Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christina Calista
Abstrak :
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi dan angka penyakit ini bertambah setiap tahunnya di Inonesia. Pada terapi periodontal regeneratif, graft tulang digunakan untuk menggantikan jaringan tulang yang hilang dan memiliki berbagai sumber. Setiap jenis memiliki kelebihan dan keterbatasannya, pemilihan bergantung pada faktor tertentu. Literatur tentang persepsi dan preferensi pasien dalam pemilihan bahan graft tulang sudah banyak ditemukan, tetapi survei mengenai evaluasi klinis serta preferensi pemakaian graft tulang menurut dokter gigi terbatas, khususnya di Indonesia. Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan, persepsi dan preferensi Dokter Gigi Spesialis Periodonsia dan mahasiswa Peserta Program Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) Periodonsia di Indonesia dalam penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Metode: Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner via Google Form dengan desain penelitian deskriptif dan observasional dengan metode cross-sectional. Hasil: Seluruh responden memiliki pengetahuan dan preferensi yang beragam terkait penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Oral Hygiene dan gambaran radiografis merupakan parameter yang harus dievaluasi sebelum prosedur regeneratif. Jenis graft tulang xenograft paling banyak dipilih karena hasil, biokompatibilitas, dan bioaktivitas material yang baik. Biaya merupakan alasan tidak digunakannya graft tulang. Graft tulang seringkali dikombinasikan dengan Teknik GTR dan membran, dan bentuk granul adalah sediaan yang paling sering digunakan. Graft tulang paling sering digunakan pada kasus periodontitis dengan kehilangan tulang vertikal diikuti pemasangan implan. Kesimpulan : Xenograft menjadi bahan graft tulang yang paling banyak dipakai. Tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna antara persepsi kedua kelompok dalam penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Responden merasa puas dengan penggunaan graft tulang untuk terapi regeneratif periodontal dibandingkan dengan bahan lain ......Background: Periodontitis is an inflammatory disease of the supporting tissues of the teeth and the number of this disease increases every year in Indonesia. In regenerative periodontal therapy, bone grafts are used to replace lost bone tissue and it comes from various sources. Each type has its own advantages and limitations, the selection depends on certain factors. Literature on patient perceptions and preferences in the selection of bone graft material has been found, but surveys regarding clinical evaluation and preference for using bone grafts according to dentists are limited, especially in Indonesia. Objective: Evaluating the level of knowledge, perceptions and preferences of periodontists and periodontist resident students in Indonesia on the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Method: A cross-sectional descriptive study using questionnaires given to Periodontists in Indonesia. Result: All of the respondents had various knowledge and preferences regarding the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Oral hygiene and radiographic appearance are parameters that must be evaluated prior to regenerative procedures. The most widely chosen graft is the xenograft, due to better results, biocompatibility, and bioactivity of the material. Cost is the main reason for the respondents not using bone grafts. Bone grafts are often combined with the GTR and membrane techniques, and the granular form is the most frequently used form of graft. Bone grafts are most often used in periodontitis cases with a vertical bone loss followed by implant placement.Conclusion : Xenograft are the most widely used bone graft material in Indonesia. There was no statistically significant difference between the perceptions of the two groups regarding the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Respondents were satisfied with the use of bone grafts for periodontal regenerative therapy compared to other materials.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lorita Sendana
Abstrak :
Latar belakang: Kekhawatiran pasien dan dokter gigi terhadap penularan Covid-19 dan anjuran PDGI untuk menunda perawatan yang tidak mendesak menyebabkan berkurangnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi selama pandemi Covid-19. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi kunjungan pasien selama pandemi Covid-19 di Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI.Tujuan: Mendapatkan data kunjungan pasien selama pandemi Covid-19. Metode: Menggunakan desain penelitian deskriptif dan observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data diambil dari 167 rekam medis Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode Juni 2020-Mei 2021. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS. Hasil: Jumlah pasien yang berkunjung mayoritas perempuan (53,9%) dan usia 26-44 tahun (42,4%). Mayoritas pasien yang berkunjung memiliki OHI-S sedang (45%). Keluhan utama paling banyak karena ingin membersihkan karang gigi (29,3%). Pasien banyak mengalami periodontitis (71,8%) dan mayoritas Periodontitis stage III grade C (26,7%). Rencana perawatan initial yang banyak direncanakan adalah Dental Health Education (29,2%) dan Scaling Root Planing (28,1%). Rencana perawatan bedah terbanyak adalah kuretase (30,1%) dan rencana perawatan rekonstruksi adalah rujukan ke Spesialis Prostodonsia (54,2%). Kesimpulan: Terdapat peningkatan jumlah kunjungan, perbedaan jumlah perawatan SRP dan perawatan periodontal lainnya pada periode Juni-September 2020, Oktober 2020-Januari 2021, dan Februari-Mei 2021 di klinik periodonsia RSKGM FKG UI. ......Background: The concern of patients and dentists about the transmission of Covid-19 and the PDGI's recommendation to postpone non-urgent treatments have led to fewer patients visiting the dentist during the Covid-19 pandemic. This makes researchers interested in conducting research on evaluating patient visits during the Covid-19 pandemic at the Periodontal Clinic of RSKGM FKG UI. Objective: To obtain data on patient visits during the Covid-19 pandemic. Methods: Using a descriptive and observational analytic research design with a cross-sectional approach. Data were taken from 167 medical records of the Periodontal Clinic of RSKGM FKG UI for the period June 2020-May 2021. Data analysis was carried out by univariate and bivariate analysis using SPSS. Results: The majority of patients who visited were women (53.9%) and aged 26-44 years (42.4%). The majority of patients who visited had moderate OHI-S (45%). The main complaint was mostly because they wanted to clean tartar (29.3%). Most of the patients had periodontitis (71.8%) and the majority of them had stage III grade C periodontitis (26.7%). The initial treatment plans that were mostly planned were Dental Health Education (29.2%) and Scaling Root Planing (28.1%). Most of the surgical treatment plans were curettage (30.1%) and the reconstructive treatment plan was referral to a prosthodontic specialist (54.2%). Conclusion: There was an increase in the number of visits, differences in the number of SRP treatments and other periodontal treatments in the period June-September 2020, October 2020-January 2021, and February-May 2021 at the periodontics clinic of RSKGM FKG UI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ubaida Ahmad Alhety
Abstrak :
Latar belakang: Pengetahuan mengenai kesehatan periodontal merupakan salah satu cara untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi dan mulut. Tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap kesehatan periodontal bisa menjadi penghalang potensial untuk upaya pencegahan kesehatan periodontal dan mulut yang efektif. Tujuan: Mengevaluasi gambaran tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal pada mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2017. Metode: Penelitian menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan potong lintang menggunakan kuesioner melalui Google Form. Subjek penelitian sebanyak 234 orang yang terdiri atas 100 laki-laki dan 134 perempuan. Data dianalisis dengan menggunakan uji komparatif. Hasil: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal pada mahasiswa UI 2017 berdasarkan jenis kelamin dan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal berdasarkan rumpun ilmu. Kesimpulan: Pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal pada mahasiswa perempuan lebih tinggi dari laki-laki, dan mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) mempunyai tingkat pengetahuan mengenai kesehatan jaringan periodontal yang lebih tinggi dari mahasiswa rumpun ilmu yang lain. ......Background: The knowledge about periodontal health is one way to prevent and overcome dental and oral health problems. A high level of knowledge about periodontal health can be a potential barrier that can affect oral and periodontal health prevention efforts. Objective: To evaluate the level of knowledge regarding periodontal health among students of Universitas Indonesia class 2017. Methods: This study used an analytic observational design with a cross-sectional approach, using questionnaire via Google Form. The research subjects were 234 students consisting of 100 male and 134 female. Data were analyzed using a comparative test. Results: There is a difference in the level of knowledge regarding the health of periodontal tissue among Universitas Indonesia students class 2017 based on gender, and there is a difference in the level of knowledge about periodontal tissue health among Universitas Indonesia students class 2017 based on faculties clusters. Conclusions: The level of knowledge regarding periodontal tissue health in female students was higher than that of male students, and students of the health science faculties (RIK) had a higher level of knowledge about periodontal tissue health than students of other disciplines.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Sania Baagil
