Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
P. Wisnu Aditya B.
Abstrak :
Prasangka terhadap suatu kelompok agama tertentu merupakan sebuah masalah yang melanda Indonesia. Meskipun terdapat norma dan ajaran-ajaran yang mendorong masyarakat kita untuk menghormati umat beragama lain, prasangka dan diskriminasi tetap terjadi. Terror Management Theory (TMT) bisa memberikan penjelasan mengenai masalah ini. Untuk ini, sebuah eksperimen dilakukan untuk menguji pengaruh dari mortality salience (MS) terhadap prasangka agama dan peran self esteem (SE) sebagai moderator dari pengaruh MS. Dengan melibatkan partisipan Muslim (N=38), hasil penelitian menunjukkan bahwa MS tidak meningkatkan prasangka agama secara keseluruhan, tapi meningkatkan stereotipe dan afek negatif partisipan terhadap anggota kelompok Kristen. Di sisi lain, SE tidak terbukti sebagai moderator antara MS dan prasangka agama. ......Prejudice toward a specific religious group is one of the problems that exist in Indonesia. Even though there are norms and values that encourages to respect other religious groups, prejudice and discrimination still existed. Terror Management Theory (TMT) could explain this phenomenon. In order to explain this phenomenon, an experiment is conducted to test the influence of mortality salience (MS) on religious prejudice and also the moderating role of self esteem (SE). Involving Moslem partricipants (N=38), results shows that MS did not increases the level of religious prejudice as a whole, but it does increases the level of negative stereotype and affect towards Christianity believers. In other hand, we have determined that SE is not a moderator between MS and religious prejudice.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibadurrahman
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sikap implisit dan sikap eksplisit remaja terhadap iklan kondom sensual dan iklan kondom simbolik. Pengukuran sikap implisit menggunakan Implicit Association Test (IAT) dan pengukuran sikap eksplisit menggunakan skala semantik diferensial. Partisipan berjumlah 40 orang remaja berusia 16-18 tahun yang merupakan siswa SMA negeri di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja memiliki sikap implisit yang positif terhadap iklan kondom sensual, sedangkan secara eksplisit remaja memiliki sikap yang positif terhadap iklan kondom simbolik. Berdasarkan hasil tersebut, penggunaan konten sensual pada iklan kondom dapat dilakukan. ......The study was conducted to examine the implicit attitude and explicit attitude among adolescents toward sensual condom ads and symbolic condom ads. Implicit attitude was measured using the Implicit Association Test (IAT) and explicit attitude measured using a semantic differential scale. Participants are 40 adolescents, senior high school students, 16-18 years old in Jakarta. The results of this study indicated that adolescents have a positive implicit attitude toward sensual condom ads, but have a positive explicit attitude toward symbolic condom ads. The result indicated that sensual condom ads can be used as a message content targeted to adolescent.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasakti Tenri Fanyiwi
Abstrak :
Ego depletion adalah efek yang kuat dan sudah dibuktikan oleh banyak penelitian. Selama ini, ego depletion hanya dijelaskan oleh Strength Model of Self-Control. Namun motivasi dapat menjadi penjelasan alternatif atas efek ego depletion. Penelitian ini membandingkan kedua penjelasan tersebut untuk mengetahui penjelasan mana yang lebih baik dalam menjelasakan efek ego depletion. Sebuah eksperimen didesain di mana kedua penjelasan tersebut memberikan prediksi hasil yang berbeda. Prediksi yang berbeda dari setiap penjelasan memungkinkan penelitian untuk menyimpulkan model mana yang lebih baik. Hasil penelitian sesuai dengan prediksi dari Strength Model of Self-Control dan tidak sesuai dengan prediksi dari penjelasan motivasi. Karena itu, Strength Model of Self-Control memberikan penjelasan yang lebih baik atas efek ego depletion dari penjelasan motivasi. ......Ego depletion is a robust effect and has been replicated by many experiments. Ego depletion has always been explained by Strength Model of Self-Control. However, motivation is a plausible alternative explanation of ego depletion effect. This study compared these two explanations to determine which explanation is better in explaining ego depletion effect. An experiment was designed in which the two explanations gave different predictions of results. Different predictions from each explanation allowed the study to conclude which model is better. The results were consistent with predictions from Strength Model of Self-Control and inconsistent with prediction from motivation explanation. Therefore, Strength Model of Self-Control gives a better explanation of ego depletion effect than motivation explanation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Riswan
