Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahman Arif
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan metode
depurasi guna menurunkan (mereduksi) kandungan logam berat Hg, Pb, Cd,
& Cu pada kerang hijau (Perna viridis) hasil budidaya di perairan Teluk
Jakarta, dari bulan Juli sampai September 2006. Penelitian ini
menggunakan rancangan percobaan acak kelompok dengan 2 kelompok
(lokasi) 4 perlakuan : A0 (kontrol), A1 (pemanasan 70 100
o C), A2 (air
mengalir selama 24 jam) , dan A3 (EDTA, 10 ppm) dan tiga ulangan.
Analisis kandungan logam berat menggunakan metode AAS, data dianalisis
dengan Anova dilanjutkan uji Duncan dan Dunnett. Hasil penelitian
menunjukkan kandungan logam berat terendah pada perlakuan A2 (air
mengalir). Pengaruh lokasi tidak berbeda nyata (P> 0,05) antara Cilincing
dan Kamal Muara. Pengaruh perlakuan depurasi menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (P< 0,05) terhadap penurunan kandungan logam berat. Uji
lanjut Dunnet menunjukkan perlakuan A1 dan A2 berbeda nyata (P< 0,05)
dengan kontrol, sedang perlakuan A3 (EDTA) tidak berbeda nyata (P> 0,05)
dengan kontrol. Hasil rerata kandungan logam berat pada kerang hijau
untuk perlakuan A0 (kontrol) Hg = 0.09 ppm, Pb = 5,98 ppm, Cd = 0,48 ppm
dan Cu = 6,55 ppm. Perlakuan A1(pemanasan) Hg = 0,045 ppm, Pb = 4,05
ppm, Cd =0,35 ppm, Cu = 5,35 ppm. Perlakuan A2 (air mengalir) Hg = 0,035
ppm, Pb = 2,98 ppm, Cd = 0,245 ppm, dan Cu = 5,04 ppm, dan perlakuan
A3 (EDTA) Hg = 0,05 ppm, Pb = 5, 31 ppm, Cd = 0,40 ppm, dan Cu = 5,45
ppm. Tingginya kadar logam berat pada kerang hijau khususnya Pb sudah
melebihi ambang batas baku mutu kekerangan dalam Keputusan Meteri
Kelautan dan Perikanan (Kepmen No.KEP.17/MEN/2004), hal ini diduga
karena akumulasi limbah logam berat yang berasal dari berbagai industri dan
limbah domestik yang mengalir ke perairan Teluk Jakarta sehingga kerang
hijau tidak aman untuk dikonsumsi."
2007
T39512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayah Fitria Rahmawati
"Pencemaran di hutan mangrove, salah satunya yaitu pencemaran sampah plastik. Sampah plastik yang terdegradasi dan terurai dalam jangka waktu lama berubah menjadi serpihan plastik disebut mikroplastik (< 5 mm). Jika mikroplastik tertelan oleh biota perairan, maka membahayakan biota tersebut. Biota perairan yang memiliki habitat di mangrove Muara Teluknaga dan dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan belanak (Mugil dussumieri) dan kerang darah (Anadara granosa). Penelitian dilakukan bertujuan untuk menghitung jumlah dan mengidentifikasi jenis mikroplastik serta menganalisis hasil FTIR sampel ikan belanak, air mangrove, kerang darah, dan sedimen mangrove Muara Teluknaga. Pengambilan sampel pada ikan belanak dan air mangrove sebanyak 3 stasiun dan pengambilan sampel kerang darah dan sedimen sebanyak 2 stasiun. Masing-masing sampel ikan belanak dan kerang darah disimpan dalam botol kaca yang berisi alkohol dan dilanjutkan pengambilan organ lunak diikuti pemberian larutan HNO3. Jenis-jenis mikroplastik yang ditemukan pada sampel ikan belanak, kerang darah, air mangrove, dan sedimen yaitu fiber, film dan fragmen. Mikroplastik paling banyak ditemukan pada sampel ikan belanak, air mangrove, kerang darah, dan sedimen adalah mikroplastik fiber. Hasil FTIR sampel ikan belanak ditemukan adanya polimer polyethylene (PE) dan sampel air mangrove ditemukan gugus poly (dimethyl siloxane).

