Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas penokohan Laksmana dalam novel Anak Bajang
Menggiring Angin karya Sindhunata dan Ramayana karya P. Lal yang telah
diindonesiakan oleh Djokolelono. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sastra bandingan. Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan citra tokoh
Laksmana dalam kedua novel tersebut melalui perbandingan penokohan. Unsur
intrinsik lainnya, meliputi tokoh, alur, tema dan amanat, latar, dan sudut pandang
juga dibahas sebagai unsur yang menunjang penokohan. Dari penelitian ini
ditemukan persamaan dan perbedaan citra tokoh Laksmana yang ditampilkan
dalam kedua novel tersebut.

ABSTRACT
This thesis concerns about the characterization of Laksmana in Anak Bajang
Menggiring Angin by Sindhunata and Ramayana by P. Lal which has been
translated to Bahasa Indonesia by Djokolelono. The comparative literature theory
is used as the analysis method. The purpose is to show the image of Laksmana in
both novels through the comparison of characterization. The other intrinsic
elements, such as characters, plot, theme and moral message, setting, and point of
view, are also discussed as supporting elements in analyzing the characterization.
As results, there are some similarities and differences of image of Laksmana the
both novels show.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43676
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lucy Setia Rachmawati
"Warisan budaya Indonesia tidak hanya terbatas pada bahasa atau pun tradisi lisan, tetapi juga terdapat tradisi menulis yang meninggalkan karya dalam bentuk fisik berupa naskah. Naskah-naskah tersebut perlu dilestarikan karena menyimpan berbagai informasi dan pengetahuan di dalamnya. Namun, dalam usaha pelestariannya ada hambatan yang cukup berarti, yaitu dalam hal penguasaan aksara dan bahasa. Salah satu upaya agar naskah tersebut dapat dimengerti masyarakat saat ini adalah dengan melakukan penggarapan dan pengalihaksaraan. Tulisan ini menyajikan transliterasi naskah Syair Sidi Ibrahim koleksi Von de Wall yang terdapat di Indonesia dengan kode naskah W 245. Transliterasi tersebut juga dilengkapi dengan daftar kata asing dan juga kekhasan teks. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa naskah ini tergolong jenis syair dan lebih khusus lagi digolongkan ke dalam jenis syair romantis. Hal tersebut didukung dengan penggunaan diksi, simile, dan metafora dalam teks.

Indonesian cultural heritage is not limited to language or oral tradition, but there is also a tradition of writing that left the paper in the phsycal form of the script. These scripts need to be preserved because the store a variety of information and knowledge in it. However, in an attempt to preserving there are considerable obstacles, namely in terms of mastery of the language and alphabet. One of the effort that the manuscript understandable today’s society is to do work and transliteration. This thesis presents the script transliteration of Syair Sidi Ibrahim collection Von de Wall in Indonesia with script code W 245. The transliteration is also equipped with a list of foreign words and also the specificity of the text. The results of this research show that this type of manuscript poems and more specifically classified into romantic poetry. It is supported with the use of diction, simile, and metaphor in the text."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hodijah
"Komunikasi ayah dan anak merupakan bentuk relasi sepanjang hidup. Dalam keluarga, ayah memegang peran penting dalam pembentukan kepribadian anak. Ayahku (Bukan) Pembohong karangan Tere-Liye merupakan salah satu karya sastra yang memuat kedekatan hubungan ayah terhadap anak melalui wacana persuasif. Skripsi ini secara khusus membahas strategi persuasi yang digunakan tokoh Ayah terhadap Dam, sejak kecil hingga dewasa, melalui dongeng dan percakapan. Penelitian kualitatif ini menggunakan model analisis wacana kritis Norman Fairclough yang dihubungkan dengan teori persuasi Ehninger, Monroe, dan Gronbeck. Hasil penelitian tahapan persuasif yang dibangun melalui percakapan menampilkan perubahan relasi kuasa dan pembentukan identitas tokoh ayah dan anak sepanjang cerita.

