Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Wijayanti
"Latar belakang: Perubahan dimensi dari gigi sulung ke gigi tetap dapat menyebabkan maloklusi pada usia anak. Pada keadaan tersebut dapat dilakukan upaya interseptif untuk mencegah bertambah parahnya maloklusi. Usia 9-11 tahun merupakan usia yang tepat untuk dilakukan interseptif. Pemeriksaan dini pada populasi anak usia gigi bercampur diperlukan untuk mengetahui keadaan maloklusi.
Tujuan: Mengetahui gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun di SD At-Taufiq, Cempaka Putih, Jakarta.
Metode: Digital examination dan analisis profil wajah, untuk menentukan klasifikasi maloklusi dan pengisisan kuesioner Indikator Kebutuhan Perawatan Ortodonti (IKPO), untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti anak.
Hasil: 98 subjek penelitian diperoleh maloklusi kelas I sebanyak 65,3%, maloklusi kelas II sebanyak 31,6% dan maloklusi kelas III sebanyak 3,1%. Keseluruhan populasi yang diteliti terdapat 76,5% membutuhkan perawatan ortodonti dan 23,5% tidak membutuhkan perawatan ortodonti.
Kesimpulan: Subjek dengan maloklusi kelas I paling banyak ditemukan dan sebagian besar subjek membutuhkan perawatan ortodonti.

Background: Dimensional changes from primary teeth to permanent teeth cause malocclusion in children. Interceptive can use for that situation to prevent increased severity of malocclusion. Ages for screening the child population for interceptive orthodontics is 9 to 11 years old. Early examination in mixed dentition age population needed to determine the state of malocclusion.
Purpose: Describe malocclusion and orthodontic treatment need in child 9 to 11 years old in SD At-Taufiq, Cempaka Putih, Jakarta.
Method: Digital examination and analyze of facial profile to know malocclusion and filling of questionnaires orthodontic treatment needs indicator (IKPO) to determine about children orthodontic treatment need.
Result: 98 subject there are 65,3% with class I malocclusion, 31,6% with class II malocclusion, 3,1% with class III malocclusion. From child population about 76,5% need for orthodontic treatment and 23,5% no need for orthodontic treatment.
Conclusions: Subject most found with class I malocclusions and most of subject need orthodontic treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raedi Mahardika
"Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti lepas dapat menyebabkan retensi plak dan bakteri yang menyebabkan menurunnya derajat keasaman saliva. Agen anti mikroba diperlukan untuk mengurangi jumlah plak dan bakteri tersebut.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas perendaman alat ortodonti lepas dengan bahan pembersih gigi tiruan terhadap perubahan pH saliva pada pasien di RSGM-P FKG UI.
Metode: Dua puluh subjek dibagi menjadi dua kelompok K1 dan K2 dilakukan perendaman alat ortodonti lepas menggunakan aquabides untuk kelompok (K1) dan larutan bahan pembersih gigi tiruan untuk kelompok (K2). Perendaman dilakukan 5 menit selama 4 hari berturut-turut. Subjek diinstruksikan membersihkan alat ortodonti lepas dua kali sehari dan mengurangi konsumsi makanan manis, asam, dan soda. Dilakukan pengukuran pH saliva pada awal dan hari kelima pemakaian alat ortodonti lepas.
Hasil: Berdasarkan analisa statistik uji t, perubahan pH saliva sebelum dan setelah alat ortodonti lepas direndam dengan aquabides dan bahan pembersih gigi tiruan menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pembersih gigi tiruan efektif membersihkan plak dan bakteri serta menjaga kestabilan pH saliva.
Kesimpulan: Perendaman alat ortodonti lepas menggunakan bahan pembersih gigi tiruan efektif menjaga kestabilan pH saliva di rongga mulut pada pasien pengguna alat ortodonti lepas.

Background: The usage of removable orthodontic appliance can cause plaque retention and bacterias can decrease pH level of saliva. Antimicrobial agent is needed to reduce the number of plaque and bacterias.
Aim: To know the submersion’s effectivity of removable orthodontic appliances with prothese’s cleansing agent towards patient’s alteration of pH saliva in RSGMP-FKG UI.
Methods: Twenty subjects are divided into two groups, K1 and K2. For group K1, removable orthodontic appliances is submerged in aquadest and prothese’s cleansing agent for group K2 for five minutes and four days (once per day). Subjects are instructed to clean removable appliance twice per day and to reduce the consumption of sweet and sour dietary and soda. The measurement of pH saliva is done on the first and the fifth day of removable orthodontics appliance’s usage.
