Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Gunita Dyana Kumara
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini mengupayakan untuk melakukan verifikasi MU teknik IMRT melalui pendekatan yang disederhanakan dalam bentuk lapangan segmental. Penyederhanaan metode verifikasi MU teknik IMRT dapat dimungkinkan terjadi peningkatan error MU hingga mendekati batas acuan ±3.5%. Proses verifikasi MU secara bertahap dilakukan pada lapangan standard dan blok (non-treatment) kemudian pada perencanaan 3 pasien kanker payudara dan 2 pasien kanker serviks yang menggunakan teknik IMRT (lapangan treatment). Menggunakan Matlab, MU dari data yang terekam pada TPS Eclipse dapat diproses dengan menggunakan kalkulasi sesuai AAPM TG-71, kemudian nilai error MU tersebut diverifikasi setiap segmennya. Hasil verifikasi MU pada lapangan non-treatment sangat baik, memberikan rata-rata error MU ±0.7% dengan threshold ±(3-5) %, namun pada teknik IMRT mencapai nilai ±(50-80)% yang terpaut jauh dari threshold ± 3.5%. Nilai error MU teknik IMRT yang sangat besar diakibatkan oleh bukaan MLC pada lapangan segmental sangat kecil dan tersebar acak yang memengaruhi pemilihan titik tinjau dan equivalent square menjadi tidak tepat. Oleh karena itu metode dan kalkulasi pada penelitian ini disarankan hanya digunakan untuk verifikasi MU non-IMRT, lebih tepatnya untuk lapangan sederhana, sedangkan untuk verifikasi MU pada teknik IMRT diperlukan metode dan kalkulasi yang lain.
ABSTRACT
In this thesis, we assess MU verification independently for IMRT treatment techniques by simplifying the calculation on its segmental fields. Due to simplification, the result on IMRT MU verification may increase MU error near its threshold (±3.5%). The process of verification is done systematically on standard and blocked field (non-treatment) and then on patient planning which consists of 3 breast cancer and 2 cervix cancer patients with IMRT techniques. We process patient data from TPS Eclipse(TM) using Matlab(c) and calculate it by AAPM TG-71 algorithm, so then its MU error can be verified for each segment. The result of MU verification on non-treatment fields is decent which averaged on ±0.7% with a threshold of ±(3-5)%. However, on IMRT techniques reaches the value of ±(50-80)%, which considerably high considering its limit is ± 3.5%. High MU error on IMRT techniques is due to MLC opening of segmental fields are small and scattered that lead to inaccuracy of control point selection and equivalent square value. Consequently, methods and calculation on this thesis only suggested for MU verification on non-IMRT fields, especially standard fields, while MU verification of IMRT fields considered to have a more advanced method.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risayanti
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran PDD, faktor keluaran dan profil dosis pada lapangan kecil dengan teknik penyinaran setengah lapangan menggunakan Film Gafchromic EBT3, bilik ionisasi Exradin A16, dan detektor matriks PTW 2D-Array 729. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik berkas foton lapangan kecil menggunakan teknik penyinaran setengah lapangan, dan membandingkan hasil pengukuran dengan data referensi yang menggunakan teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dmax dan menghitung nilai TPR20,10. Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM dan penumbra. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, dan faktor keluaran menghasilkan pola yang sama dengan hasil pengukuran teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Deviasi FWHM terbesar menggunakana Film Gafchromic EBT3 dan Exradin A16 adalah -10.99 dan -33.14 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 1.5 cm, sedangkan deviasi FWHM terbesar menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 adalah -46.25 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 1.6 1.6 cm2 dan kedalaman 1.5 cm. Persentase deviasi faktor keluaran terbesar adalah -54.22 yaitu saat pengukuran menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 pada kondisi pengukuran luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 10 cm. ...... PDD measurements, output factor, and dose profile have been conducted in small field with half beam irradiation technique using Gafchromic EBT3 Film, Exradin A16 ionization chamber, and PTW 2D Array 729 matrix detector. This study was aimed to determine the characteristic of small field photon beam using half beam irradiation technique and compare the measurement results with reference data that performed full beam irradiation technique. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of dmax and calculate the TPR20,10 value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM and penumbra. The measurement results showed that the value of dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, and output factor have similar pattern with the measurement results of full beam irradiation technique. The highest FWHM deviation value that can be obtained using Gafchromic EBT3 Film and Exradin A16 are 10.99 and 33.14 occurred when measurements were conducted in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 1.5 cm. The highest deviation percentage of output factor that can be obtained using PTW 2D Array 729 matrix detector is 54.22 occured in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 10 cm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rahmawati
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran dosis titik dan distribusi dosis menggunakan film gafchromic EBT3 pada HDR brakhiterapi dengan aplikator silinder. Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik film gafchromic EBT3 dalam pengukuran brakhiterapi, mengevaluasi dosis pengukuran dengan dosis TPS melalui pengukuran dosis titik, serta mengetahui distribusi dosis di sepanjang sumber brakhiterapi. Evaluasi dosis titik dilakukan dengan mengevaluasi nilai dosis di titik pengukuran A1, A2, A3, dan A4 dengan dosis kalkulasi TPS. Titik A1 dan A2 merupakan titik preskripsi yang berada di sisi kanan dan kiri aplikator silinder. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan variasi 13 mm, 14 mm, dan 15 mm dari sumber. Sedangkan, titik A3 dan A4 merupakan titik yang berada di atas A2 dan A1 dengan jarak 1.5 cm. Pengukuran distribusi dosis dilakukan pada jarak 10 mm dan 15 mm dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kalibrasi film gafchromic EBT3 yang paling baik yaitu kalibrasi 13 mm dengan nilai diskrepansi untuk titik A1, A2, A3, dan A4 berturut-turut adalah -0.37 , -3.40 , -1.39 , dan -1.54 . Nilai diskrepansi pada jarak 10 mm dari sumber sebesar -0.26 dan pada jarak 15 mm dari sumber sebesar 7.5 .
Point dose measurements and dose distributions have been conducted in HDR brachytherapy with cylinder applicator using EBT3 gafchromic film. The main objective of this study was to know the characteristics of EBT3 gafchromic film, to evaluate doses between measurements and brachytherapy treatment planning, and to know dose distribution along the source rsquo s main axis. The evaluation of point dose have been performed by comparing dose value in point A1, A2, A3, and A4 of the measurements with dose in treatment planning. Point A1 and A2 are prescription point at the right side and the left side of cylinder applicator. Measurement of point dose have been varied by distance of 13 mm, 14 mm, and 15 mm from brachytherapy source. Point A3 and A4 are located at distance of 1.5 cm above point A2 and A1. Dose distribution was measured at distance of 10 mm and 15 mm from brachytherapy source. The most suitable calibration for point dose measurements is calibration 13 mm which discrepancy values for point A1, A2, A3, and A4 were 0.37 , 3.40 , 1.39 , and 1.54 . The discrepancy value for dose distribution measurements at distance of 10 mm and 15 mm from the source was 0.26 and 7.5 , respectively.
2017
S66223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Dian Pertiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berkas lapangan kecil yang dihasilkan dengan menggunakan wedge dan pembentukan lapangan dengan jaw dan MLC. Penentuan profil berkas dilakukan pada lapangan 1 1 cm2, 2 2 cm2, 3 3 cm2 dan 4 4 cm2 pada kedalaman 1,5 cm, 5 cm dan 10 cm, detektor film gafchromic dan PTW 2D Array, penggunaan wedge 15o, 30o, 45o, dan 60o dan pembentukan lapangan dengan jaw dan MLC. Pada pengaruh pembentukan lapangan terhadap profil berkas diperoleh deviasi nilai FWHM terbesar dengan menggunakan film gafchromic EBT 3 dan PTW 2D Array adalah 59.05 dan 36.25 dengan MLC sebagai pembentukan lapangan pada saat menggunakan wedge 60o dan 30o. Deviasi nilai FWHM terkecil dengan menggunakan film gafchromic EBT 3 dan PTW 2D Array adalah 0.61 dan 0.01 dengan MLC edge sebagai pembentukan lapangan pada saat menggunakan wedge 30o dan 60o. Hasil studi ini menunjukkan pembentukan lapangan dengan menggunakan MLC edge merupakan pembentukan lapangan secara optimal, sedangkan penggunaan wedge dapat mempengaruhi nilai FWHM yang