Communication between father and son is a long-life relationship. In a family, a father holds a significant role in his children's character building. Ayahku (Bukan) Pembohong written by Tere-Liye is one of many novels that show father and children relationship by using persuasive discourse. The focus of this study is the persuasion strategies that the Father applies to Dam, since Dam was still child until he becomes an adults, especially by usinng tales and conversations. This qualitative research uses critical discourse analysis model from Norman Fairclough's theory that related to Ehninger. Monroe, and Gronbeck's persuasion theory. The result of the persuasive stage applied in the story shows the changing of power relation and the building of the father and the son's character all along the storyline.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Setyarini
"Pada abad ke-19, perdagangan candu marak terjadi di Nusantara. Konsumen candu sendiri berasal dari berbagai golongan, mulai dari kaum/clan Tionghoa hingga kaum pribumi. Dalam mengatur perdagangan candu di masyarakat, Pemerintah Kolonial Belanda yang berkuasa di Nusantara pada masa tersebut menerapkan sistem pacht. Sistem pacht memberikan keuntungan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama kaum Tionghoa. Dalam lelang pacht, kaum Tionghoa banyak yang memenangkan lelang tersebut dan mendapatkan hak sebagai pachter/ penyewa tanah usaha dalam sistem pacht. Potret kehidupan kaum Tionghoa sebagai pachter telah dituangkan dalam berbagai literatur, salah satunya dalam novel karya Gouw Peng Liang yang berjudul Lo Fen Koei. Novel yang ditulis pada tahun 1903 tersebut menyoroti sisi lain kehidupan pachter bernama Lo Fen Koei yang menyalahgunakan kekuasaannya demi memuaskan segala keinginannya. Selain menyajikan kisah tentang karakter Lo Fen Koei, novel ini juga menyajikan interaksi antara tokoh-tokoh Tionghoa dan tokoh-tokoh pribumi. Dengan penggambaran yang dibuat semirip mungkin dengan peristiwa di kehidupan nyata (baik penggambaran karakter pachter dalam tokoh Lo Fen Koei dan penggambaran interaksi sosial antara kaum Tionghoa dan pribumi dalam novel ini), pembaca dapat memperoleh informasi mengenai gambaran sosial dan interaksi antar-golongan masyarakat yang terjadi di Nusantara pada masa tersebut.

On nineteenth century, opium business became widely promised business in Nusantara. Opium consumers came from any social class, from aristocrate to poor, from Chinese people to local people called pribumi. To managed opium trade in Nusantara, Colonial Dutch Government that ruled Nusantara (on that time) applied opium-pacht system. This system promised big profit for everyone who took a part on it, especially for Chinese people. On opium-pacht auction, Chinese people often became the winner and have a right to be an opium-pachter/ land renter on opiumpacht system. The life of Chinese opium-pachter has been illustrated on any works and written, for example the novel Lo Fen Koei. This novel written by Tionghoa’s author named Gouw Peng Liang. Written on 1903, this novel potrayed the life of Lo Fen Koei, a fictitious Chinese opium-pachter that manipulated his power to get anything he wants. This novel not only tells about Lo Fen Koei’s character, but also described about the interaction of people from any social class in Nusantara, especially interaction between Chinese people and pribumi. With the resemblances between Lo Fen Koei’s story and real events (such as the portrayal of opium-pachter that illustrated on Lo Fen Koei’s character and interaction between the Chinese and the pribumi), the readers could get a lot of information about social interaction and any events that happened in Nusantara on that time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dearisa Muhlisiani Putri
"[ABSTRAK
Skripsi ini membahas kumpulan drama Manusia Kota: Empat Buah Drama karya Utuy Tatang Sontani. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan teori cerita rekaan Panuti Sudjiman yaitu analisis struktur cerita rekaan melalui alur dan pengaluran, tokoh dan penokohan, serta tema. “Manusia kota” yang ditulis sebagai judul merupakan suatu frasa untuk menggambarkan masyarakat kota dengan konteks masyarakat kota Jakarta tahun 1950-an. Gambaran manusia kota tersebut dikemukakan Utuy Tatang Sontani melalui empat buah drama, yaitu “Sajang Ada Orang Lain” (1954), “Dilangit Ada Bintang” (1954), “Saat Jang Genting” (1956), dan “Pengakuan” (1957). Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa gambaran manusia kota yang terlihat pada drama-drama Utuy Tatang Sontani, bahwa pada dasarnya manusia kota tidak dapat lepas dari nafsu duniawi, yaitu uang dan seks.