One of pollutin in mangroves is plastic waste pollution. Plastic waste degraded and decomposed over a long period of time turns into plastic debris called microplastic (< 5 mm). If microplastics are swallowed by fishery biota, then they endanger biota. Biota in mangrove of MuaraTeluknaga consumed by people are mullet (Mugil dussumieri) and blood cockle (Anadara granosa). The study was conducted to count the number and identify the types of microplastics and analyze the results of FTIR samples of mullets, mangrove water, blood cockle, and mangrove sediments. Taking sampling on mullet and mangrove water with 3 stations and taking samples of blood cockles and sediment with 2 stations. Each sample of mullet fish and blood cockle was stored in glass bottle containing alcohol and prepared to take organization received HNO3 assistance. The types of microplastics found in samples of mullets, blood cockles, mangrove water, and sediment are fiber, film, and fragment. The most common microplastic found in samples of mullets, mangrove water, blood cockle, and sediments are fiber. FTIR results of mullet fish sample found was containing polyethylene (PE) polymers and mangrove water samples poly groups (dimethyl siloxane) were found."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Cahyani
"Telah dilakukan penelitian mengetahui kandungan logam berat Pb, Cd, dan Zn pada spons Haliclona sp. di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Analisis logam berat juga dilakukan pada sampel air, sedimen dan parameter lingkungan sebagai data pendukung penelitian. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni 2020. Pengambilan sampel dilakukan di dua pulau yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Untung Jawa menggunakan metode jelajah bebas dimana 3 ulangan untuk masing-masing sampel di setiap pulau. Analisis logam berat menggunakan alat Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP- MS). Hasil penelitian menunjukan bahwa dari kedua pulau, logam berat Pb, Cd dan Zn pada spesies spons Haliclona sp. yang paling banyak ditemukan ialah logam berat Zn di Pulau Untung Jawa. Nilai rata-rata kadar logam berat Pb pada spons Haliclona sp. di Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka sebesar 0,41849 ppm dan 0,2452 ppm. Logam berat Cd di Pulau Untung Jawa sebesar 0,43844 ppm sedangkan di Pulau Pramuka sebesar 0,20496 ppm. Logam Zn di Pulau Untug Jawa sebesar 20,27601 ppm sementara di Pulau Pramuka sebesar 23,25135 ppm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa logam berat Zn di Pulau Untung Jawa memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan Pulau Pramuka.

Research about analysis of heavy metals Pb, Cd, and Zn in sponge Haliclona sp. in the waters of Pulau Untung Jawa and Pulau Pramuka , Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. The heavy metal analysis was also carried out on water samples, sediments and environmental parameters as supporting data for the study. Sampling was conducted in June 2020. Sampling was carried out on two islands, namely Pramuka Island and Untung Jawa Island using the free-roaming method where 3 replications were made for each sample on each island. Heavy metal analysis using Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). The results showed that from the two islands, heavy metals Pb, Cd and Zn in the sponge species Haliclona sp. the most commonly found in the heavy metal Zn in Untung Jawa Island. The average value of Pb content in sponge Haliclona sp. in Untung Jawa Island and Pramuka Island at 0.41849 ppm and 0.2452 ppm. Heavy metal Cd on Untung Jawa Island was 0.43844 ppm while on Pramuka Island was 0.20496 ppm. Metal Zn in Untug Jawa Island was 20.27601 ppm while on Pramuka Island it was 23.25135 ppm. Based on these results, it can be concluded that the heavy metal Zn in Untung Jawa Island has a higher concentration than Pramuka Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gannes Citraning Sidomukti
"Situ Rawa Kalong dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk budidaya ikan, kegiatan memancing dan tempat rekreasi. Situ tersebut dikelilingi oleh empat buah pabrik (kap lampu, minuman kemasan, kosmetik, plastik) dan pemukiman penduduk sehingga rentan terkena cemaran organik dan anorganik yang berdampak pada organisme perairan, khususnya fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversitas fitoplankton serta mengetahui status mutu dan kualitas perairan di Situ Rawa Kalong melalui metode Storet dan perhitungan indeks diversitas fitoplankton dari Shannon-Wiener. Pengamatan dilakukan pada bulan Oktober 2020. Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan secara horizontal. Fitoplankton yang ditemukan selama pengamatan yakni divisi dari Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta dan Euglenophyta. Berdasarkan hasil metode Storet, perairan Situ Rawa Kalong memiliki status mutu air kelas D dengan skor (-46) – (-48). Nilai tersebut tergolong buruk dan menunjukkan bahwa kualitas perairan di Situ Rawa Kalong mengalami pencemaran berat dengan nilai indeks diversitas berkisar antara 0,46 – 0,48 yang menunjukan komunitas tidak stabil dan terdapat jenis yang mendominasi. Jenis fitoplankton yang mendominasi adalah Chlorella sp. dan Microcystis sp.

