Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dheta Wiranti Sari
"[ABSTRAK
Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.;ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.;ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.;ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang., ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.]"
2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Surastiningsih
"[ABSTRAK
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak terbanyak kedua setelah kasus Diare. Tingginya faktor risiko pneumonia yang terdapat di perkotaan menjadikan pneumonia menjadi masalah kesehatan di perkotaan. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberi gambaran asuhan keperawatan yang telah diberikan pada anak dengan Pneumonia dan mengidentifikasi pengaruh tindakan postural drainage. Hasil yang diperoleh setelah pemberian tindakan postural drainage yang terangkai dalam fisioterapi dada yaitu menunjukkan adanya peningkatan status oksigenasi, sehingga pemberian tindakan keperawatan berupa postural drainage perlu dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada anak dengan pneumonia sesuai indikasi.ABSTRACT Pneumonia is the second most common cause of death of children after cases of diarrhea. Pneumonia becomes a part of urban public health problems because of its highly risk factor. The aims of this paper is to give description (to describe) about nursing care of children with Pneumonia and to identify the effectiveness application of postural drainage. The result showed that there is an increase in oxygenation state of client, which applied postural drainage and chest physiotherapy. Recommendation and to identify of this paper is postural drainage needs to be applied in combination with chest physiotherapy in order to solve the nursing diagnosis: airway clearance ineffective in children with Pneumonia as indicated.;Pneumonia is the second most common cause of death of children after cases of diarrhea. Pneumonia becomes a part of urban public health problems because of its highly risk factor. The aims of this paper is to give description (to describe) about nursing care of children with Pneumonia and to identify the effectiveness application of postural drainage. The result showed that there is an increase in oxygenation state of client, which applied postural drainage and chest physiotherapy. Recommendation and to identify of this paper is postural drainage needs to be applied in combination with chest physiotherapy in order to solve the nursing diagnosis: airway clearance ineffective in children with Pneumonia as indicated., Pneumonia is the second most common cause of death of children after cases of diarrhea. Pneumonia becomes a part of urban public health problems because of its highly risk factor. The aims of this paper is to give description (to describe) about nursing care of children with Pneumonia and to identify the effectiveness application of postural drainage. The result showed that there is an increase in oxygenation state of client, which applied postural drainage and chest physiotherapy. Recommendation and to identify of this paper is postural drainage needs to be applied in combination with chest physiotherapy in order to solve the nursing diagnosis: airway clearance ineffective in children with Pneumonia as indicated.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Rustiyaningsih
"[ABSTRAK
Nyeri merupakan salah satu masalah utama pada pasien kanker anak. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan memberikan gambaran penerapan, analisis Comfort Theory Kolcaba pada pasien kanker anak dengan nyeri, dan pencapaian kompetensi ners spesialis keperawatan anak. Penerapan teori dilakukan pada lima pasien, menggunakan pendekatan proses keperawatan. Pengkajian dan penetapan masalah keperawatan menggunakan struktur taksonomi Kolcaba. Intervensi dan implementasi menggunakan intervensi kenyamanan standar, coaching, dan comfort food for the soul. Evaluasi menggunakan comfort behavior scale menunjukkan hasil diakhir perawatan, nyeri berkurang, terkontrol, dan kenyamanan bertambah. Kompetensi tercapai sesuai target. Comfort Theory bisa menjadi pilihan dalam merawat pasien kanker anak dengan nyeri.