Result: Based on statistic analysis, the alteration of pH level of saliva percentage after removable orthodontic appliance is submerged with aquadest and Polident prothese’s cleansing agent show a significant result with p<0.01. It shows that the prothese`s cleaning agents is effective for plaque and bacterical cleaning and keep the pH level of saliva`s normally.
Conclusion: Removable orthodontic appliance submersion using prothese’s cleansing agent is effective to maintain pH level of saliva’s stability in normal condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marini Mihardjanti
"Pendahuluan : Braket Stainless Steel merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan dalam bidang ortodonti oleh karena banyak memiliki kelebihan seperti sifat mekanis, kekuatan serta biokompatibilitas yang baik. Akan tetapi logam ini juga memiliki kekurangan salah satunya yaitu korosi. Pada beberapa individu dilaporkan ion logam yang dihasilkan dari produk korosi seperti ion Nikel dan Kromium dapat menyebabkan reaksi alergi dan mutagenik. Kondisi lingkungan mulut dapat memicu terjadinya korosi. Salah satu hal yang dapat merubah kondisi lingkungan mulut adalah obat kumur.
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah lepasan ion Nikel dan Kromium yang dihasilkan dari braket Stainless Steel pada perendaman berbagai jenis obat kumur dan Akuades.
Material dan metode : Subjek penelitian terdiri dari 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 17 braket premolar rahang atas slot .022. Tiap kelompok dilakukan perendaman dengan obat kumur dan Akuades selama 30 hari di dalam inkubator suhu 37°C. Setelah 30 hari perendaman lepasan ion diukur menggunakan alat ICP-MS (inductively coupled plasma-mass spectrometer). Uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna jumlah lepasan ion Nikel (p=< 0.05) dan ion Kromium (p=<0.05) pada kelompok A, B, C dan Akuades. Kelompok B memberikan nilai lepasan ion Nikel dan ion Kromium yang tertinggi dibandingkan kelompok lain. Kelompok D memberikan nilai lepasan ion Nikel dan Kromium yang terendah dibandingkan kelompok lain.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan jumlah lepasan ion Nikel dan Kromium yang dihasilkan dari perendaman obat kumur. Nilai tertinggi ditunjukkan pada kelompok B yaitu 22.63 ± 4.50 µg/L untuk ion Nikel dan 7.15 ± 8.97 µg/L untuk ion Kromium. Lepasan ion yang dihasilkan masih memiliki nilai yang kecil yaitu dibawah batas asupan perhari yang disarankan WHO.

Introduction : Stainless Steel bracket is one of material that is widely used in the orthodontics because of many advantages such as mechanical properties, strength and good biocompability. However, under some conditions this metal also has disadvantages such as corrosion. In some individuals reported that metal ions resulting from corrosion products such as Nickel and Chromium ions can cause allergic reactions and mutagenic. Enviromental conditions can lead to corrosion. One of the conditions that can alter the oral environment is mouthwash.
Objective : The aim of this study was to measure the Nickel and Chromium ion release from Stainless Steel bracket on immersion mouthwashes and aquadest.
Material and methods : Subjects consisted of four groups, each group consisted of 17 maxillary premolar bracket slot .022. Each group immersed in different mouthwash and aquadest and incubated 37°C for 30 days. After 30 days of immersion ion released was measured using ICP-MS (Inductively couples plasma-mass spectrometer). For statistical analysis Kruskal-Wallis and Mann-Whitney were used.
Results : There are differences of Nickel ion release (p=<0.05) and Chromium ion release (p=<0.05) between for groups. Nickel and Chromium ion release is higher in group B than in other groups. Nickel and Chromium ion release in group D is lower than the other groups.
Conclusions : There are differences in the number of Nickel and Chromium ion release resulting from immersion mouthwash and aquadest. Highest values shown in group B is 22.63 ± 4.50 µg/L for nickel ion and 7.15 ± 8.97 µg/L for chromium ion. The resulting ion release still has a small value that is below the limit of daily intake recommended by the WHO.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Mifta Huda
"Latar Belakang: Deformasi slot braket Stainless Steel akan mempengaruhi gaya yang diaplikasikan kepada gigi sehingga menghambat pergerakan gigi dan memperlama waktu perawatan ortodonti.
