Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mukhamad Zaidi Anwari
Abstrak :
Uji praklinis radiofarmaka dilakukan untuk menganalisa keamanan serta keefektifan radiofarmaka yang digunakan. Kedua hal tersebut dapat dicapai dengan mengestimasi dosis radiasi internal yang diterima oleh suatu organ. Skema MIRD menyatakan bahwa perhitungan dosis radiasi internal merupakan perkalian antara Time Integrated Activity Coefficients (TIACs) dan S-value dimana nilai TIACs didapatkan dari penggambaran biodistribusi radiofarmaka di dalam tubuh. Hewan percobaan digunakan dalam uji praklinis untuk menggambarkan biodistribusi radiofarmakanya. Hal ini menyebabkan perlunya suatu metode ekstrapolasi untuk memprediksi biodistribusi radiofarmaka di manusia. Melalui penelitian ini, peneliti ingin menganalisa pengaruh penggunaan radiofarmaka terhadap peta performa metode ekstrapolasi. Hasilnya, dibandingkan dengan penelitian Beykan et al, menunjukkan adanya perbedaan peta performa untuk radiofarmaka yang berbeda. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa organ juga mempengaruhi peta performa metode ekstrapolasi. Oleh karena itu, analisa metode ekstrapolasi perlu dilakukan sebelum uji praklinis suatu radiofarmaka dikarenakan terdapatnya perbedaan peta performa tersebut. ......Preclinical testing of radiopharmaceutical is carried out to analyze the safety and effectiveness of the radiopharmaceutical used. It can be achieved by estimating the dose of internal radiation received by an organ. The MIRD scheme states that the calculation of the internal radiation dose is S-values multiplied by Time Integrated Activity Coefficients (TIACs) whose value is obtained from the depiction of radiopharmaceutical biodistribution in the body Experimental animals are used in preclinical testing to depict radiopharmaceutical’s biodistribution. This results in the need for an extrapolation method to predict radiopharmaceutical biodistribution in humans. Through this study, researchers wanted to analyze the effect of the use of radiopharmaceuticals on the map performance of the extrapolation method. It, compared to the Beykan et al. study, shows the differences in performance maps for different radiopharmaceuticals. Therefore, analysis of extrapolation methods needs to be done before preclinical testing of a radiopharmaceutical because there are differences in performance maps.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rachman
Abstrak :
Translasi radiofarmaka dari hewan percobaan ke dosis manusia merupakan tugas yang menantang karena variasi biologis antar spesies dan kurangnya standarisasi dalam dosimetri kedokteran nuklir. Studi ini berfokus pada pengaruh seleksi model terhadap perhitungan dosis yang diserap radiasi pada kasus translasi biokinetik dari hewan ke manusia. Penelitian ini menggunakan data biokinetik rata-rata dan individu dari studi radiofarmaka 177Lu-OPS201 pada hewan dan manusia dengan menggunakan model Sum of Exponential (SoE). Analisis Goodness of Fit (GoF) dan corrected Akaike Information Criterion (AICc) digunakan untuk seleksi model. Model f_2 (t)=A_1 e^(-(λ_1+λ_phys )t) terpilih sebagai model terbaik untuk mencit, babi, dan manusia. Penggunaan data biokinetik rata-rata menghasilkan %wAICc sebesar 50,01%, TIAC referensi sebesar 5,41±0,29 jam (manusia), 1,35±0,07 jam (mencit), dan 2,23±0,17 jam (babi). Sementara penggunaan data biokinetik individu menghasilkan %wAICc sebesar 84,00%, TIAC referensi sebesar 5,41±0,24 jam (manusia), 1,35±0,07 jam (mencit), dan 1,68±0,12 jam - 2,85±0,28 jam (babi). Metode regresi linear dan allometric scalling digunakan dalam proses translasi biokinetik radiofarmaka 177Lu-OPS201 dari hewan ke manusia. Hasilnya, model terbaik dengan data biokinetik rata-rata dapat memprediksi TIAC sebesar 5,45±0,03 jam dan akurasi 99,20% mendekati referensi (regresi linear) dan TIAC prediksi sebesar 3,97±1,01 jam dan akurasi 73,50% mendekati referensi (allometric scalling). ......The translation of radiopharmaceuticals from experimental animals to human doses is a challenging task due to biological variations between species and lack of standardization in nuclear medicine dosimetry. This study focuses on the influence of model selection on the calculation of radiation absorbed dose in the case of biokinetic translation from animals to humans. This study used average and individual biokinetic data from the 177Lu-OPS201 radiopharmaceutical study in animals and humans using the Sum of Exponential (SoE) model. Goodness of Fit (GoF) analysis and corrected Akaike Information Criterion (AICc) were used for model selection. The model f_2 (t)=A_1 e^(-(λ_1+λ_phys )t) was selected as