Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Fitri Arianty
"Latar Belakang : Kelahiran prematur saat ini menjadi penyebab utama kematian pada bayi. Bayi yang dapat bertahan hidup memiliki kemungkinan cacat dan keterlambatan perkembangan. Di Indonesia, data dari Maternal Perinatal Death Notification Kementerian Kesehatan tahun 2023 tercatat 29.945 kematian bayi disebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR), prematuritas dan asfiksia. Pada bayi prematur sering terjadi gangguan hemodinamik yang memengaruhi aliran darah ke otak. Keadaan ini disertai belum maturnya autoregulasi pada bayi prematur menyebabkan mudah terjadi GM-IVH. Sebagian besar GM-IVH tidak muncul segera setelah lahir. Beberapa penelitian menyebutkan 50% GM-IVH muncul 48 jam pertama setelah lahir dan 90% pada 72 jam pertama setelah lahir. Kesulitan di lapangan adalah 25 - 50 % bayi tidak menunjukkan gejala dan tanda manifestasi GM-IVH pada fase awal. USG kepala Doppler warna diketahui dapat melihat perubahan aliran darah dengan menilai perubahan parameter Doppler warna.
Tujuan : Mendapatkan nilai parameter USG kepala Doppler warna sebagai prediktor GM-IVH pada bayi prematur usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu dalam 24 jam pertama kehidupan.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort prospektif untuk mendapatkan prediktor GM-IVH pada 75 bayi prematur usia 24 jam pertama setelah lahir dengan usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu yang dirawat di RSCM. Satu orang bayi meninggal, sehingga 74 bayi sebagai subjek yang diikutsertakan hingga penelitian selesai. Studi menggunakan Analitik Multivariat Prediktif Kategorik.
Hasil : Distribusi karakteristik dalam penelitian ini sebanyak 74 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian, diantaranya 60 (81,1%) didiagnosis GM-IVH pada usia antara 2-7 hari. Didapatkan bayi lahir dengan usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu dalam usia 24 jam pertama menunjukkan parameter RI yang berperan dalam memprediksi GM-IVH dengan titik potong nilai parameter RI >0,69 pada USG kepala Doppler warna. Berdasarkan nilai titik potong RI > 0,69, pada AUC didapatkan sensitivitas 85,0 % dan spesifisitas 71,43%, nilai duga positif sebesar 92% dan nilai duga negatif 52%, kemaknaan p <0.0001.
Simpulan: USG kepala Doppler warna dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi GM- IVH pada bayi prematur yang lahir dengan usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu dalam usia 24 jam pertama kehidupan dengan nilai parameter RI > 0,69 sebagai parameter yang berperan memprediksi GM-IVH.

Background: Premature delivery nowadays has become the primary cause of death in infants. The survivor infants can have some disabilities and developmental delays. In Indonesia, Maternal Perinatal Death Notification data from Health Ministry in 2023 report 29.945 number of death in infants caused by underweight, prematurities and asphixia. Premature infants often have haemodinamic abnormalities that can influence blood flow to the brain. This condition followed by the immature of the autoregulation in premature infants that can caused GM-IVH easyly. Most of GM-IVH did not appear directly after birth. A number of studies showed that GM-IVH 50% occured at 48 hours and 90% at 72 hours after birth. Difficulties in the field is 25 - 50 % infants do not show symptoms and signs of GM-IVH manifestation at early phase. Color Doppler head ultrasound could detect the early changes in the brain blood flow.
Aim : To have parameters values in color Doppler head ultrasound as predictor GM-IVH in premature infants at gestational ages less than equal 34 weeks and earlier than the first 24 hours of life.
Methods : A cohort prospective study to obtained GM-IVH predictors at 75 premature infants in gestation ages less than equal 34 weeks and age earlier than 24 hours of life, being treated at Cipto Mangunkusumo General Hospital. One baby died. Study was done using Multivarians Predictives Analitics Categories.