Tujuan: Mengetahui deformasi slot braket dari lima merek braket yaitu 3M, Biom, Versadent, Ormco dan Shinye akibat gaya torque kawat Beta Titanium 0.021x0.025 inci dengan sudut puntir 45° dan besar gaya torque dengan sudut puntir 30° dan 45°. Penelitian juga bertujuan untuk membandingkan deformasi dan besar gaya torque antara kelima merek braket.
Metode Penelitian: 50 braket Stainless Steel Edgewise dari lima kelompok merek braket (n=10) dilem ke akrilik. Masing-masing braket dilakukan dua tahapan pengukuran yaitu pengukuran deformasi braket dengan menghitung rerata tinggi slot braket dengan mikroskop stereoskopi sebelum dan sesudah uji torque dan pengukuran besar gaya torque dengan alat uji torque.
Hasil: Analisa statistik menunjukkan terdapat deformasi slot braket pada kelima merek braket dengan deformasi permanen secara klinis pada braket Biom (2,79 μm) dan Shinye (2,29 μm). Besar gaya torque pada kelima braket dari yang paling besar yaitu 3M, Ormco, Versadent, Shinye dan Biom. Perbandingan deformasi slot braket dan besar gaya torque antara kelima braket adalah terdapat perbedaan deformasi slot braket antara kelima merek braket kecuali antara 3M dan Ormco dan Biom dan Shinye dan terdapat perbedaan besar gaya torque antara kelima braket dengan sudut puntir 30° (kecuali 3M dan Ormco) dan 45°.
Kesimpulan: Komposisi logam dan proses pembuatan braket merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya deformasi slot braket dan besar gaya torque. Proses pembuatan dengan metode MIM dan komposisi logam AISI 303 dan 17-4 PH menurunkan risiko deformasi.

Background: Stainless Steel bracket slot deformation will affect force applied to teeth can impede tooth movement and prolong orthodontic treatment time.
Objective: To determine slot deformation of five different bracket brands namely, 3M, Biom, Versadent, Ormco and Shinye due to torque of Beta Titanium wire 0.021 x 0.025 inch with torsional angle of 45° and the amount of torque with torsional angle of 30° and 45°. The research also aims to compare the deformation and amount of torque between all five brackets brands.
Methods: 50 Stainless Steel Edgewise bracket from five bracket group brands (n=10) is attached onto on acrylic. Bracket slot measurement are carried out in two stages, firstly deformation measurement by calculating average bracket slot height with stereoscopy microscope before and after application of torque and secondly, measurement of torque with a torque measurement apparatus.
Results: Statistical analysis shows that there are slot deformations on the five bracket brands with clinical permanent deformation on Biom (2,79 μm) and Shinye (2,29 μm). The amount of torque on the five bracket brands from the highest is 3M, Ormco, Versadent, Shinye and Biom. From correlation assessment between bracket slot deformation and amount of torque in the five brands, a difference is found in the deformation in the five brands except between 3M and Ormco and Biom and Shinye. There is a difference in the amount of torque between the five brands with torsional angle of 30° (except 3M and Ormco) and 45°.
Conclusion: Metal compositions and manufacturing process are the factors that influence the occurrence of deformation bracket slot and the amount of torque. Manufacturing process using MIM and metal compositions of AISI 303 and 17-4 PH reduce the risk of deformation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Rahmawati
"Pendahuluan: Retainer merupakan alat ortodonti yang bertujuan untuk menjaga stabilitas paska perawatan ortodonti aktif. Retainer thermoplastic sudah banyak digunakan pada saat ini. Pemeliharaan retainer penting untuk menjaga kesehatan rongga mulut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas penggunaan dua bahan disinfektan sebagai bahan disinfeksi retainer thermoplastic (merek Essix) yang ditinjau dari hitung koloni bakteri gram positif (Streptococcus mutans).
Bahan dan cara: Pada penelitian ini digunakan sebanyak 35 retainer yang terbagi menjadi 3 kelompok perendaman, yakni kelompok kontrol (aquadest) sebanyak 12 retainer, kelompok perendaman obat kumur berbahan dasar Chlorhexidine 1% sebanyak 12 retainer dan kelompok bahan perendam retainer sebanyak 11 retainer. Retainer dipakai selama 15 hari. Dilakukan hitung koloni bakteri sebelum dan sesudah perendaman.
Hasil: Penelitian memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna hitung koloni bakteri gram positif (streptococcus mutans) antara retainer yang direndam dengan bahan disinfektan dan tanpa bahan disinfektan. Kedua disinfektan sama efektifnya dalam menurunkan hitung koloni bakteri gram positif pada retainer thermoplastic.