ABSTRACT
This thesis discusses collection drama namely Manusia Kota: Empat Buah Drama by Utuy Tatang Sontani. This research uses descriptive analytic method alongside with fiction theory approach by Panuti Sudjiman by which the structure of fiction consisting of plots, characters and characterizations, and theme is analyzed. "Urban People" which was written as the title is a phrase to describe the community of Jakartan people in the context of 1950s. That human depiction was presented by Utuy Tatang Sontani through four plays, namely "Sajang Ada Orang Lain" (1954), "Dilangit Ada Bintang" (1954), "Saat Jang Genting" (1956), and "Pengakuan" (1957). The results of this research show some in depth depiction of the urban people that was represented by the human dramas of Utuy Tatang Sontani, that essentially, people living in urban areas can not be separated from worldly passions named money and sex., This thesis discusses collection drama namely Manusia Kota: Empat Buah Drama by Utuy Tatang Sontani. This research uses descriptive analytic method alongside with fiction theory approach by Panuti Sudjiman by which the structure of fiction consisting of plots, characters and characterizations, and theme is analyzed. "Urban People" which was written as the title is a phrase to describe the community of Jakartan people in the context of 1950s. That human depiction was presented by Utuy Tatang Sontani through four plays, namely "Sajang Ada Orang Lain" (1954), "Dilangit Ada Bintang" (1954), "Saat Jang Genting" (1956), and "Pengakuan" (1957). The results of this research show some in depth depiction of the urban people that was represented by the human dramas of Utuy Tatang Sontani, that essentially, people living in urban areas can not be separated from worldly passions named money and sex.]"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda
"Gender merupakan salah satu topik atau kajian yang menarik untuk dibahas dan diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian terdahulu yang mengkaji topik mengenai gender, mulai dari gender yang dikaitkan dengan karya sastra sampai pada pembahasan gender yang dikaitkan dengan bahasa. Dalam penelitian ini, gender akan diteliti hubungannya dengan penggunaan bahasa tulis (narasi). Bahasa tulis atau narasi yang akan di kaji lebih dikhususkan pada penggunaan kohesi gramatikal antara remaja laki-laki dan perempuan dalam bernarasi. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat bagaimana penggunaan bahasa khususnya penggunaan kohesi gramatikal antara remaja lakilaki dan perempuan, serta melihat apakah ada perbedaan dalam penggunaan kohesi gramatikal antara kedua kategori responden.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan. Responden dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-17 tahun yang duduk di bangku sekolah menegah atas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulisan atau narasi yang dibuat oleh responden. Ada sekitar 43 narasi yang menjadi data dalam penelitian ini. Hasil atau kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan penggunaan kohesi gramatikal (khususnya perbedaan dalam jumlah rerata) dalam narasi milik responden laki-laki dan perempuan. Kohesi gramatikal dalam narasi milik responden perempuan cenderung lebih banyak ditemukan dibandingkan kohesi gramatikal dalam narasi milik responden laki-laki. Namun, perbedaan jumlah rerata yang terjadi ini tidak menunjukkan angka perbedaan yang besar. Jadi dapat dinyatakan bahwa perbedaan penggunaan kohesi antara responden laki-laki dan responden perempuan dalam penelitian ini tidak signifikan.

Gender is one of the topics or study that interest to be discussed and researched. This is evidenced by the many previous studies that already examine the topic of gender, ranging from gender are associated with literature until topics of gender that is associated with language. In this research, gender will be examined based on relation with use of written language (narrative). Written language or narrative that will be examined more specifically in the use of grammatical cohesion between boys and girls in make a narrative. This research aims to see how the use of language, especially the use of grammatical cohesion between boys and girls, and see whether there are differences in the use of grammatical cohesion between the two categories of respondents.
In this research, method that used is field research. Respondents in this study were adolescents aged 15-17 years old in level senior high schools. The resource that used in this research is the text or narration made by the respondent. There are about 43 narrative that becomes the data in this researches. Results or conclusions obtained from this research is there are differences in the use of grammatical cohesion (especially the difference in the average) in the narration of the respondents belong to men and women. Grammatical cohesion in the narration belongs female respondents tend to be more easy to found than grammatical cohesion in the narration belongs to male respondents. However, differences in the mean number that happen does not show a large difference figures. So, it can be stated that the differences in the use of cohesion among male respondents and female respondents in this research is not significant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S61236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswo Pujiantoro
"Hikayat Hang Tuah merupakan satu dari sekian banyak naskah kuno Melayu yang keberadaanya cukup popular dan telah menginspirasi banyak orang, khususnya masyarakat Melayu, hingga kini. Sebagai karya sastra, Hikayat Hang Tuah memiliki berbagai aspek terkait penggambaran pemikiran, masyarakat, dan adat-istiadat Melayu. Tulisan ini akan menganalisis etnosentrisme kemelayuan yang tergambar dalam narasi melalui hubungan antartokohnya. Analisis dilakukan terhadap naskah Ml.207 koleksi PNRI yang telah diterbitkan dalam aksara Latin oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data penelitian diperoleh dengan membaca naskah Hikayat Hang Tuah secara berulang-ulang kemudian mencatat bagian-bagian yang  mendukung analisis utama penulis. Teori yang penulis gunakan yaitu teori Coleman dan Cressey (1984) yang mengatakan bahwa orang yang berasal dari suatu kelompok etnis cenderung melihat budaya mereka sebagai yang terbaik. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa unsur etnosentrisme kemelayuan tergambar melalui narasi antartokoh, khususnya antara tokoh Hang Tuah dan tokoh Gajah Mada. Hal itu dibuktikan melalui penggambaran tokoh Hang Tuah yang berasal dari Melayu mampu memperdayai tokoh Gajah Mada, tokoh dari etnis lain  dengan strategi dan keahliannya.