Abstrak :
Latar Belakang: Pada klasifikasi periodontitis menurut AAP tahun 2017 periodontitis dilihat dari stage yaitu berdasarkan tingkat keparahan dan kompleksitas, dan juga grade berdasarkan progresivitas dari periodontitis tersebut. Setiap stage dan grade memiliki rencana perawatan yang berbeda. Dalam pemutusan grade terdapat modifying factor yang dapat mempengaruhi diagnosis pasien. Pada penulisan rekam medik setiap gigi diberikan prognosis yang sesuai kondisi gigi. Tujuan: Melihat distribusi frekuensi rencana perawatan yang diberikan pada pasien yang berdiagnosis periodontitis stage III dan IV dengan atau tanpa modifying factor di RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2017 hingga 2020. Metode: Menggunakan pendekatan deskriptif analitik cross sectional untuk distribusi penyakit periodontitis stage III dan IV. Subjek yang sudah sesuai dengan kriteria eksklusi dan inklusi diolah menggunakan SPSS. Hasil: Jumlah subjek penelitian yang berdiagnosis periodontitis stage III lebih tinggi dibandingkan stage IV. Frekuensi grade tertinggi pada periodontitis stage III dan IV adalah grade B. Didapatkan bahwa untuk periodontitis stage III dan IV persentase tertinggi untuk rencana perawatan adalah DHE dan Scaling and Root Planning (SRP) dengan 100% subjek memilki rencana perawatan tersebut. Pasien periodontitis stage III yang memilki rencana perawatan ekstraksi adalah sebesar 24,2% dari jumlah subjek. Sedangkan pada periodontitis stage IV terdapat sebesar 56,3%. Kesimpulan: Prognosis yang diberikan pada pasien sangat mempengaruhi pemilihan rencana perawatan yang akan diberikan dokter ke pasien tersebut. Prevalensi periodontitis berhubungan positif dengan bertambahnya usia dan dapat terjadi lebih tinggi pada laki-laki ......Background: Based on The 2017 AAP Classification of Periodontal and Peri-Implant Diseases and Conditions, periodontitis is characterized by a multidimensional staging system, which classify the severity and extent of a patient’s disease based on the measureable amount of destroyed and/or damaged tissue as a result of periodontitis and specific factors that may attribute to the complexity of long-term case management, and grading systemthat aims to indicate the rate of periodontitis progression, responsiveness to standard therapy, and potential impact on systemic health. In writing medical record, each tooth was given a prognosis according to the condition of the tooth. Objective: This study aims to determine the distribution and frequency of the treatment plan given to patients diagnosed with stage III and IV periodontitis with or without modifying factors in RSKGM FKG UI in 2017-2020 period. Method: The type of method used is the cross-sectional analytic descriptive study to determine the distribution and frequency of the treatment plan given to patients diagnosed with stage III and IV periodontitis with or without modifying factors in RSKGM FKG UI in 2017-2020 period. Result: There are more patients diagnosed with stage III periodontitis compared to the stage IV periodontitis ones. Grade with the highest frequency found in the stage III and stage IV patients are grade B. Dental Health Education (DHE) with Scaling and Root Planning (SRP) are the treatment plans with the highest frequency (100%). Extraction is also one of the treatment plan chosen for stage III (24,2%) and stage IV (56,3%) periodontitis patients
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhias Salsabila Putri
Abstrak :
Latar belakang: Populasi di Asia memiliki beberapa faktor risiko periodontitis terkait anatomi dan mikroorganisme dalam rongga mulutnya. Periodontitis merupakan ancaman besar terhadap kesehatan mulut dan dapat menimbulkan gejala perubahan klinis seperti munculnya tanda-tanda inflamasi serta terjadinya peningkatan pocket probing depth (PPD) dan clinical attachment loss (CAL) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada penderitanya baik dalam aspek fisik, psikologis, maupun sosial. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh terapi periodontal terhadap nilai OHRQoL pada penderita periodontitis di Asia dari studi yang menggunakan kuesioner OHIP-14. Metode: Uji meta-analisis serta penyusunan systematic review (PROSPERO CRD42020203254) dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, Scopus, dan EBSCO. Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan inklusi menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan systematic review dan empat studi dengan intervensi terapi periodontal nonbedah diikutsertakan dalam meta-analisis. Analisis kuantitatif dilakukan pada tiga rentang waktu follow-up yaitu minggu ke-1 dan 2 dengan mean difference [95% CI]: - 13,31 [-33,71 ; 7,10], minggu ke-4 dan 5 dengan mean difference [95% CI]: -16,12 [- 35,27 ; 3,03], serta minggu ke 9 hingga 12 dengan mean difference [95% CI]: -4,14 [- 6,85 ; -1,43]. Kesimpulan: Terapi periodontal dapat meningkatkan OHRQoL penderita periodontitis di Asia. Peningkatan tersebut dapat terlihat paling signifikan pada minggu ke-4 dan 5 pasca terapi.