Kesimpulan: Penggunaan bahan disinfektan terbukti efektif menurunkan hitung koloni bakteri gram positif pada retainer thermoplastic.

Introduction: Retainer is an orthodontic appliance which applied to maintain stability the post- active treatment of orthodontic. Recently, thermoplastic retainer has been widely used. It is important to have retainer maintenance so that a good oral hygiene can be achieved.
Objective: The purpose of this study was to compare the efficacy of two disinfectans used as disinfection material for thermoplastic retainer measured by gram positive bacterial colony unit count, especially streptoccus mutans strain.
Materials and method: There were 35 thermoplastic retainers used in this study which were divided into three soaking groups ; 12 retainers in control group, 12 retainers in mouthwash group which contain Chlorhexidine 0,1% and 11 retainers in denture cleanser tablet group. The retainers were worn for 15 days. The gram positive bacteria were counted at two periods of time which were before and after the retainers were soaked.
Results: This study showed that there were significant difference at bacterial colony count between the retainers which were soaked in disinfectant group and non disinfectant group (control group). Both disinfectants could reduce gram positive bacterial count at thermoplastic retainers.
Conclusions: The use of disinfection material had proven effective in reducing gram positive bacterial count for thermoplastic retainer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Esperanza Hudiyono
"Klasifikasi maloklusi yang banyak digunakan dokter gigi adalah maloklusi skeletal (klas I, klas II dan klas III), dental (neutroklusi, distoklusi dan mesioklusi) dan dentoskeletal (kombinasi skeletal-dental).
Tujuan: Mengetahui distribusi frekuensi maloklusi skeletal, dental dan dentoskeletal pasien klinik spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI periode 2003-2009.
Metode: 367 rekam medis yang dikelompokkan ke dalam maloklusi skeletal, dental dan dentoskeletal.
Hasil dan kesimpulan: Maloklusi skeletal klas I (45,2%), klas II (39,8%) dan klas III (15%). Maloklusi dental neutroklusi (36,8%), distoklusi (35,1%) dan mesioklusi (28,1%). Maloklusi dentoskeletal klas I dengan neutroklusi (19,1%), klas II dengan distoklusi (19,3%) dan klas III dengan mesioklusi (10,1%).

Malocclusion classification mostly used by dentists are skeletal (class I, class II and class III), dental (neutrocclusion, distocclusion and mesiocclusion) and dentoskeletal malocclusion (combination of skeletal-dental).
Purpose: Describe the frequency distribution of skeletal, dental and dentoskeletal malocclusion of Orthodontic Clinic?s patients at RSKGM FKG UI 2003-2009.
Method: 367 medical records divided into skeletal, dental and dentoskeletal malocclusion.
Result and conclusion: Skeletal malocclusion class I (45.2%), class II (39.8%) and clas III (15%). Dental malocclusion neutrocclusion (36.%), distocclusion (35.1%) and mesiocclusion (28.1%). Dentoskeletal malocclusions: class I with neutrocclusion (19.1%), class II with distocclusion (19.3%) and class III with mesiocclusion (10.1%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ian Fleming Tungka
"Pendahuluan: NiTi closed coil springmerupakan salah satu alat ortodonti yang digunakan untuk retraksi gigi pada perawatan ortodonti. Gaya yang dihasilkan oleh NiTi closed coil spring pada beberapa penelitian telah terbukti lebih baik dibandingkan rantai elastomerik maupun SS (Stainless steel) closed coil spring. , karena degradasi gayanya paling rendah.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan besar penurunangaya beberapa merk NiTi closed coil springsetelah diregangkan pada jarak dan dalam kurun waktu tertentuBahan dan cara: Pada penelitian ini digunakan 60 NiTi closed coil spring yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan jarak peregangan 18 mm dan 27 mm.Kelompok merk 3M, Ortho One dan Versaden masing-masing 10 buah pada masing-masing jarak peregangan. Peregangan dilakukan selama 4 minggu, gaya awal diukur pada saat insersi dan gaya akhir diukur setelah 4 minggu. Hasil: Penelitian memperlihatkan terdapat perbedaan signifikan pada gaya awal dan gaya akhir antar kelompok baik pada kedua jarak peregangan dan juga perbedaan signifikan pada gaya awal dengan gaya akhir pada masing-masing dan antar kelompokKesimpulan: Terdapat perbedaan nilai gaya awal dan gaya akhir pada semua merk NiTi closed coil spring yang diregangkan pada jarak dan waktu tertentu.