Hikayat Hang Tuah is one of the many ancient Malay texts whose existence is quite popular and has inspired many people, especially the Malay community, until now. As a literary work, Hikayat Hang Tuah has various aspects related to the depiction of Malay thought, society, and customs. This paper will analyze Malay ethnocentrism which is reflected in the narrative through the relationship between the characters. The analysis was carried out on the manuscript Ml.207 of the PNRI collection which had been published in Latin script by the Ministry of National Education. This study uses a type of qualitative research. The research data was obtained by reading the Hikayat Hang Tuah text repeatedly and then recording the parts that support the author's main analysis. The theory that the writer uses is the theory of Coleman and Cressey (1984) which says that people who come from an ethnic group tend to see their culture as the best. The results of this study found that elements of Malay ethnocentrism were depicted through narratives between characters, especially between Hang Tuah and Gajah Mada figures. This is proven by the depiction of the character Hang Tuah who comes from Malay who is able to deceive the Gajah Mada character, a character from another ethnicity with his strategy and expertise."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Dewi Kusumastuti
"Stilistika adalah kajian ilmu linguistik yang menganalisis gaya bahasa. Gaya bahasa adalah ciri pemakaian suatu bahasa yang digunakan seseorang dalam mengekspresikan tulisan yang bertujuan untuk memperoleh efek tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gaya bahasa yang terdapat dalam Kitab Mazmur. Data diambil dari Kitab Mazmur, yaitu pasal 1--15, pasal 68--82, dan pasal 136--150 dan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendapat yang digunakan adalah pendapat dari Keraf (1984) dan Tarigan (1985). Hasil penelitian menunjukkan (1) Dalam 45 pasal Kitab Mazmur yang dijadikan data dalam penelitian ditemukan 27 jenis gaya bahasa; (2) Gaya bahasa hiperbola merupakan gaya bahasa paling dominan dalam 45 pasal; (3) Pasal 1--15, pasal 68--82, dan pasal 136--150 menghasilkan tiga gaya bahasa dominan yang berbeda-beda; (4) Tiga gaya bahasa dominan dalam 45 pasal, seperti hiperbola, repetisi, dan sarkasme memiliki karakteristik yang berbeda-beda; (5) Sebagai kitab yang berisi puji-pujian kepada Tuhan, penulis Kitab Mazmur memilih diksi yang beragam.