Situ Rawa Kalong is used by the local community for fish farming, fishing activities and recreation areas. The Situ is surrounded by four factories (lampshade, drinking water, cosmetic, plastic) and residential areas, making it susceptible to organic and inorganic contamination which affects aquatic organisms, especially phytoplankton. This study aims to find out the diversity of phytoplankton related to the status and water quality in Situ Rawa Kalong using Storet method and calculation of Shannon-Wiener phytoplankton diversity index. Observations were made in October 2020. Phytoplankton sampling was carried out horizontally. The phytoplankton found during the observation were divisions of Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta and Euglenophyta. Based on the results of the Storet method, water quality in Situ Rawa Kalong has been classified as D water quality status with a score of (-46) – (-48). These value is poor and indicates that the water quality in Situ Rawa Kalong is heavily polluted with a diversity index value ranging from 0,46 to 0,48 showing an unstable community and existence of dominant species. The dominant species of phytoplankton are Chlorella sp. and Microcystis sp.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uluq Silfia
"Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Mei 2016 terhadap ikan tenggiri yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sumberdaya ikan tenggiri pada kondisi MSY, MEY dan OAE dan mengevaluasi tingkat pemanfaatannya. Parameter ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga ikan dan biaya meliputi biaya bahan bakar, bahan pengawet (es dan garam) oli, dan pangan. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang hanyut dan pancing. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan data bioekonomi diolah menggunakan perangkat lunak microsoft excel 2013 dan Maple 18. Data tersebut meliputi jumlah trip kapal, jumlah produksi alat tangkap, nilai produksi alat tangkap dan jumlah logistik kapal. Biological overfishing dan economic overfishing diduga telah terjadi dalam pemanfaatan ikan tenggiri tersebut. Persentase rata-rata tingkat pemanfaatan sebesar 67,74 % dengan upaya penangkapan sebesar 150,28%.

This study was conducted in November 2015 until May 2016 to the mackerel landed in Sungailiat Fishing Port. This study aims to analyze resources of mackerel on condition MSY, MEY and OAE and evaluate the level of utilization. Economic parameters in this study were the price of fish and the cost includes the cost of fuel, preservatives (ice and salt) and food. Fishing gear used are drift gill nets and hand line. The sampling method is purposive sampling and the bioeconomy data was processed using software microsoft excel 2013 and Maple 18. The data includes the number of boat trips, the production of fishing gear, the production value and the number of logistics. Biological overfishing and economic overfishing alleged has occurred in the utilization of the mackerel fish. The average percentage utilization 67.74% and 150.28% of fishing effort."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainul Jariah Al Hamra
"ABSTRAK
Kerang Bulu dan Siput Gonggong memiliki nilai ekonomis penting di Pesisir Pulau Bintan. Biota ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik masyarakat lokal maupun wisatawan. Kerang bulu dan Siput gonggong dapat ditemukan di kawasan pesisir pantai dan bersifat epifauna sehingga menyebabkan organisme tersebut sangat rentan terkontaminasi bahan pencemar seperti mikroplastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah Mikroplastik Pada Kerang Bulu Anadara antiquata (Linnaeus,1758), Siput Gonggong Strombus turturella (Röding, 1798) Di Pesisir Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Penelitian ini menunjukkan 100% sampel mengandung mikroplastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fiber, film dan fragmen. Jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan di Pulau Bintan pada kerang sebanyak 496 ± 98,63 partikel/ individu. Jumlah rata rata mikroplastik pada air sebanyak 12,3 ± 2,8 partikel/liter dan jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada sedimen sebanyak 16.580 ± 3.727,5 partikel/kg. Stasiun 4 sangat banyak ditemukan mikroplastik yaitu 650 ± 82,98 partikel/individu stasiun ini berada di lokasi padat aktifitas. Berdasarkan uji