ABSTRACT
Pain is one of main problems in children with cancer. This study aimed to describe and to analyze: (1) the application of Kolcaba's Comfort Theory on children with cancer who experience pain, and (2) the competencies achieved by pediatric clinical nurse specialist. The theory was applied to five patients using nursing process approach. The assessment and decision of the nursing problem was conducted using Kolcaba's taxonomic structure. The intervention and implementation using standard comfort intervention, coaching, and comfort food for the soul. Comfort behavior scale was used for the evaluation. The results showed that at the end of the nursing implementation, pain was reduced, controlled, and the comfort was increased. The targeted competencies were achieved. Comfort Theory can be recommended for caring children with cancer.;Pain is one of main problems in children with cancer. This study aimed to describe and to analyze: (1) the application of Kolcaba's Comfort Theory on children with cancer who experience pain, and (2) the competencies achieved by pediatric clinical nurse specialist. The theory was applied to five patients using nursing process approach. The assessment and decision of the nursing problem was conducted using Kolcaba's taxonomic structure. The intervention and implementation using standard comfort intervention, coaching, and comfort food for the soul. Comfort behavior scale was used for the evaluation. The results showed that at the end of the nursing implementation, pain was reduced, controlled, and the comfort was increased. The targeted competencies were achieved. Comfort Theory can be recommended for caring children with cancer., Pain is one of main problems in children with cancer. This study aimed to describe and to analyze: (1) the application of Kolcaba's Comfort Theory on children with cancer who experience pain, and (2) the competencies achieved by pediatric clinical nurse specialist. The theory was applied to five patients using nursing process approach. The assessment and decision of the nursing problem was conducted using Kolcaba's taxonomic structure. The intervention and implementation using standard comfort intervention, coaching, and comfort food for the soul. Comfort behavior scale was used for the evaluation. The results showed that at the end of the nursing implementation, pain was reduced, controlled, and the comfort was increased. The targeted competencies were achieved. Comfort Theory can be recommended for caring children with cancer.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Hartati
"ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut tanpa sebab yang jelas disertai bintik-bintik merah pada kulit. Karya ilmiah ini membahas asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan kasus demam berdarah dengue di Teratai 3 Selatan RSUP Fatmawati. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan anak dengan DBD. Salah satu masalah keperawatan yang terjadi adalah hipertermia. Tindakan keperawatan terkait hipertermia meliputi monitor suhu, peningkatan asupan cairan, penggunaan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, tepid sponge dan kolaborasi pemberian antipiretik. Asuhan keperawatan yang diberikan berupa tepid sponge dan pemberian antipiretik untuk membantu menurunkan demam pada anak. Hasil yang didapat anak mengalami penurunan suhu tubuh sebesar rata-rata 1,1ºC setelah 30 menit pemberian tepid sponge yang disertai dengan pemberian antipiretik. Tepid sponge dapat menambah keterampilan perawat dalam menurunkan demam pada anak secara nonfarmakologis. Kata kunci: Demam berdarah dengue, hipertermia, tepid sponge.ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children.;Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children.;Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children.;Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Ekawati
"Pengkajian yang tidak akurat dan penanganan nyeri yang tidak adekuat dapat berakibat pada terapi dan kualitas hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan, sikap perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri pada anak kanker. Desain yang digunakan adalah analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel adalah accidental sampling technic pada 41 perawat. Analisis data dengan chi square dan regresi logistik.
Hasilnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan perawat (p=0,031), variabel pelatihan manajemen nyeri dengan sikap perawat (p=0,022), dan variabel usia dengan pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri (p=0,017) pada kelompok pendidikan vokasional. Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri (p>0,005).
Hasil analisis regresi logistik didapatkan perawat yang berusia ≤ 29 tahun dan telah mendapatkan pelatihan manajemen nyeri mampu melaksanakan asuhan keperawatan masalah nyeri lebih baik. Rekomendasi: Rumah sakit mengadakan pelatihan manajemen nyeri dasar dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri.

Underassessment and inadequate pain management affected treatment process and the children's quality of life. This research aim to identify the association among nurse's knowledge, attitude and the nursing care for pain problem in children with cancer. Research design was analysis correlation with cross sectional approach. The samples consist of 41 nurses determined by accidental sampling technic. Data was analyzed by chi square and logistic regression.
The result found that there was significant association between education level and nurse's knowledge (p=0,031), between pain management training and nurse?s attitude (p=0,022) and between age and nursing care for pain problem in nursing vocational group (p=0,017). Furthermore there was no significant association among nurse's knowledge, attitude and nursing care for pain problem (p>0,005).
Multivariate analysis shown that nurses less than 29 years old and have trained of pain management are nurses who were better in nursing care for pain. This research imply nurses need to be trained in basic and advanced level in order to increase quality of nursing care for pain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T45566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Sisri
"ABSTRAK
Perawatan mulut untuk mencegah mukositis diperlukan sebelum, selama dan setelah kemoterapi. Edukasi tentang menggosok gigi pada orangtua dan anak merupakan salah satu upaya untuk mencegah keparahan mukositis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas media pendidikan AVA dan leaflet tentang menggosok gigi yang diberikan pada orang tua terhadap kejadian mukositis pada anaknya yang menderita kanker. Disain penelitian adalah quasi experiment pretest dan postest nonequivalent control group design dengan total sampel sebanyak 36 responden yang terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok inyervensi dan kelompok kontrol, yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menemukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pemberian edukasi menggunakan AVA dan leaflet terhadap kejadian mukositis pada anak ( p value= 0,061). Namun media AVA dan leaflet efektif meningkatkan pengetahuan orangtua menggosok gigi untuk mengurangi kejadian mukositis pada anak kanker selama kemoterapi. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan pengetahuan setelah perlakukan baik pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan p value masing-masing 0,003 dan 0,002. Rekomendasi: edukasi perawatan mulut dapat dilakukan dengan pendekatan multidisiplin ilmu sebelum, selama dan setelah pemberian kemoterapi.

