours dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Setelahnya, data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat (uji chi-square). Dari pengujian univariat, diperoleh hasil 12,69% responden termasuk dalam kategori konsumsi SSBs yang tinggi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan SSBs di rumah (p-value = <0,001; OR = 20,000) dan pengaruh teman sebaya (p-value = 0,018; OR = 4,588) dengan konsumsi SSBs pada remaja di SMA Negeri 68 Jakarta tahun 2024. Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan siswa/i SMA Negeri 68 Jakarta mengetahui kondisi tingkat konsumsi SSBs dapat menyebarkan kesadaran akan pentingnya membatasi konsumsi minuman berpemanis kepada keluarga maupun lingkungan terdekat. Pihak keluarga disarankan untuk dapat membatasi ketersediaan minuman berpemanis di rumah dan memberikan contoh dalam membatasi konsumsi minuman berpemanis dengan membaca kandungan gizi yang tertulis pada label gizi sebelum membeli, serta mempelajari lebih lanjut dampak dan fakta-fakta terbaru mengenai minuman berpemanis.

Indonesia is the third highest country in Southeast Asia for Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption in 2022, with a consumption rate of 20.23 liters per person per year. According to Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018, 61.3% of the Indonesian population consumed more than once a day, and this figure increased to 47.5% in Survei Kesehatan Indonesia (SKI) in 2023. This study aims to describe the patterns and levels of SSB consumption along with various factors among students of SMA Negeri 68 Jakarta in 2024. This research utilizes a cross-sectional study design conducted in April-May 2024, with a total of 134 respondents. The data collected is primary data obtained through questionnaires and interviews for 24-hour food recall and the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). The data obtained were analyzed by univariate and bivariate analysis (using the chi-square test). From the univariate analysis, it was found that 11.94% of respondents fall into the high SSB consumption category. Bivariate analysis shows a significant relationship between the availability of SSBs at home (p-value = < 0.001; OR = 20,000) and peer influence (p-value = 0,018; OR = 4,588) with SSB consumption among adolescents at SMA Negeri 68 Jakarta in 2024. After understanding the research results, it is expected that the students of SMA Negeri 68 Jakarta will be aware of their SSB consumption levels and can spread awareness about the importance of limiting sweetened beverage consumption to their families and close environment. Families are advised to limit the availability of sweetened beverages at home and set an example in limiting sweetened beverage consumption by reading nutritional content on labels before purchasing, as well as further studying the impacts and latest facts about sweetened beverages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irbah Khalidina Pangeran
"Asupan gizi seimbang merupakan hal yang penting karena dapat memengaruhi kondisi gizi sehingga memengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Namun, pola konsumsi pangan masyarakat berpenghasilan rendah di DKI Jakarta belum sesuai dengan pesan gizi seimbang karena kondisi perekenomian yang tidak mendukung. Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), seperti Foodbank of Indonesia (FOI), telah menjalankan program perlindungan sosial untuk mengatasi kemiskinan dan kerentanan sosial masyarakat, namun masyarakat tetap kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan determinan yang berhubungan dengan frekuensi pemenuhan gizi seimbang pada nasabah FOI di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan ialah cross-sectional dengan sampel sebanyak 321 nasabah FOI (usia >= 21 tahun) di Provinsi DKI Jakarta menggunakan metode convenience sampling. Instrumen yang digunakan adalah hasil adaptasi dan modifikasi dari 7-Days Quantiative-FFQ (Food Frequency Questionnaire), Pearlin's Chronic Strain, AFSSM (Adult Food Security Survey Module), LTE (Life-Threatening Event), dan PHQ (Patient Health Questionnaire). Pengambilan data telah dilakukan pada bulan Juli-November 2023 dengan melakukan wawancara berbasis kuesioner dan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketegangan finansial (p=0,053; OR=2,521; 95% CI 1,055-6,026), tingkat ketahanan pangan (p=0,029; OR=2,728; 95% CI 1,167-6,379), tingkat pendidikan (p=0,041; OR=2,644; 95% CI 1,106-6,319), dan tingkat depresi dan kecemasan (p=0,008; OR=3,484; 95% CI 1,412-8,598) dengan frekuensi pemenuhan gizi seimbang.