korelasi, jumlah mikroplastik pada kerang berkorelasi dengan massa kerang. Korelasi juga ditunjukkan antara mikroplastik pada kerang dan air, mikroplastik pada kerang dan sedimen serta terdapat korelasi antara mikroplastik pada air dan sedimen secara keseluruhan. Jumlah rata-rata mikroplastik pada siput sebanyak 427,75 ± 94,3 partikel/ individu. Jumlah rata rata mikroplastik pada air sebanyak 12,9 ± 2,9 partikel/liter dan jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada sedimen sebanyak 16.960 ± 4.214,6 partikel/kg. berdasarkan stasiun pengambilan sampel, stasiun 4 memiliki mikroplastik tertinggi 549 ± 105,67 partikel/individu. Berdasarkan uji korelasi antara mikroplastik yang ditemukan pada siput dan lingkungannya menunjukkan korelasi positif dimana peningkatan mikroplastik pada siput sebanding dengan peningkatan mikroplastik pada lingkungannya.

ABSTRACT
Cockles and Dog Conch has important economic value on the coast of Bintan Island. Thats biota are consumed by many people both local people and tourists. Cockles and Dog Conch can be found in coastal areas and are epifauna, causing the organism to be highly susceptible to contamination with pollutants such as microplastics. This study aims to determine the number of microplastics in Cockles Anadara antiquata (Linnaeus,1758) and Dog Conch Strombus turturella (Roding, 1798) on the coast of Bintan Islands, Riau Islands. This research shows 100% of the sample contained microplastics. Microplastic types found are fiber, film and fragments. The average number of microplastics found on Bintan Island in Cockles is 496 ± 98,63 particle/ ind. The average amount of microplastic in water is as much 12,3 ± 2,8 particle/liter and the average amount of microplastics found in sediments was 16.580 ± 3.727,5 particle/kg. Station 4 is very commonly found microplastic that is 650 ± 82,98 particle/ ind because this station is in a busy location. Based on the correlation test, the number of microplastics in the shells correlates with the mass of the shells. Correlation was also shown between microplastics in shells and water, microplastics in shells and sediments and there was a correlation between microplastics in water and sediments as a whole. Results of research on Dog Conch Strombus turturella (Roding, 1798) The average number of microplastics found on Bintan Island in Dog Conch is 427,75 ± 94,3 particle/ ind. The average amount of microplastic in water is as much 12,9 ± 2,9 particle /liter and the average amount of microplastics found in sediments was 16.960 ± 4.214,6 particle /kg. based on the sampling station, station 4 has the highest microplastic of 549 ± 105,67 particle/ ind. Based on the correlation test between microplastics found in snails and their environment shows a positive correlation where the increase in microplastic in snails is proportional to the increase in microplastic in their environment.
"
2020
T54587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Budi Setyawan
"Air limbah domestik dan pertanian telah menjadi masalah lingkungan disebabkan kandungan nitrogen dan fosfat berdampak pada eutrofikasi. Diketahui dari hasil studi menunjukan bahwa jenis mikroalga dapat mereduksi kadar nitrogen dalam limbah. Namun, pada umumnya limbah tidak memiliki nutrien cukup untuk pertumbuhan mikroalga. Pupuk diketahui menjadi sumber nutrien bagi tumbuhan, diduga dapat dimanfaatkan pula untuk pertumbuhan mikroalga. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemanfaatan pupuk terhadap pertumbuhan mikroalga dan kemampuan mikroalga mereduksi senyawa nitrat dan amonia. Penelitian ini membandingan tiga jenis mikroalga (Oscillatoria, Chlorella, dan Scenedesmus) pada tiga konsentrasi pupuk (0,01% (g/l); 0,02%; and 0,03%) dengan rata-rata kandungan awal nitrat dan amonia masing-masing 80 ppm pada pH netral berkisar 6,8-7,2. Setelah pengamatan selama 21 hari, terlihat penurunan konsentrasi amonia rata-rata diseluruh perlakuan sebesar 45 ppm dan peningkatan pada konsentrasi nitrat diseluruh perlakuan sebesar 37 ppm. Pertumbuhan populasi Scenedesmus terlihat paling baik dibandingkan mikroalga lainnya dengan nilai absorbansi rata-rata 0,79. Pada populasi Scenedesmus pH media menurun dari rata-rata 7,09 menjadi 4,62. Konsentrasi nitrit meningkat pada seluruh perlakuan mikroalga dengan konsentrasi pupuk 0,02% dan 0,03% dari rata-rata 0,37 ppm menjadi 5,20 ppm.