ABSTRACT
Oral care to prevent mucositis is needed before, during, and after chemotherapy. Education about brushing teeth to parents and children is one way to prevent the severity of mucositis. The purpose of this research was to identify the effectiveness of education media AVA and leaflet about teeth brushing to parents of children suffering cancer to the incidence of mucositis. Design research is quasi experimental nonequivalent pretest and posttest control group design with a total sample of 36 respondents composed of two groups: intervention and control groups, selected with consecutive sampling method. The study found no significant differences education using AVA media and leaflets on the incidence of mucositis in children (p value = 0.061). But AVA media and leaflets effectively improve parental knowledge about brushing teeth to reduce the incidence of mucositis in children during cancer chemotherapy. This can be seen by the increase in knowledge after treatment both in the control group and the intervention group with p value respectively 0.003 and 0.002. Recommendation: educational oral care can be done with a multidisciplinary approach before, during and after administration of chemotherapy"
2016
T46394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Cahya Utami
"ABSTRAK
Mukositis merupakan efek samping yang dialami anak dengan kemoterapi. Mukositis menyebabkan gangguan fisiologis dan fungsional yang menurunkan kualitas hidup anak kanker. Intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi hal tersebut adalah berkumur menggunakan larutan salin sebagai protokol standar di rumah sakit dan intervensi mengunyah permen karet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbandingan efektivitas mengunyah permen karet dan berkumur larutan salin terhadap skor mukositis pasien. Rancangan Penelitian menggunakan quasi experiment non equivalent control group, before and after design. Besar sampel 44 orang terbagi dalam dua kelompok. Analisis data menggunakan Mann Whitney Test. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna antara skor mukositis oral setelah intervensi mengunyah permen karet dan berkumur salin (p=0,001). Analisis selanjutnya menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata selisih penurunan skor mukositis oral, kelompok mengunyah permen karet lebih besar dibandingkan berkumur larutan salin (p=0,001). Dengan demikian mengunyah permen karet lebih efektif dibandingkan berkumur larutan salin dan dapat digunakan sebagai salah satu protokol perawatan anak dengan kemoterapi.

ABSTRACT
Mucositis is one of side effect in patients received chemotherapy, it can cause physiological and functional disturbance which lead to decrease quality of life in pediatric cancer patients. An established non pharmacological intervention to overcome oral mucositis is gurgling with saline solution and chewing gum. The aim of this study was to compare effectiveness of chewing gum and gurgling with saline solution in the oral mucositis score. This study used an quasi experiment. Sample size was 44 children divided into two groups. The analysis of the data was using Mann Whitney Test. There was a significant difference between oral mucositis score after intervention (p=0,001). It was also shown a significant mean difference between both group, which was the mean differrence of decreasing oral mucositis score in chewing gum was higher than gurgling with saline solution (p=0,001). In conclusion, chewing gum is more effective than gurgling with saline solution, and it can be used as a nursing protocol for pediatric cancer.
"
2016
T46059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Setyawati Ponidjan
"ABSTRAK
Malnutrisi, kaheksia, dan obesitas/overweight merupakan masalah nutrisi yang sering ditemui pada anak kanker akibat dari proses penyakit dan efek kemoterapi. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan memberikan gambaran praktek ners spesialis dalam mengaplikasikan model adaptasi Roy pada asuhan keperawatan anak kanker yang mengalami masalah nutrisi. Praktek ners spesialis dilakukan untuk mencapai kompetensi sesuai peran perawat. Aplikasi model adaptasi Roy tertuang dalam lima kasus terpilih dengan masalah yang ditemukan adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan obesitas. Pendidikan kesehatan berbasis pembuktian ilmiah digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan adaptasi anak sehingga dapat bertoleransi terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi. Evaluasi keperawatan lima kasus tersebut adalah satu kasus beradaptasi secara integrasi, empat kasus beradaptasi secara kompensasi. Karya ilmiah ini merekomendasikan teori model adaptasi Roy dapat diaplikasikan pada asuhan keperawatan anak kanker dengan masalah nutrisi.