A balanced nutritional intake is important because it can affect nutritional conditions, thus affecting individual and community health. However, the food consumption patterns of low-income communities in DKI Jakarta are not in line with the balanced nutritional guidelines due to unfavorable economic conditions. Government and non-governmental organizations (NGOs) such as the Foodbank of Indonesia (FOI) have implemented social protection programs to address poverty and social vulnerability, but people still struggle to meet their food requirements. This study aims to map the determinants associated with the frequency of fulfilling balanced nutrition among FOI customers in Province of DKI Jakarta. The research design used was cross-sectional with a sample of 321 FOI customers (aged >= 21 years old) in DKI Jakarta using the convenience sampling method. The instruments used were adaptations and modifications of the 7-Days Quantitative-FFQ (Food Frequency Questionnaire), Pearlin's Chronic Strain, AFSSM (Adult Food Security Survey Module), LTE (Life-Threatening Event), and PHQ (Patient Health Questionnaire). Data collection was carried out in July-November 2023 by conducting questionnaire-based interviews and distributing questionnaires. The results showed that there was a significant association between the level of financial strain (p=0.053; OR=2.521; 95% CI 1.055-6.026), level of food security (p=0.029; OR=2.728; 95% CI 1.167-6.379), level of education (p=0.041; OR=2.644; 95% CI 1.106-6.319), and level of depression and anxiety (p=0.008; OR=3.484; 95% CI 1.412-8.598) with the frequency of fulfilling balanced nutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octiana Syeira Prameswari
"Remaja memerlukan pemenuhan gizi yang baik selama masa tumbuh dan kembangnya. Remaja yang diteliti, merupakan siswa SMP yang memiliki rentang umur 12-14 tahun. Makanan selingan yang berkualitas secara porsi dan jenisnya dapat berkontribusi sebanyak 5-15% dari kebutuhan kalori harianya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi makanan selingan, seperti pengaruh lingkungan pertemanan dan media sosial, pengetahuan gizi, serta sikap siswa terhadap makanan selingan. Penelitian ini mengambil populasi di SMP swasta Y yang terletak di Depok. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner dan Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2024. Penelitian melibatkan 123 siswa yang dipilih dengan metode convenience sampling. Mayoritas s iswa di SMP Y, diketahui memiliki pola konsumsi makanan selingan yang baik (58,5%). Berdasarkan hasil uji bivariat yang menggunakan chi-square, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pola konsumsi makanan selingan (p-value = 0,003). Diperlukan kerjasama dan edukasi lebih lanjut terkait dengan konsumsi makanan selingan yang baik secara jenis dan porsinya kepada orang tua murid maupun siswa di SMP Y. Sekolah juga dapat memaksimalkan program yang terkait dengan makanan selingan agar dapat tercapai pola konsumsi makanan selingan yang baik.

Adolescents require good nutritional intake during their growth and development period. The adolescents studied in the research are middle school students aged 12-14 years. Good quality of snacks, in terms of portion and type, can contribute 5-15% of their daily caloric needs. This study aims to identify the factors related to snack consumption, such as the influence of peers and social media, nutritional knowledge, and adolescents' attitudes towards snacks. The study was conducted with a population from Y private middle school located in Depok. The method used is quantitative with a cross-sectional study design. The research was conducted through questionnaires and Food Frequency Questionnaires (FFQ) carried out from January to May 2024. This study involved 123 students selected using convenience sampling. It was found that students at Y private middle school have a good snacking behaviour (58,5%). Based on the bivariate test results using chi-square, it was found a significant relationship between knowledge and snacking behaviour (p-value = 0,003). Further cooperation and education are needed regarding proper snack consumption in terms of type and portion for both parents and students at Y private middle school. Schools can also optimize their nutrition policies related to snack consumption to promote healthy snacking behavior"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library