Result: There were 74 subject participated. Among the 60 (81,1%) were diagnosed GM-IVH at the age between 2-7 days. We found that premature infants in gestation ages less than equal 34 weeks and earlier than 24 hours of life, showed that the RI parameter played a significant role to predict GM-IVH. The cutoff point for color Doppler head ultrasound value was RI > 0,69, AUC revealed a sensitivity of 85,0 % and a specificity of 71,43 %, positive predictive value of 92% and negative predictive value of 52%, p <0.0001.
Conclusion: Color Doppler head ultrasound could be used as a tool to predict GM-IVH for prematures infants at gestation age less than equal 34 weeks and earlier than 24 hours of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ramacil Afsan Awang Notoprawiro
"Kompleksitas operasi transplantasi hati dapat mengakibatkan terjadinya gangguan elektrolit utama tubuh seperti natrium, kalium dan klorida. Ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan buruknya prognosis pasien pasca-operasi karena berkaitan dengan kejadian morbiditas seperti gangguan hemodinamik, gangguan neurologis (ensefalopati, kejang, central pontine myelinolysis), dan bahkan kematian. Belum adanya penelitian yang menggambarkan prevalens dan penilaian faktor risiko gangguan elektrolit pada populasi pediatri di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat prevalens dan menilai faktor risiko terjadinya gangguan elektrolit pada pasien anak pascatransplantasi hati di pusat transplantasi hati Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Indonesia. Studi kohort retrospektif yang dilakukan di pusat transplantasi hati RSCM Jakarta, Indonesia dan melibatkan seluruh pasien anak yang menjalani transplantasi hati pada periode Desember 2010 sampai Desember 2023. Penilaian bivariat dan multivariat dilakukan untuk menilai faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan elektolit pascatransplantasi hati. Sebanyak 78 subyek memenuhi kriteria inklusi dengan 79,5% diantaranya mengalami gangguan elektrolit. Indikasi operasi transplantasi  hati terbanyak adalah atresia bilier  (79,5%). Faktor risiko yang berpengaruh terhadap gangguan elektrolit pada pasien anak pasca operasi transplantasi hati adalah durasi operasi lebih dari 12 jam (RR 1,46 IK 95% 1,21-1,54) dan kreatinin serum (RR 0,64 IK 95% 0,27-0,98) dengan nilai p<0,05. Sebagian besar pasien anak yang menjalani operasi transplantasi hari mengalami gangguan elektrolit. Durasi operasi lebih dari 12 jam dan peningkatan nilai kreatinin serum berhubungan dengan kejadian gangguan elektrolit.

The complexity of liver transplantation surgery can lead to major electrolyte disturbances such as sodium, potassium, and chloride. Electrolyte disturbances can result in poor postoperative patient prognosis due to the association with morbidity events such as hemodynamic disorders, neurological disorders (encephalopathy, seizures, central pontine myelinolysis), and even death. There are no studies that describe the prevalence and risk factors of electrolyte disturbances in the pediatric population in Indonesia.This study was conducted to observe the prevalence and assess the risk factors for electrolyte disturbances in pediatric patients after liver transplantation at the Cipto Mangunkusumo Hospital Liver Transplant Center, Jakarta, Indonesia. Retrospective cohort study conducted at a liver transplant center in Jakarta, Indonesia, involving all pediatric patients who underwent liver transplantation from December 2010 to December 2023. Bivariate and multivariate assessments were performed to evaluate the risk factors associated with post-liver transplantation electrolyte disturbances. A total of 78 subjects met the inclusion criteria, with 79.5% experiencing electrolyte disturbances. The most common indication for liver transplantation surgery was biliary atresia (79.5%). The risk factors affecting electrolyte disturbances in pediatric patients after liver transplantation surgery were operation duration more than 12 hours (RR 1.46, 95% CI 1.21-1.54) and serum creatinine (RR 0.64, 95% CI 0.27-0.98) with a p-value <0.05. Most pediatric patients undergoing liver transplantation experience electrolyte disturbances. An operation duration of more than 12 hours and an increase in serum creatinine levels are associated with the occurrence of electrolyte disturbance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Sonata Miguna
"Latar Belakang: Tatalaksana kegawatdaruratan jalan napas pada populasi pediatrik dapat menyebabkan kejadian katastrofik kasus tersebut tidak ditangani dengan baik. Neonates- children study of anaesthesia practice in Europe melaporkan adanya 5.8% kasus sulit intubasi pada populasi neonatus dan bayi, di mana dua per tiga diantara kasus tersebut merupakan kasus sulit jalan napas yang tidak terprediksi sebelumnya. Adanya tim tatalaksana jalan napas yang terlatih dapat menjadi jawaban terhadap masalah ini karena tim telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menangani kasus tatalaksana jalan napas pediatrik.