dihasilkan. ...... This study aims to determine small field profiles using physical wedge and field conformation with jaw and MLC. Determination of the profile is done in field size 1 1 cm2, 2 2 cm2, 3 3 cm2 and 4 4 cm2 fields at of 1.5 cm, 5 cm and 10 cm depths, by using gafchromic film and PTW 2D Array as detector, physical wedge 15o, 30o, 45o, and 60o and field conformation with jaw and MLC. The result of influence of field conformation to beam profile given the largest deviation of FWHM value obtained by using gafchromic film and PTW 2D Array is 59.05 and 36.25 with MLC as field conformation for the use of wedges 60o and 30o. The smallest FWHM deviation using gafchromic film and PTW 2D Array is 0.61 and 0.01 with MLC edge as field conformation for the use of wedge 30o and 60o. This results of study indicated that the formation of field using MLC edge is optimal one, while the use of wedge could affect the FWHM generated.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Angelina
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berkas foton lapangan kecil setengah lapangan half beam dengan menggunakan wedge. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dosimeter Matriks PTW 2D-Array 729 dan Film Gafchromic EBT3 yang dilakukan pada kedalaman 1.5 cm, 5 cm dan 10 cm untuk setiap lapangan penyinaran 0.8 0.8 cm2, 1.6 1.6 cm2, 2.4 2.4 cm2, 3.2 3.2 cm2 dan 4 4 cm2 dengan menggunakan physical wedge dengan besar sudut 15 , 30 , 45 dan 60 serta dilakukan variasi penyinaran yaitu daerah penyinaran wedge tipis dan tebal. Hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai FWHM cenderung lebih besar 1.59 saat daerah penyinaran wedge tipis. Deviasi FWHM dan penumbra terkecil masing-masing 0.92 dan 0.33 cm pada lapangan 0.8 0.8 cm2 wedge 60 menggunakan Film Gafchromic EBT3. Penumbra memiliki rentang nilai 0.15 ndash; 0.36 cm dengan anomali sebesar 80 n=135 jika definisi penumbra merupakan jarak level isodosis 80 - 20 dan 0.24 n=135 jika definisi penumbra merupakan jarak level isodosis 50 - 20. ...... This study was aimed to find the profile dose of small field for photon beams on half beam irradiation technique using wedge. The beam profile measurements are using Matrix PTW 2D Array 729 and Film Gafchromic EBT3 at depth 1.5 cm, 5 cm and 10 cm for each irradiation field 0.8 0.8 cm2, 1.6 1.6 cm2, 2.4 2.4 cm2, 3.2 3.2 cm2 dan 4 4 cm2 using physical wedge angles of 15 , 30 , 45 dan 60 and conducted variation of irradiation, thin and thick wedge irradiation. Results shown that FWHM values tend to be greater than 1.59 when thin wedge irradiation area. Smallest FWHM deviation and penumbra respectively 0.92 and 0.33 cm in the field 0.8 0.8 cm2 wedge 60 using Film Gafchromic EBT3. Penumbra has a range from 0.15 to 0.36 cm with an anomaly of 80 n 135 if defined as the distance 80 20 dose points and 0.24 n 135 if defined as the distance 50 20 dose points.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Lailyshofa
Abstrak :
ABSTRACT
MVCT merupakan modalitas pencitraan yang diintegrasikan dengan pesawat Tomoterapi menggunakan energi 3.5 MV yang memiliki andil cukup besar untuk memberikan tindakan terapi yang optimal pada Tomoterapi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas citra, estimasi dosis, serta verifikasi posisi pada pencitraan MVCT. Dalam penelitian ini, evaluasi MVCT dilakukan dengan tiga variasi mode slice thickness yaitu fine, normal, dan coarse. Pengujian kualitas citra dilakukan menggunakan phantom Cathpan 600. Estimasi dosis dan verifikasi posisi dilakukan menggunakan phantom Rando pada tiga area yang ditentukan, yaitu head neck, thorax, dan pelvic. Verifikasi posisi dilakukan dengan memberikan beberapa marker eksternal di beberapa titik pada setiap area dan dihitung dengan bantuan dua perangkat lunak, yaitu software Tomoterapi dan 3D Slicer. Hasil evaluasi kualitas citra yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh variasi mode slice thickness pada MVCT masih berada dalam batas toleransi sesuai dengan AAPM TG 148. Estimasi dosis yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis terbesar diperoleh pada mode fine. Secara umum, nilai estimasi dosis yang diperoleh berada pada rentang 1-4 cGy untuk semua area pada setiap titik OAR yang diukur. Pergerakan posisi yang diperoleh untuk seluruh variasi mode slice thickness menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, dengan besar le; 0.5 mm. Perbedaan hasil pergerakan posisi yang diperoleh antara dua software yang digunakan tidak lebih dari 0.5 mm.