Background: Asians have periodontitis risk factors regarding to the anatomy and microorganisms found in their oral cavity. Periodontitis is one of the most prevalent diseases that affects the oral cavity, causing several symptoms such as inflammation and increase in pocket probing depth (PPD) and clinical attachment loss (CAL). Symptoms caused by periodontitis may cause discomfort in some aspects of life such as physical, psychological, and social aspect. Objective: To analyze the impacts of periodontal therapy on OHRQoL in periodontitis patients in Asia from studies using OHIP-14 questionnaire. Methods: Meta-analysis and systematic review (PROSPERO CRD42020203254) of the studies obtained from three databases (PubMed, Scopus, and EBSCO). Identified studies were screened and assessed following the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines. Results: From 641 studies retrieved, six met the criteria for qualitative analysis. Studies using non-surgical periodontal treatment are also included for meta-analysis. Quantitative analysis were conducted by categorizing the follow-up period into three groups: 1-2 weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -13.31 [-33.71 ; 7.10], 4-5 weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -16.12 [-35.27 ; 3.03], and 9-12 weeks followup with mean difference [95% CI]: -4.14 [-6.85 ; -1.43]. Conclusion: Periodontal therapy can enhance the OHRQoL of periodontitis patients in Asia. The most significant impact can be seen on the follow-up period of 4-5 weeks
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Nathania
Abstrak :
Latar belakang: Diabetes mellitus dan penyakit periodontal adalah salah satu penyakit yang paling sering ditemukan pada manusia. Periodontitis disebabkan oleh plak gigi dan diperberat oleh faktor risiko seperti DM. Diabetes memperburuk kondisi periodontal, namun periodontitis juga memperburuk kontrol glikemik pada pasien diabetes. Perawatan periodontal rutin pada pasien diabetes dapat membantu memelihara kontrol glikemik. Diabetes merupakan salah satu komorbid yang sering ditemukan pada pasien COVID-19, oleh karena itu diperlukan edukasi kesehatan gigi dan mulut dan kesadaran penyakit periodontal bagi pasien diabetes selama pandemik.  Tujuan: Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan tingkat kesadaran dan tingkat pengetahuan terhadap status periodontal pada pasien diabetes disertai periodontitis selama masa pandemik COVID-19.  Metode: Survei kuesioner dalam Bahasa Indonesia dibagikan kepada pasien baru yang dirujuk ke Klinik Periodonsia di RS Khusus Gigi dan Mulut UI, selama masa pandemik COVID-19, dari bulan Januari hingga Juni 2021. Hasil: Total 84 subjek penelitian, dengan 34,5% pasien diabetes disertai periodontitis. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada tingkat kesadaran dan tingkat pengetahuan pada pasien periodontitis dengan pasien DM periodontitis. Terdapat korelasi antara tingkat kesadaran dan pengetahuan dengan status periodontal pasien yang menunjukkan tingkat keparahan dan laju perkembangan periodontitis yang dideritanya.  Kesimpulan: Kesadaran dan pengetahuan mengenai periodontitis dan DM masih sangat minim dan kurang. Edukasi mengenai periodontitis, dan DM sangat diperlukan untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut serta bagaimana dampaknya terhadap kesehatan sistemik. ...... Diabetes mellitus and periodontal disease are among the most common diseases found in humans. Periodontitis is caused by dental biofilm but can be aggravated by risk factors, such as, diabetes mellitus. Diabetes worsens the periodontal condition, but periodontitis also worsen glycemic control in diabetic patients. Periodical periodontal maintenance in diabetics could help maintain good glycemic control. Diabetes is also among one of the most found comorbid diseases in Covid-19 patients, therefore dental health education and periodontal disease awareness is crucially needed for diabetic patients during pandemic.  Objectives: This study aims to assess the relationship between level of awareness and knowledge on periodontal status in diabetic patients with periodontitis during Covid-19 pandemic.  Methods: A close-ended questionnaire in local language (Indonesia) was distributed among new patients that were referred to Periodontology Clinic in Dental Hospital of Universitas Indonesia. Patients were collected during cov-19 pandemic from January to June 2021. Results: A total of 84 patients were collected, with 34.5% of diabetic patients with periodontitis. Statistically, significant differences (p<0,05) were found between the level of awareness and knowledge of periodontal disease in diabetic patients and non-diabetic patients with periodontitis. The level of awareness and knowledge of periodontal disease was found correlated to their present clinical periodontal status which showed the severity and progression of periodontitis. Conclusion: Awareness and knowledge of periodontal disease and diabetes mellitus are still minimal and lacking. Further dental health education is needed to improve better understanding and awareness of the mutual relationship between periodontal disease and diabetes mellitus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library