Introduction: NiTi closed coil spring is an orthodontic appliance which applied to performed tooth retraction in orthodontic treatment. The forces produces by NiTi closed coil spring in many studies has been proven to be superior compared to elastomeric chain and stainless steel closed coil spring. Objective: The purpose of this study was to compare the force degradation within few NiTi closed coil brand toward different distance and time. Materials and method:There were 60 NiTi closed coil spring used in this study, which devide into 3 grups toward distance of 18 mm dan 27 mm. There are 3 group consist of 3M, Ortho One and Versaden each consist 10 piece within different distance. The object is soaked within 4 weeks period. Initial force is measure during insertion and final force is measure after 4 weeks.Results:This study showed that there are significance different in initial force and final force within groups in both streching distance. There are also significance different between initial force and final force within groups Conclusions:There are difference in initial and final force within all brand of NiTi closed coil spring that strech toward certain distance and time."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferigina Satariah
"Latar Belakang : Perawatan ortodonti yang menggunakan alat ortodonti cekat bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang, namun hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan. Hal tersebut disebabkan karena adanya kesulitan dalam membersihkan plak dan sisa-sisa makanan akibat adanya perangkat ortodonti seperti bracket, ligature dan kawat. Mengunyah permen karet yang mengandung Xylitol merupakan salah satu cara untuk mencegah karies.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan permen karet Xylitol pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat dalam mengurangi resiko karies ditinjau dari perubahan pH plak dan pH saliva.
Metode : Subyek penelitian yang terdiri dari 30 pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat diinstruksikan mengunyah permen karet Xylitol merk Lotte sebanyak dua butir selama minimal lima menit sehabis menyikat gigi, dua kali sehari pagi dan malam selama dua minggu. Satu butir permen karet mengandung Xylitol sebesar 1.320 g. Pemeriksaan pH plak dan pH saliva dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan pH plak indicator kit dan dental saliva pH indicator. Perubahan rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan di analisis menggunakan uji wilcoxon dua arah.
Hasil : Berdasarkan analisis statistik terdapat peningkatan yang bermakna pada rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet Xylitol selama dua minggu, dengan nilai p < 0.05.
Simpulan : Mengunyah permen karet Xylitol dua kali sehari selama dua minggu dapat menurunkan resiko karies pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat.

Background : The Goal of fixed orthodontic treatment are to improve functional and esthetic of the patient, but it potentially increase caries risk during and after the treatment because orthodontic appliances such as brackets or ligatures often cause difficulties in mechanically removing plaque and food debris. Xylitol chewing gum is one of the effective method to prevent caries.
Objective : The aim of this research is to study the effect of Xylitol chewing gum on reducing caries risk in fixed orthodontic patient based on plaque pH and salivary pH.
Methods : 30 subjects which is a fixed orthodontic patients was instructed to chew two Xylitol chewing gum two times a day for minimal five minutes in two weeks. Each gum contains 1.320 g Xylitol. Plaque pH and salivary pH are measured by using plaque pH indicator kit and dental saliva pH indicator, it was taken before and after experiment. The mean value in plaque pH and salivary pH before and after the experiment was analyzed using two way wilcoxon test.
Results : Based on the statistical analysis, there is a significant increase in plaque pH and salivary pH mean value before and after chewing xylitol chewing gum in two weeks (p < 0.05).
Conclusion : Chewing Xylitol two times a day in two weeks could reduce caries risk in fixed orthodontic patient."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Eka Prasetyanti
"Latar Belakang : Perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang, namun pada perawatan yang menggunakan alat cekat berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan ortodonti cekat. Hal tersebut disebabkan adanya kesulitan pasien dalam menjaga kebersihan rongga mulut, khususnya di daerah sekitar braket, band dan ligatur sehingga meningkatan resiko terjadinya karies. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menambah asupan fluoride , termasuk pemberian secara topikal.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek topical fluoride pada pasien ortodonti cekat dalam mengurangi resiko karies pasien, ditinjau dari perubahan pada pH plak dan pH saliva.
Metode : Subjek penelitian terdiri dari 30 pasien yang dirawat menggunakan alat ortodonti cekat diperiksa pH plak dan pH saliva awal dengan menggunakan pH plak indicator kit dan dental saliva pH indicator. Subjek kemudian diberikan perlakuan berupa aplikasi topical fluoride selama dua kali dalam waktu dua minggu, dengan interval pemberian aplikasi satu minggu dan setelahnya diperiksa kembali. Perubahan rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan kemudian di analisis menggunakan uji wilcoxon dua arah.