Tujuan: Menilai efektivitas pelatihan dan simulasi berkala dalam meningkatkan performa tim interprofesional sebelum dan setelah menjalani pelatihan dan simulasi berkala dalam tatalaksana pasien pediatrik dengan jalan napas sulit
Metode: Dua puluh empat residen telinga hidung dan tenggorokan, ilmu kesehatan anak, dan anestesi mengikuti empat modul pembelajaran dan dua sesi pelatihan keterampilan berupa pelatihan task training, dan simulasi kasus kritis menggunakan manikin high fidelity. Skenario simulasi disesuaikan dengan kasus klinis dan kemudian dilakukan debriefing pasca simulasi. Evaluasi kognitif dan keterampilan secara individual dan penilaian non-technical skills pada simulasi dinilai menggunakan daftar tilik yang sudah divaluasi kemudian hasil dianalisis secara statistik.
Hasil: Secara keseluruhan didapatkan peningkatan nilai yang signifikan antara penilaian kognitif pre-test dan post-test untuk semua modul pelatihan (p<0.05). Non-technicall skills yang dinilai saat simulasi kelompok menggunakan manikin high fidelity manikin juga menunjukkan peningkatan nilai yang signifikan dengan nilai p 0.028. Nilai keterampilan intubasi secara personal menunjukkan adanya penurunan nilai meskipun tidak signifikan secara statistik
Simpulan: Pelatihan dan simulasi berkala pada penelitian ini adalah salah satu metode yang efektif untuk pengajaran tatalaksana jalan napas dan keterampilan non technical skills bagi residen telinga hidung dan tenggorokan, ilmu kesehatan anak, dan anestesi

Background: Pediatric airway emergency might cause a catastrophic event if the responders do not understand well how to handle the case. Neonates- children study of anaesthesia practice in Europe reported 5.8% cases of difficult intubation in neonates and babies, where two thirds of the cases serve as an unpredicted case. A well developed airway team might be the anwer to those problem because they are trained and obligated to have the skills and knowlegde before managing the case
Objectives: To assess the effectivity of a well developed simulation based longitudinal curriculum method to increase knowlegdge and practical skills especially interprofessional interaction in managing pediatric difficult airway cases
Materials and Methods: Twenty-four residents from otolaringology, pediatrics, and anesthesiology participated in four modules and two simulation-based training session using task trainers, and crisis scenarios using high fidelity manikin. Scenarios were based on various clinical settings and were followed by video-assisted structured debriefings. Individual cognitive and skill assessment, and non-technical skills during team simulation were assessed using validated checklist then analyzed statistically
Result: Overall, there is statistically significant improvement between the pre-test and post-test knowledge for all airway module (p<0.05 for all). Non-technicall skills during repeated team simulation with high fidelity manikin also show significant improvement with p-value 0.028. As for personal intubation skills, the result shows score reduction three months after the first traning.
Conclusion: A longitudinal simulation-based medical curriculum can be an effective method to teach airway management and non-technical skills to otolaryngology, pediatrics, and anesthesiology residents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library