ABSTRACT
MVCT is an imaging modality which is integrated by Tomotherapy using 3.5 MV energy that has a large enough contribution to provide an optimal therapeutic in Tomotherapy. The purpose of this study is to evaluate the image quality, dose estimation, and verification of the position on MVCT imaging. In this study, MVCT evaluation was performed with three variations of the slice thickness mode that is fine, normal, and coarse. Image quality testing was performed using Catphan 600 phantom. Dose estimation and position verification were performed using Rando phantom in three areas, there were head neck, thorax, and pelvic. Verification of the position was performed by providing several external markers at several points in each area and calculated with the help of two software, namely Tomotherapy software and 3D Slicer. The result of image quality evaluation obtained shows that all variations of slice thickness mode in MVCT are still within tolerable limits in accordance with AAPM TG 148. Estimated dose obtained shows that the largest dose was obtained in fine mode. In general, the estimated dose value which was obtained is in the range of 1 4 cGy for all areas at each measured OAR point which was measured. Movement of position obtained for all variations of slice thickness mode shows insignificant difference, with value le 0.5 mm. The difference of result obtained between the two software used is no more than 0.5 mm.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Adhyasa Pradigta Cahaya Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Tomoterapi memiliki pola iradiasi heliks yang akan membentuk junction dan membuat pola distribusi dosis terganggu. Variasi pola distribusi dosis yang disebabkan oleh pola iradiasi heliks disebut ripple atau thread effect. Nilai thread effect sangat dipengaruhi oleh nilai pitch dan nilai faktor modulasi. Nilai pitch optimal telah dipelajari oleh Kissick et al, yang sama dengan 0,86 / n di mana n adalah bilangan bulat. Selanjutnya, pengaruh faktor modulasi terhadap nilai thread effect telah dipelajari oleh Mingli Chen et al. Dalam penelitian ini, dua jenis target digunakan, target sederhana dan target kompleks, penambahan kasus yaitu adanya dose interrupt, dua jenis scanner yaitu EPSON 10000 XL dan VIDAR, serta dua jenis dosis, dosis tunggal dan Simultaneous Integrated Boost (SIB) dengan variasi pitch dan nilai faktor modulasi. Untuk nilai pitch, kami memvariasikannya dari 0,287; 0,35; hingga 0,43, sedangkan kami menggunakan variasi 2; 2,2; 2,5; 2,8; dan 2,9 untuk faktor modulasi. Hasilnya menunjukkan bahwa target kompleks memiliki nilai ripple sekitar 1%-2% lebih rendah daripada target sederhana. Selain itu, area dosis tinggi memiliki nilai ripple sekitar 0,5%-3% lebih rendah daripada area dosis rendah saat menggunakan SIB. Untuk gamma indeks didapat nilai >99% ketika menggunakan DQA Station dan >70% ketika menggunakan Film QA Pro untuk kriteria 3%/3mm. Dari hasil ini kami menemukan bahwa thread effect sangat dipengaruhi bentuk target, dan besarnya nilai dosis yang digunakan untuk kasus SIB. Selaint itu, posisi film sangat berpengaruh ketika menggunakan EPSON 10000XL dibanding ketika menggunakan VIDAR. Pada kasus interrupt dose, waktu terjadinya gangguan tidak terlalu mempengaruhi distribusi dosis.
ABSTRACT
Tomotherapy has a helical irradiation pattern that will form a junction and made interfere dose distribution pattern. The variation of dose distribution pattern where it caused by the helical irradiation pattern is called ripple pattern or thread effect. Thread effect value is strongly influenced by the pitch and modulation factor value. The optimal pitch value has been studied by Kissick et al, which is equal to 0.86/n where n is integer. Furthermore, the effect of modulation factor against thread effect value has been studied by Mingli Chen et al. In this study, two types of targets were used, simple target and complex target, addition of cases namely dose interrupt, two types of scanners, EPSON 10000XL and VIDAR, and two types of doses, single dose and Simultaneous Integrated Boost (SIB) with varied pitch and modulation factor value. For the pitch value, we varied from 0.287, 0.35, to 0.43, whereas we used variation of 2, 2.2, 2.5, 2.8, and 2.9 for the modulation factor. The results show that complex target have ripple values around of 1%-2% lower than simple target. In addition, high doses area have ripple values around of 0.5%-3% lower than low doses area when using SIB. For gamma index, the value is >99% when using DQA Station and >70% when using Film QA Pro for criteria 3%/3mm. From this result we found that thread effect was influenced by target form and doses value used for SIB cases. After that, the position of film is very influential when using EPSON 10000 XL compared to when using VIDAR. In the case of an interrupt dose, the timing of the interference does not significantly affect the dose distribution.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library