Wastewater from domestic and agriculture activities become environmental problem due to nitrogen and phosphate content which can lead to eutrophication. Some microalgae has been proved can reduce amount of nitrate and ammonia content in wastewater. However most of wastewater lack of nutrient which needed by microalgae growth. Fertilizer has been known as source of nutrient and can improve the growth of plant. The objective of this study was to find correlation between nutrientand microalgae growth and ability to reduce nitrate and ammonium compounds. The research compared between three type of microalgae (Oscillatoria, Chlorella, and Scenedesmus) in three concentration of fertilizer (0,01% (g/l); 0,02%; and 0,03%) with average intial concentration of ammonium and nitrate each was 80 ppm and pH netral around 6,8-7,2.
After 21 days observation, concentration of ammonium decreased 45 ppm in average and nitrate increased 37 ppm in average. Scenedesmus showed the best growth among others with average value of absorbance 0,79. In Scenedesmus population showed decreased of pH value from an average 7,09 to 4,62. Nitrite concentration has increased in all microalgae treatment with fertilizer concentration 0,02% and 0,03% with average nitrite value from 0,37 ppm to 5,20 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fatrin Edelwine Shafira Putri
"Telah dilakukan penelitian terkait analisis kandungan logam berat Pb, Cd dan Zn pada spons Stylissa massa, air laut, dan sedimen di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu. Sampel S. massa dikering-bekukan, dan dimaserasi menggunakan larutan HNO3 pekat selama 48 jam untuk mendapatkan larutan ekstraksi. Sampel air laut diekstraksi menggunakan HNO3 pekat sedangkan sampel sedimen diekstraksi menggunakan larutan HF. Larutan ekstraksi S. massa, air laut dan sedimen selanjutnya dianalisis menggunakan alat ICP-MS (Inductively Coupled Plasma – Mass Spectrometry) untuk mengetahui kandungan Pb, Cd dan Zn. Hasil analisis logam berat pada S. massa, air laut dan sedimen menunjukkan bahwa kandungan Pb, Cd dan Zn pada perairan Pulau Pramuka lebih tinggi dibandingkan Pulau Semak Daun. Logam berat Zn memiliki konsentrasi tertinggi pada setiap sampel S. massa, air laut, dan sedimen. Konsentrasi Zn pada spons yaitu sebesar 11.603,2 ppb untuk sampel Pulau Pramuka dan 8.406,29 ppb untuk sampel Pulau Semak Daun, pada air laut sebesar 9,52 ppb untuk Pulau Pramuka dan 2,68 ppb untuk Pulau Semak Daun, sedangkan pada sedimen sebesar 2.968,38 ppb untuk Pulau Pramuka dan sebesar 1.312,95 ppb untuk Pulau Semak Daun. Sementara itu, konsentrasi Pb pada sampel spons Pulau Pramuka sebesar 498,08 ppb dibanding spons Pulau Semak Daun sebesar 313,46 ppb. Pb pada air laut Pulau Pramuka sebesar 0,51 ppb dan Pulau Semak Daun sebesar 0,43 ppb, sedangkan pada sedimen Pulau Pramuka sebesar 583,73 ppb dan 364,01 ppb pada sedimen Pulau Semak Daun. Konsentrasi Cd pada spons Pulau Pramuka yaitu sebesar 62,33 ppb dibanding Pulau Semak Daun sebesar 62,06 ppb. Pada air laut, Cd terkandung sebesar 0,02 ppb di Pulau Pramuka dan sebesar 0,03 ppb di Pulau Semak Daun, sedangkan sedimen Pulau Pramuka mengandung Cd sebesar 16,05 ppb dan 4,58 ppb pada sedimen Pulau Semak Daun

