Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viola Karenina Handayani
"Human Immunodeficiency Virus (HVI) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global, dimana pada akhir tahun 2020 diperkirakan ada sekitar 37,7 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Di Indonesia hingga Maret 2021 terdapat 427.201 orang dengan HIV dimana 89,7% terjadi pada usia subur (15-49 tahun). Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah penderita HIV terbanyak, yaitu 71.473 orang. Tingginya tingkat perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV berdampak pada keengganan untuk melakukan tes HIV dan berobat serta cenderung menyembunyikan status penyakitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan sampel sebanyak 1.354 responden, laki-laki dan perempuan berusia 15-49 tahun, pernah mendengar tentang HIV, dan berdomisili di Provinsi DKI Jakarta. Regresi logistik multivariat diterapkan untuk menentukan determinan perilaku diskriminatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta sebesar 30,3%. Berdasarkan model regresi logistik multivariat, usia yang lebih muda, tingkat pendidikan yang lebih rendah, tidak terpapar media massa, dan pengetahuan yang kurang komprehensif merupakan variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV (p-value kurang dari 0,10). Usia merupakan variabel yang paling berhubungan, usia 15-24 tahun memiliki risiko 1,58 (95% CI = 1,12 - 2,16) untuk melakukan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dibandingkan dengan usia 35-49 tahun setelah dikendalikan oleh pendidikan, paparan sumber informasi , dan pengetahuan yang komprehensif. Direkomendasikan untuk mengintensifkan penyebaran informasi HIV/AIDS, khususnya terkait penularan HIV/AIDS, dengan memperkuat kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan jangkauan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.

Human Immunodeficiency Virus (HVI) is still a global public health problem, where by the end of 2020 it is estimated that there are around 37.7 million people in the world living with HIV. In Indonesia until March 2021, there were 427,201 people with HIV of which 89.7% occurred in the fertile age (15-49 years). The Province of Jakarta became the province with the highest number of people with the HIV, which was 71,473 people. The high level of discriminatory behavior towards people with HIV has an impact on the reluctance to do HIV tests and seek treatment and tends to hide their disease status. The purpose of this study was to determine the determinants of discriminatory behavior toward people with HIV in Jakarta Province. This study used a cross-sectional study design with a sample of 1,354 respondents, male and female aged 15-49 years, had heard of HIV, and domiciled in Jakarta Province. The multivariate logistic regression was applied to determine the determinants of discriminatory behavior. The results of this study indicate that the discriminatory behavior against people with HIV in Jakarta Province is 30.3%. Based on the multivariate logistic regression model, the younger age, lower educational level, un-exposed to mass media, and lack of comprehensive knowledge are variables significantly related to discriminatory behavior towards people with HIV (p-value less than 0.10). Age is the most related variable, age 15-24 years have a risk of 1.58 (95% CI = 1.12 - 2.16) to discriminate against towards people with HIV compared to age 35-49 years after being controlled by education, exposure to information sources, and comprehensive knowledge. It recommended that intensify the dissemination of information on HIV/AIDS, especially related to the transmission of HIV/AIDS, by strengthening the collaboration of various parties to increase knowledge and reach of society in DKI Jakarta Province.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maudy Pratiwi Arfi
"Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018 menunjukkan bahwa banyak Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang tidak mengetahui status HIV-nya. Hal ini menandakan bahwa masih banyak LSL yang belum melakukan skrining IMS dan HIV. Hingga tahun 2019, DKI Jakarta menduduki posisi kedua terbanyak untuk jumlah infeksi HIV di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku skrining IMS dan HIV pada LSL di wilayah binaan Yayasan X di Jakarta berdasarkan teori Health Belief Model. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan desain rapid assessment procedure (RAP) untuk mengeskplor secara cepat dan mendalam mengenai gambaran perilaku skrining IMS pada LSL di Jakarta. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa LSL yang pernah melakukan skrining IMS dan HIV melakukan skrining minimal setahun sekali, namun sebagian besar masih belum rutin melakukan skrining IMS dan HIV dalam tiga bulan sekali. Sebagian besar LSL menyatakan bahwa isyarat berindak yang mendorong perilaku skrining IMS dan HIV ialah tanda dan gejala yang dialami oleh LSL. Kesadaran LSL untuk melakukan skrining IMS dan HIV sebelum muncul tanda dan gejala masih sangat kurang. Persepsi kerentanan akan risiko tinggi tertular IMS dan HIV hingga persepsi manfaat yang baik yang dirasakan oleh LSL masih belum mampu mendorong LSL untuk memeriksakan status IMS dan HIV-nya secara rutin. Oleh karena itu, kepada penyedia layanan skrining IMS dan HIV seperti puskesmas tingkat kecamatan, klinik, LSM, hingga masyarakat umum diharapkan dapat bekerja sama untuk meningkatkan cakupan skrining IMS dan HIV pada LSL di DKI Jakarta.

The results of the 2018 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) show that many men who have sex with men (MSM) do not know their HIV status. This indicates that there are still many MSM who have not screened for STIs and HIV. Until 2019, DKI Jakarta Province occupied the second highest position for the number of HIV infections in Indonesia. The aim of this study was to describe the behavior of STI and HIV screening in MSM in the target area of Yayasan X in Jakarta based on the theory of the Health Belief Model. This study used a qualitative approach with the research design being the rapid assessment procedure (RAP) because it wanted to explore quickly and in depth the description of STI screening behavior in MSM in Jakarta. This study uses primary data with data collection methods through in-depth interviews with key informants and key informants. The results showed that MSM who had screened for STIs and HIV conducted screening at least once a year, but most still did not routinely screen for STIs and HIV once every three months. Most MSM stated that the cues for action that drive STI and HIV screening behavior were the signs and symptoms experienced by MSM. MSM awareness to screen for STIs and HIV before signs and symptoms appear is still lacking. Perceptions of vulnerability to the high risk of contracting STIs and HIV to the perceived good benefits experienced by MSM are still not able to encourage MSM to have their STI and HIV status checked routinely. Therefore, it is hoped that STI and HIV screening service providers such as sub-district health centers, clinics, NGOs, and the general public can work together to increase the scope of STI and HIV screening for MSM in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library