Abstrak :
Penelitian ini ingin membuktikan apakah kelelahan mempengaruhi seseorang dalam melakukan interaksi. Lebih jelasnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana keramahan seseorang ketika melakukan interaksi setelah pengerjaan tugas deret angka dalam konteks agama. Diduga bahwa tingginya motivasi implisit mengendalikan prasangka dalam diri seseorang dapat membuat seseorang lebih ramah ketika melakukan interaksi antar agama, bahkan ketika ia mengalami kelelahan. Studi ini dilakukan pada 44 orang partisipan Muslim yang diinteraksikan dengan konfederat Islam atau Kristen sesuai pembagian kelompok. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh kelelahan akibat pengerjaan tugas terhadap keramahan seseorang ketika melakukan interaksi. Dalam kondisi kelelahan, seseorang terbukti menunjukkan keramahan yang lebih rendah ketika melakukan interaksi. Akan tetapi, peneliti tidak menemukan adanya pengaruh interaksi antar agama dan motivasi implisit mengendalikan prasangka terhadap keramahan yang ditampilkan ketika berinteraksi. ......This study aimed to verify whether fatigue affect people in the interaction. More specifically, researchers wanted to know how a person's friendliness when interacting in a religious context after the sequence of numbers task execution. It was hypothesized that the higher implicit motivation to control prejudice can made a person friendlier when doing inter-religious interaction, even when he experience fatigue. This study was conducted on 44 Moslem participants. Half of the group was interacted with Moslem confederate, and the other half were interacted with Christian. This study was able to prove the influence of fatigue due to work duties towards one's friendliness when interacting. People who were under a fatigue condition showed a lower level of friendliness in their interaction performance then those who were not. However, the researchers found no effect of interaction between religion and implicit motivation to control prejudice against the friendliness when interacting.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Okto Danamasi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesediaan berkorban bagi negara. Identity fusion merupakan prediktor dari kesediaan berkorban bagi negara (Swann, Gomez, Seyle, Morales, & Huici, 2009). Identity fusion adalah suatu kondisi menyatunya identitas personal dan identitas sosial sehingga keduanya aktif dan berfungsi secara bersamaan dan setara. Sementara itu, kesediaan berkorban bagi negara juga dipengaruhi oleh Patriotisme. Patriotisme adalah sikap individu pada negara yang muncul dari evaluasi positif atas negaranya (Bar-Tal & Staub, 1997). Ada dua tipe patriotisme yaitu patriotisme konstruktif dan patriotisme buta. Patriotisme konstruktif adalah sikap individu pada negara dengan sikap kritis dan menuju perubahan yang positif, sebaliknya patriotisme buta adalah sikap individu pada negara dengan loyalitas yang utuh. Peneliti menduga bahwa patriotisme akan memoderatori hubungan identity fusion dengan kesediaan berkorban bagi negara. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu non experiment dengan responden mahasiswa sebanyak 248 orang. Peneliti mengukur kesediaan berkorban menggunakan skala kesediaan berperilaku ekstrim bagi kelompok, identity fusion dengan skala identity fusion yang terdiri dari pictorial dan verbal, serta mengukur patriotisme buta dan patriotisme konstruktif dengan skala patriotisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identity fusion merupakan prediktor dari kesediaan berkorban bagi negara, dan tidak ditemukan adanya efek moderasi patriotisme pada hubungan tersebut. ......The aim of the study is to examine the willingness to sacrifice for the country. Identity fusion is a predictor of willingness to sacrifice for the country (Swann, Gomez, Seyle, Morales, & Huici, 2009). Identity fusion is a condition when the personal identity and social identity is merging so those both are active and function simultaneously and equally. Meanwhile, the willingness to sacrifice for the country was also influenced by patriotism. Patriotism is the individuals attitude to the state that arises from a positive evaluation of the country (Bar-Tal & Staub, 1997). There are two types of patriotism: constructive patriotism and blind patriotism. Constructive patriotism is the individual's attitude to the country with a critical attitude towards positive change, otherwise blind patriotism is the individual's attitude to the country with whole loyalty. Researchers suspect that patriotism will moderate the relationship between identity fusion and willingness to sacrifice for the country. This study used a quantitative approach, involving 248 student respondents. Measurement used in this research are willingness to do extreme behavior for the group scale, identity fusion scale consisting of a pictorial and verbal, and patriotism scale. This study showed that identity fusion is predictor of willingness to sacrifice for the country and patriotism doesn?t have moderating effect on the relationship between them.