Research related to the analysis of the heavy metal content Pb, Cd and Zn on Stylissa massa sponge, seawater and sediment in the waters of Pramuka Island and Semak Daun Island, Seribu Islands have been carried out. The S. massa samples were freeze-dried, and macerated using HNO3 solution for 48 hours to obtain the extraction solution. Seawater samples were extracted using HNO3 solution, while sediment samples were extracted using HF solution. The extraction solution of S. massa, seawater and sediment were then analyzed using the ICP-MS (Inducively Coupled Plasma - Mass Spectrometry) to see the content of Pb, Cd and Zn. The result of heavy metals analysis on S. massa, seawater and sediment showed that the content of Pb, Cd and Zn in Pramuka Island were higher than Semak Daun Island. Heavy metal Zn had the highest concentration in each sample of S. massa, seawater, and sediment. The Zn concentration in the sponge amounted to 11.603,2 ppb for the Pramuka Island’s sample and 8.406,29 ppb for the Semak Daun Island’s sample, in seawater Zn amounted to 9,52 ppb for Pramuka Island and 2,68 ppb for the Semak Daun Island, while in sediment was 2.968,38 ppb for Pramuka Island and 1.312,95 ppb for Semak Daun Island. Meanwhile, the Pb concentration in the Pramuka Island’s sponge amounted to 498,08 ppb compared to the Semak Daun Island’s sponge amounted to 313,46 ppb. Pb in Pramuka Island’s seawater was 0,51 ppb and Semak Daun Island’s was 0,43 ppb, while in Pramuka Island’s sediment amounted to 583,73 ppb and 364,01 ppb in Semak Daun Island’s sediment. The concentration of Cd in Pramuka Island’s sponge was 62,33 ppb compared to Semak Daun Island’s sponge, which was 62,06 ppb. In seawater, Cd amounted to 0,02 ppb in Pramuka Island and 0,03 ppb in Semak Daun Island, while Pramuka Island’s sediment contained 16,05 ppb of Cd and 4,58 ppb in the Semak Daun Island’s sediment"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akram Murijal
"Penelitian mengenai kualitas Sungai Pesanggrahan telah dilakukan di sembilan stasiun pengamatan di sepanjang sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sungai dengan menggunakan makroozoobentos sebagai objek yang diteliti dan Biological Monitoring Working Party -- Average Score Per Taxon (BMWP -- ASPT) sebagai metode yang dipakai. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia. Dari hasil penelitian didapatkan 13 Famili makrozoobentos antara lain Hydropsycidae, Libellulidae, Aeshnidae, Lestidae, Chironomidae, Palaemonidae, Potamoidea, Viviparidae, Ampullaridae, Thiaridae, Corbiculidae, Tubificidae, Hirudinae, dan Glossiphoniidae. Nilai (Average Score Per Taxon) ASPT berkisar antara 1--4,75. Berdasarkan nilai ASPT terlihat bahwa Sungai Pesanggrahan dari Hulu (Bogor, Jawa Barat) sampai Hilir (Kembangan, DKI Jakarta) telah mengalami pencemaran tingkat sedang sampai berat, dengan ditandai adanya pencemaran organik dan anorganik yang tinggi.

Research on the quality of the Pesanggrahan River has been performed in nine observation stations along the river. This study aims to determine the quality of the river using makroozoobentos as the object and Biological Monitoring Working Party -- Average score per taxon (BMWP -- ASPT) method. Identification of samples was conducted in Laboratory of Ecology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia. There are 13 Families of makrozoobentos: Hydropsycidae, Libellulidae, Aeshnidae, Lestidae, Chironomidae, Palaemonidae, Potamoidea, Viviparidae, Ampullaridae, Thiaridae, Corbiculidae, Tubificidae, Hirudinae, and Glossiphoniidae. Value of ASPT (Average Score Per Taxon) ranged from 1--4.75. Based on the value of ASPT, the Pesanggrahan River from Upstream (Bogor, West Java) to Downstream (Kembangan, DKI Jakarta) has been experienced moderate to high level of pollution with indication of high organic and inorganic pollution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1275
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>