the best model for mice, pigs and humans. The use of average biokinetic data resulted in %wAICc of 50.01%, reference TIAC of 5.41±0.29 hours (human), 1.35±0.07 hours (mice), and 2.23±0.17 hours (pigs). Meanwhile, the use of individual biokinetic data resulted in a %wAICc of 84.00%, a reference TIAC of 5.41±0.24 hours (human), 1.35±0.07 hours (mice), and 1.68±0.12 hours - 2.85±0.28 hours (pigs). Linear regression and allometric scaling methods were used in the process of translating the biokinetics of radiopharmaceutical 177Lu-OPS201 from animals to humans. As a result, the best model with average biokinetic data can predict TIAC of 5.45±0.03 hours and 99.20% accuracy close to the reference (linear regression) and predicted TIAC of 3.97±1.01 hours and 73.50% accuracy close to the reference (allometric scalling).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Amelia
Abstrak :
Dalam penggunaan radiofarmaka secara klinis, perlu memperhatikan keamanan dan efektivitas dengan pengujian praklinis dan klinis. Pengujian praklinis bertuujuan untuk mengevaluasi potensi toksisitas pada manusia, sementara pengujian klinis dilakukan untuk memvalidasi hasil translasi estimasi dosis dari hewan ke manusia. Proses pengambilan data biokinetika dalam pengujian klinis melibatkan pengukuran pada beberapa titik waktu, yang disebut sebagai Full Time Point (FTP). Namun, pengumpulan data berkali-kali ini tidak efisien. Untuk mengefisiensikan pengambilan data biokinetika tersebut dapat dengan menggunakan metode Single Time Point (STP), yang hanya mengambil satu titik data biokinetika saja dapat merepresentasikan hasil FTP. Telah banyak penelitian untuk STP. Akan tetapi, belum ada penelitian penyederhanaan protokol dosimetri pada model translasi. Sehingga pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat akurasi STP pada model terbaik translasi. Penelitian ini menggunakan radiofarmaka 89Zr-Pembrolizumab dan menerapkan pendekatan Bayesian. Nilai TIACs manusia pada FTP hasil translasi menjadi TIACs referensi terhadap hasil STP. TIACs ginjal manusia untuk FTP pada 89Zr-Pembrolizumab yaitu 5.41E-01 ± 1.42E-02 jam. TIACs ginjal manusia yang diperoleh dari hasil simulasi STP akandievaluasi pada visualisasi kurva yang dihasilkan dan pendekatan relative deviation (RD) terhadap TIACs referensi dan RMSE. RD dikatakan baik jika RD < 10%. Visualisasi kurva pada STP pada time point (TP) 1 hampir presisi terhadap kurva FTP dibandingkan dengan TP 2 – TP 4. Dengan variasi FSD baru metode Jackknife, rata-rata RD pada TP 1 pada organ ginjal manusia yaitu 0.49%, TP 2 yaitu 6.56%, TP 3 yaitu 9.16%, dan TP 4 yaitu 24.8%. Temuan dari penelitian ini dapat mengindikasikan bahwa metode STP dengan pendekatan Bayesian mampu memberikan estimasi yang cukup presisi pada TP 1. ......In the clinical use of radiopharmaceuticals, it is necessary to pay attention to safety and effectiveness with preclinical and clinical testing. Preclinical testing aims to evaluate potential toxicity in humans, while clinical testing is carried out to validate the translational results of dose estimates from animals to humans. The process of capturing biokinetic data in clinical testing involves measurements at multiple points in time, referred to as Full Time Point (FTP). However, collecting data multiple times is inefficient. To make biokinetic data collection more efficient, you can use the Single Time Point (STP) method, which only takes one biokinetic data point to represent the FTP results. There has been a lot of research into STP. However, there has been no research on simplifying dosimetry protocols in translational models. So this research aims to analyze the level of STP accuracy in the best translation model. This study used the radiopharmaceutical 89Zr-Pembrolizumab and applied a Bayesian approach. The value of human TIACs in FTP results is translated into reference TIACs for STP results. Human renal TIACs for FTP on 89Zr-Pembrolizumab were 5.41E-01 ± 1.42E-02 hours. Human kidney TIACs obtained from STP simulation results will be evaluated on the resulting graphic visualization and relative deviation (RD) approach to reference TIACs and RMSE. RD is said to be good if RD < 10%. The graphic visualization on STP at time point (TP) 1 is almost precise on the FTP graph compared to TP 2 – TP 4. With the new FSD variation of the Jackknife method, the average RD at TP 1 in human kidney organs is 0.49%, TP 2 is 6.56 %, TP 3 is 9.16%, and TP 4 is 24.8%. The findings from this research may indicate that the STP method with a Bayesian approach is able to provide fairly precise estimates at TP 1.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library