Stylistics is the study of linguistics that analyzes the figurative of language. Figurative language is a feature the use of a language that is used by someone in expressing writing that aims to obtain a certain effect. This study aims to explain the figurative of language found in the Psalms. The data were taken from the Psalms, specifically from chapters 1--15, chapters 68--82, and chapters 136--150 and were analyzed using a qualitative descriptive method. The opinion used is the opinion of Keraf (1984) and Tarigan (1985). The results of the research show (1) In the 45 chapters of the Psalms that were used as data, 27 types of figurative language were found; (2) Hyperbole is the most dominant figurative language; (3) Chapters  1--15, chapters 68--82, and chapters 136--150 produce different three most dominant figurative of language (4) The most dominant figurative language from 45 chapters, such as hyperbole, repetition, and sarcasm have different characteristics; (5) As a book that contains praises to God, the author of the Book of Psalms chooses a variety of dictions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Wiguna
"Sastra anak memiliki persoalan dan realitas yang sama dengan sastra dewasa. Salah satu persoalan yang dapat dibahas adalah kemiskinan. Ketujuh cerpen dalam majalah Si Kuntjung tahun 1960 merupakan karya sastra yang mengandung isu kemiskinan dalam latar tahun 1960. Permasalahan dirumuskan pada dua pertanyaan penelitian, yaitu (1) bagaimana kemiskinan direpresentasikan dalam 7 cerita pendek majalah anak Si Kuntjung? dan (2) bagaimana dampak kemiskinan terhadap tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut? Sehubungan dengan itu, penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan representasi kemiskinan yang tercermin melalui tujuh cerpen dalam majalah Si Kuntjung dan dampaknya pada tokoh-tokoh dalam cerpen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra, serta konsep representasi dan kemiskinan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kemiskinan dalam cerpen ditunjukkan melalui dua hal, yaitu pekerjaan tokoh dan latar dalam cerpen. Selain itu, kemiskinan juga memberikan dampak berbeda pada tokoh anak dan tokoh dewasa. Hal ini sejalan pada kondisi tahun 1960 dengan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa majalah anak Si Kuntjung merupakan gambaran kemiskinan pada tahun 1960.

Children's literature has the same issues and realities as that of adult literature. One of the issues that can be discussed is poverty. The seven short stories from Si Kuntjung magazine, which was released in 1960, are literary works containing the issue of poverty set in 1960. The problem is formulated into two research questions: (1) how is poverty represented in the 7 short stories of the children's magazine Si Kuntjung?, and (2) how does poverty affect the characters in the short story? In addition to that, this study was conducted to show the representation of poverty reflected through the seven short stories in Si Kuntjung magazine and its impact on the characters in the short story. This research uses qualitative descriptive research method with a literary sociology approach, as well as the concepts of representation and poverty. The results of this research shows that poverty in short stories is depicted through two things, which are the characters' professions and the setting in short stories. In addition, poverty also has different impacts on children and adult characters. Therefore, it is seen that the children's magazine Si Kuntjung reflects poverty in 1960."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisa Nisarizulma
"Novel Rasina karya Iksaka Banu menggambarkan fenomena kehidupan pribumi di bawah kekuasaan penjajahan Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk-bentuk praktik perbudakan kolonial Belanda terhadap pribumi di Batavia saat menjelang kebangkrutan VOC tahun 1755. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan kajian pascakolonialisme. Penelitian ini menggunakan teori orientalisme dari Edward Said. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka. Hasil analisis mengungkapkan terdapat tiga bentuk praktik perbudakan kolonial Belanda terhadap pribumi. Pertama, perdagangan budak yang menunjukkan perampasan hak asasi seseorang melalui aksi jual-beli manusia. Kedua, penyiksaan budak yang menunjukkan perbuatan melampaui batas kemanusiaan yang memanfaatkan ketidakberdayaan masyarakat pribumi di mata kolonial Belanda. Ketiga, penyelundupan budak yang menunjukkan tindak korupsi orang-orang Belanda yang hanya memberi keuntungan bagi para pejabat Kompeni. Ketiga hal tersebut membuktikan bahwa praktik perbudakan kolonial Belanda terhadap pribumi merupakan perbuatan pencelaan, pelanggaran hak asasi manusia, perebutan kebebasan hidup, serta ketidakadilan dalam perlakuan hukum yang secara keseluruhan bertolak belakang dengan kemanusiaan dan kedaulatan individu.

The Rasina novel by Iksaka Banu describes the phenomenon of indigenous life under Dutch colonial rule. This study aims to analyze forms of Dutch colonial slavery practices against natives in Batavia at the time of the VOC's bankruptcy in 1755. The method used is descriptive qualitative with post-colonialism studies. This study uses the orientalism theory of Edward Said. Data collection was carried out using literature study techniques. The results of the analysis revealed that there were three forms of Dutch colonial slavery practices against natives. First, the slave trade which denotes the deprivation of a person's human rights through human trafficking. Second, the torture of slaves which showed an act of exceeding the limits of humanity that took advantage of the powerlessness of the indigenous people in the eyes of the Dutch colonialists. Third, the smuggling of slaves which showed the corruption of the Dutch people which only gave benefits to Company officials. These three things prove that the practice of Dutch colonial slavery against natives was an act of disgrace, violation of human rights, struggle for freedom of life, and injustice in legal treatment which as a whole was contrary to humanity and individual sovereignty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>