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Okto Danamasi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesediaan berkorban bagi negara. Identity fusion merupakan prediktor dari kesediaan berkorban bagi negara (Swann, Gomez, Seyle, Morales, & Huici, 2009). Identity fusion adalah suatu kondisi menyatunya identitas personal dan identitas sosial sehingga keduanya aktif dan berfungsi secara bersamaan dan setara. Sementara itu, kesediaan berkorban bagi negara juga dipengaruhi oleh Patriotisme. Patriotisme adalah sikap individu pada negara yang muncul dari evaluasi positif atas negaranya (Bar-Tal & Staub, 1997). Ada dua tipe patriotisme yaitu patriotisme konstruktif dan patriotisme buta. Patriotisme konstruktif adalah sikap individu pada negara dengan sikap kritis dan menuju perubahan yang positif, sebaliknya patriotisme buta adalah sikap individu pada negara dengan loyalitas yang utuh. Peneliti menduga bahwa patriotisme akan memoderatori hubungan identity fusion dengan kesediaan berkorban bagi negara. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu non experiment dengan responden mahasiswa sebanyak 248 orang. Peneliti mengukur kesediaan berkorban menggunakan skala kesediaan berperilaku ekstrim bagi kelompok, identity fusion dengan skala identity fusion yang terdiri dari pictorial dan verbal, serta mengukur patriotisme buta dan patriotisme konstruktif dengan skala patriotisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identity fusion merupakan prediktor dari kesediaan berkorban bagi negara, dan tidak ditemukan adanya efek moderasi patriotisme pada hubungan tersebut. ......The aim of the study is to examine the willingness to sacrifice for the country. Identity fusion is a predictor of willingness to sacrifice for the country (Swann, Gomez, Seyle, Morales, & Huici, 2009). Identity fusion is a condition when the personal identity and social identity is merging so those both are active and function simultaneously and equally. Meanwhile, the willingness to sacrifice for the country was also influenced by patriotism. Patriotism is the individuals attitude to the state that arises from a positive evaluation of the country (Bar-Tal & Staub, 1997). There are two types of patriotism: constructive patriotism and blind patriotism. Constructive patriotism is the individual's attitude to the country with a critical attitude towards positive change, otherwise blind patriotism is the individual's attitude to the country with whole loyalty. Researchers suspect that patriotism will moderate the relationship between identity fusion and willingness to sacrifice for the country. This study used a quantitative approach, involving 248 student respondents. Measurement used in this research are willingness to do extreme behavior for the group scale, identity fusion scale consisting of a pictorial and verbal, and patriotism scale. This study showed that identity fusion is predictor of willingness to sacrifice for the country and patriotism doesn?t have moderating effect on the relationship between them.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T37633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zein Permana
Abstrak :
Penelitian ini bermaksud untuk menemukan stigma yang menjadi target prasangka dalam konteks masyarakat Indonesia; menguji pengaruh sosial dalam ekspresi prasangka; serta menguji peran kejelasan norma sosial dan perceived controllability stigma dalam memoderasi pengaruh sosial terhadap ekspresi prasangka. Dari 373 mahasiswi dalam rentang usia antara 19 - 22 tahun ditemukan bahwa pengaruh sosial dalam bentuk kehadiran orang lain yang mengutuk atau mendukung diskriminasi akan mempengaruhi ekspresi prasangka. Pengaruh kehadiran orang lain yang mengutuk atau mendukung diskriminasi terhadap ekspresi prasangka dimoderasi oleh kejelasan norma sosial. Sementara itu pengaruh sosial terhadap ekspresi prasangka tidak dimoderasi oleh perceived controlability stigma. ...... This present study assesses stigma in Indonesian context and examined the effects social influence toward expression of prejudice through moderation of social norm clarity and perceived controllability stigma. Results from373 female college students aged between 19-22 years old showed that social influence has direct effect on expression of prejudice and social norm clarity was proved to moderating the effect of social influence on expression of prejudice. On the other hand, perceived controllability was not proved to be the moderator.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T43163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gini Toponindro