Hasil : Terjadi peningkatan pada rerata pH plak dan penurunan pada rerata pH saliva tetapi tidak bermakna secara statistik (p > 0.05).
Kesimpulan : Pemberian topical fluoride pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat dapat menurunkan resiko karies tetapi tidak mempengaruhi pH plak dan pH saliva.

Background : The goal of orthodontic treatment are to provide functional and esthetic improvement in patient, but it potentially increase caries risk during and after treatment. Placing the orthodontic appliances can alters the oral environment changes in pH and plaque deposition around bracket. As a consequence oral hygiene becomes more difficult and increased risk of developing dental caries for the patient. There are several mechanism on preventing dental caries, one of it is fluoride application.
Objective : The aim of this research is to study the effect of topical fluoride on reducing caries risk in fixed orthodontic patient based on plaque and salivary pH.
Methods : 30 subjects which is a fixed orthodontic patients was applied with topical fluoride two times within two weeks with one week interval for each treatment. Plaque pH and salivary pH measurement by using pH plaque indicator kit and dental saliva pH indicator, it was taken before and after experiment. The mean value in plaque pH and salivary pH before and after the experiment was analyzed using two way wilcoxon test.
Result : Fluoride application had no statistically significant effects in plaque and salivary pH mean value before and after application within two weeks (p > 0.05).
Conclusion : Fluoride application reduce caries risk in fixed orthodontic patient but it wasn?t alter any changes on plaque and salivary pH."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prasanti Fitriastuti
"Latar belakang : Perawatan ortodonti dengan menggunakan alat ortodonti cekat bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang, dapat berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan ortodonti cekat karena adanya kendala dalam membersihkan plak dan sisa-sisa makanan akibat adanya perangkat ortodonti misalnnya bracket atau ligature. Salah satu cara untuk mengurangi resiko karies adalah berkumur Chlorhexidine.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penggunaan obat kumur Chlorhexidine 0,2% pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat dalam mengurangi resiko karies ditinjau dari perubahan pH plak dan pH saliva.
Metode: Subyek penelitian yang terdiri dari 30 pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat diinstruksikan untuk berkumur Chlorhexidine 0,2% selama 0,5-1 menit beberapa menit setelah menyikat gigi, dua kali sehari pagi dan malam hari selama dua minggu. Pemeriksaan pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan kemudian di periksa menggunakan pH plak indicator kit dan dental saliva pH indicator kit. Perubahan rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan kemudian di analisis menggunakan uji Wilcoxon dua arah.
Hasil: Berdasarkan analisis statistik terdapat peningkatan bermakna pada rerata pH plak sesudah berkumur obar kumur Chlorhexidine selama dua minggu (p < 0,05). Sedangkan pada pH saliva sesudah berkumur obat kumur Chlorhexidine selama dua minggu terjadi penurunan nilai rerata namun hal ini tidak bermakna (p > 0,05).
Simpulan: Penggunaan obat kumur chlorhexidine dapat menurunkan resiko karies pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat jika ditinjau dari pH plak, namun tidak pada pH saliva.

Background : The goal of fixed orthodontic treatment are to improve functional and esthetic of the patient, but it potentially increase caries risk during and after the treatment because orthodontic appliances such as brackets or ligatures often cause diffuculties in mechanically removing plaque and food debris. Chlorhexidine mouthrinse is one of the effective methods to prevent caries.
Objective : The aim of this research is to study the effect of Chlorhexidine mouthrinse on reducing caries risk in fixed orthodontic patient based on plaque pH and salivary pH.
Methods : 30 subjects which is a fixed orthodontic patients was instructed to gargle Chlorhexidine 0,2% a few minutes after toothbrushing for 0,5-1 minute. Plaque pH and salivary pH measurement was taken before and after experiment using pH plaque indicator kit and dental saliva pH indicator. The mean value in plaque pH and salivary pH before and after the experiment was analyzed using two way wilcoxon test.
Results : Based on the statistical analysis, there is a significant increase in plaque pH after gargling Chlorhexidine 0,2% for two weeks (p < 0,05). However a decrease was found in saliva pH after gargling Chlorhexidine 0,2% a few minutes after toothbrushing for two weeks although statistically insignificant (p > o,05).
Conclusion : Gargling Chlorhexidine can reduce caries risk in fixed orthodontic patient showed an increasing in plaque pH but it was not in salivary pH."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>