ABSTRACT
Malnutrition, cachexia, and obesity/overweight, is a common nutritional problem in children who have cancer as a result of the disease process and the effects of chemotherapy. The aim of this final assignment was to provide an overview of the practice specialist nurses by applying the Roy adaptation model in nursing care of children who have cancer with nutritional problems. Practice spesialis nurses to achieve competency according the role of nurses. Roy adaptation model was applied in five selected cases and the nursing problem found was imbalance nutrition less than the body needs, risk imbalance nutrition less than the body needs and obesity. Health education is evidence based practice be used as a nursing intervention to improve the adaptation level of the child so that it can tolerate the fulfillment of nutrition needs. Nursing evaluation in five selected cases was one case integrated adaptation level and four cases compensatory adaptation level. This paper recommend Roy adaptation model theory can be applied to nursing care in children who have cancer with nutrition problems.;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadliyana Ekawaty
"ABSTRAK
Penyakit non infeksi merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang yang lain.. Penyakit ini membutuhkan perawatan lama yang berdampak pada keterbatasan aktivitas anak. Aktivitas dan istirahat adalah suatu kebutuhan yang terintegrasi, keduanya mempunyai pengaruh satu sama lain. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan model self-care Orem dalam asuhan keperawatan pada anak dengan masalah aktivitas dan istirahat serta pencapaian kompetensi selama praktik residensi. Intervensi keperawatan didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri pasien. Intervensi dilakukan dengan penerapan sleep hygiene. Hasil dari penerapan teori self-care Orem menunjukkan bahwa teori self-care Orem dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kronis.

ABSTRACT
Non Communicable disease is defined as a type of disease which is not transmitted by a person to another individual. These require long term nursing treatments which potentially affect to limitation of children?s activities. Both activity and rest are highly integrated, and these have mutual influences. In a case of the children?s activity is predisposed, the rest requirement will be also affected. This scientific writing aims to describe the implementation of Dorothea Orem?s Self-Care Theory in nursing care plan, particularly amongst children with problems of activity and sleep deprivation. This paper is also required to obtain competencies of paediatric nursing. The nursing intervention is referred to the main objective in order to develop the independence of self-care patient. The intervention is also implemented by using sleep hygiene theory. Results could be a reference to provide nursing care for children with chronic diseases.;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Metha Kemala Rahayu Syafwan
"ABSTRAK
Praktik Spesialis Keperawatan Anak bertujuan untuk melakukan praktik dengan mengaplikasikan peran perawat melalui pendekatan Model Adaptasi Roy. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan diterapkan pada 5 orang klien anak dengan masalah perkemihan yang mengalami ketidakseimbangan cairan, dimana satu orang klien sebagai kelolaan utama yaitu klien sindroma nefrotik relaps dan hipoalbuminemia yang mengalami edema anasarka. Peran sebagai inovator melalui penyusunan program pemberian edukasi manajemen cairan pada keluarga dan perawat yang bertujuan untuk mengurangi kelebihan volume cairan tubuh, mengurangi udema, meningkatkan diuresis, meningkatkan kenyamanan klien anak dengan masalah perkemihan, dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan menerapkan tindakan keperawatan yang berbasis pembuktian ilmiah (evidence based nursing). Hasil praktik ini menunjukkan bahwa Model Adaptasi Roy efektif digunakan pada klien anak dengan masalah perkemihan yang mengalami ketidakseimbangan cairan, dan edukasi efektif untuk mengurangi risiko masalah yang dapat timbul akibat kelebihan volume cairan tubuh.

ABSTRACT
Practice of Pediatric Nursing Specialist aims to practice the application of the role of nurses through the Roy Adaptation Model approach. Role as nurse provider applied to 5 children clients with urinary problems that undergo fluid imbalance, and one major client is a client of relapse nephritic syndrome and hypoalbuminemia who experienced edema within whole body. Role as an innovator by designing fluid management program of education providing for families and nurses which aims to reduce excess body fluid volume, reduce edema, increase diuresis, improve the comfort of children client with urinary problems, and improve the quality of nursing care by implementing nursing actions based on scientific evidence (evidence based nursing). Roy Adaptation Model is proving that education to families and nurses is one of fluid management techniques in children with urinary problems. The result of this practice indicates that this model is effective to be used on the children client with urinary problems with imbalance of fluid and effective education to reduce the risk of problems due to excess body fluid volume.;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>