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan menurunkan burnout pengasuh di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) "X" Jakarta yang merehabilitasi anak berkebutuhan khusus juvenile delinquency dengan meningkatkan dukungan sosial di tempat kerja melalui pelatihan empathic listening skill dan constructive feedback skill. Desain penelitian menggunakan one group pre test ? post test. Hasil analisis data menunjukan intervensi pelatihan empathic listening skill dan constructive feedback skill belum berhasil meningkatkan dukungan sosial di tempat kerja dan belum berhasil menurunkan seluruh dimensi burnout. Namun pelatihan empathic listening skill saja yang telah berhasil menurunkan dimensi depersonalization dari burnout.
This research aims to reduce foster parent burnout in Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) "X" Jakarta which is rehabilitating children with special needs ?juvenile delinquency? by improving social support at work through empathic listening skill training and constructive feedback skill training. The research design using the analysis result one group pre test - post test. The data analysis result shows that intervention by empathic listening skill and constructive feedback skill training has not succeeded in improving social support at workplace and have not managed to reduce a whole dimension of burnout. However, empathic listening skill training has been successful in reducing the dimension of depersonalization of burnout.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30629
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Kusumawardani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fundamentalisme beragama dan identitas sosial wanita Salafi yang bercadar, serta ingin mengetahui hubungan antara fundamentalisme beragama dengan identitas sosial pada wanita Salafi yang bercadar. Fundamentalisme beragama di sini merujuk pada keyakinan mereka yang mendasar dalam menjalani agama Islam. Sedangkan identitas sosial yang dimaksud adalah identitas sosial mereka sebagai kelompok Salafi. Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan metode korelasional pada 50 partisipan dengan pendidikan minimal SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita Salafi yang bercadar mayoritasnya memiliki fundamentalisme beragama yang tinggi dan identitas sosial yang cenderung moderate dan bervariasi dari rata-rata (agak rendah-agak tinggi) hingga tinggi, serta tidak ada hubungan yang signifikan antara fundamentalisme beragama dengan identitas sosial pada wanita Salafi yang bercadar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya fundamentalisme beragama tidak dapat dijelaskan dengan tinggi rendahnya identitas sosial mereka sebagai bagian dari kelompok Salafi. Dimungkinkan adanya faktor lain yang mempengaruhi kemunculan identitas sosial pada wanita Salafi yang bercadar.
ABSTRACT
This study aimed to describe of religious fundamentalism and social identity of Salafi women wearing veil and check the relationship between religious fundamentalism and social identity in Salafi women wearing veil. Veil is a fabric covering the face except the eyes. Religious fundamentalism refers to the fundamental beliefs in running the Islamic religion and social identity means their identity as a Salafi group. This study used a quantitative study with correlational design. Fifty Salafy women participated in this study. The results showed that majority of Salafi women wearing veil have high religious fundamentalism, and inclined moderate and have a variation from mean (slightly low-slightly high) to high social identity, and there was no significant relationship between religious fundamentalism with a social identity in Salafi women wearing veil. Thus, it can be concluded that the level of religious fundamentalism can not be explained by the level of their social identity as part of the Salafi group. Other possible factors may influence the emergence of social identity in Salafi women wearing veil.
2010
S3689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library