Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Laksmi Winarni
"Determinasi seks. merupakan syarat lautlak dalam program penangkaran burung. . Hal tersebut akan sulit dilakukan pada jenis-jenis yang tidak menampakkan adanya dimorfisme seksual. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk.determinasi seks suatu individu adalah analisis , kromosom seks dengan teknik kultur darah; Pada'penelitian ini, teknik kultur darah whole blood menurut metode Belterman & De Boer yang mengalami modifikasi diterapkan untuk memperoleh sediaan kromosom burung merpati {Columba livia L.) dan burung betet {Psittacula alexandri (L.)). Sampel darah dikultur selama 72 jam untuk mendapatkan sediaan kromoSom metafase. .Sediaan kromosom tidak diperoleh dari kultur darah P. alexandri. Dari.sediaan kromosom C. livia yang diperoleh, kromosom seks dapat diidentifikasi sehingga jenis kelaminnya dapat ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik kultur , darah whole blood modifikasi dapat dipakai dalam determinasi seks suatu individu burung, tetapi teknik tersebut memerlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk menguraikan berbagai interaksi yang mempengaruhi proses pembuatan sediaan kromosom."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaky Reza
"ABSTRAK
Spermatozoa manusia merupakan antigen yang bersifat sebagai isoantigen, autoantigen dan heteroantigen. Pada penelitian ini sebanyak tiga ekor kera jantan (Macaca fascicularis Raff.) disuntik intramuskular dengan antigen spermatozoa manusia sebanyak 9x penyuntikan sebanyak 250 juta spermatozoa dalam 2 ml larutan Hank?s Balanced Salt Solution (HBSS) steril, IV-VI untuk setiap kali penyuntikan sebanyak 500 juta spermatozoa dalam 4 ml larutan HBSS steril. Sebagai kontrol, dua ekor kera jantan lainnya disuntik dengan HBSS steril dengan prosedur dan volume penyuntikan sama seperti tiga ekor kera yang disuntik dengan spermatozoa (kera perlakuan). Dengan dilakukannya imunisasi tersebut, maka terjadi respon imun pada kera-kera tersebut baik respon imunitas seluler maupun humoral. Makrofag mempunyai peranan penting dalam dalam sistem aferen maupun eferen tubuh, dalam system eferen timbulnya makrofag dapat dijadikan petunjuk bangkitnya respon imunitas seluler. Pada penelitian ini akan dilihat apakah kultur darah kera perlakuan atau kontrol yang diberi atau tidak diberi spermatozoa manusia mampu membentuk makrofag pemakan spermatozoa (spermiofag), jika dapat terbentuk apakah ada perbedaan jumlah relatif spermiofag (jumlah spermiofag dari 100 sel-sel darah yang dihitung melelui leukosit, limfoblas dan spermiofag) antara kera perlakuan dengan kera kontrol. Hasil penelitian memperlihatkan , baik kera perlakuan maupun kontrol yang kultur darahnya diberi spermatozoa manusia mampu membentuk spermiofag in vitro. Jumlah relatif rata-rata spermiofag kera perlakuan 7,03, sedang kera kontrol 5,20. Dari uji t ternyata ada perbedaan yang bermakna (P"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Mansyur
"Penggunaan terapi radiasi pada penderita kanker serviks, selain dapat mematikan sel kanker ternyata juga dapat menyebabkan menurunnya respon imunitas selular, dan berkurangnya jumlah limfosit serta jumlah leukosit. Akibat menurunnya respon imunitas selular, kerentanan penderita terhadap cedera apa pun bertambah, kemampuan penyembuhan jaringan berkurang, dan mudah terkena infeksi bakteri. Penurunan respon imunitas selular dapat diketahui secara in vitro melalui uji transformasi limfosit terhadap ?phytohaemagglutinin? (PHA). Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian efek terapi radiasi terhadap respon imunitas selular yang dinyatakan dengan indeks stimulasi limfosit, jumlah limfosit, dan jumlah leukosit pada 30 orang penderita kanker serviks. Dengan anava, diperoleh kesimpulan bahwa terjadi penurunan respon imunitas selular, jumlah limfosit, dan jumlah leukosit selama terapi radiasi. Dari analisis korelasi dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif antara dosis radiasi dengan indeks stimulasi limfosit, jumlah limfosit, dan jumlah leukosit (p"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumastuti Widyaningsih
"ABSTRACT
scope and methods of research: An effective contraception is now being searched to improve family plan naming, Concerning with this, levamisole is one alternate as contraception. Levamisole is an anathematic, which can male spermatozoa immotile in vitro within 2 minutes, by damaging the seminal diamine oxidase. Levamisole is quickly absorbed from digestive system when administered orally, its muscular and subcutan injection and is quickly distributed widely to all body tissues and the liquid in the body levamisole is possibly discovered in plasma semen since there is a similarity of troop bundle with nitro imidazole. TO discover the influence, it has been observed in a research of a male mouse strain AJ with the dose 03 mg, 1.0 mg, 15 mg, 2.0 mg, 2.5 mg given orally daily for 46 days. The males are then crossed with fertile females, the males than to be sacrificed for research: such as testicular histological, percentage of motile spermatozoa and the percentage of abnormal spermatozoa.
Result and conclusion: Administering levamisole in daily doses 03 mg, 1.0 mg, 1.5 mg, 2.0 mg, 25 mg produces no significant changes (p > 0.05) in the spermatogonium A, primary pakhitene spermatocyt cell and number born per litters. It also doesn't indicate the decrease of motile spermatozoa percentage, the weight of testis, diameter of seminiferous tubules and the body weight. Percentage of abnormal spermatozoa however shows significant increases at daily doses 1.0 mg compared with control groups (p r 0.05). It can be concluded that doses of levamisole given orally for 46 days has no effect on the mouse's fertility.

ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara penelitian: Kontrasepsi yang efektif bagi pria saat ini sedang dicari dalam meningkatkan keluarga Berencana. Sehubungan dengan hal tersebut, levamisol merupakan alternatif sebagai alat kontrasepsi. Levamisol merupakan antelmintik yang dapat membuat spermatozoa imotil secara in vitro dalam jangka waktu 2 menit, karena menggangu diamine oksidase seminal. Levamisol segera diabsorpsi dari saluran cerna pada pemberian per oral, pemberian intramuskular dan injeksi subkutan serta segera didistribusi luas pada semua jaringan dan cairan tubuh. Adanya kesamaan gugus levamisol dengan nitroimidazol, besar kemungkinan ditemukan levamisol dalam plasma semen. Untuk mengetahui pengaruh tersebut telah dilakukan penelitian pada mencit jantan strain AJ dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan. 2,5 mg/hari selama 46 hari. Selanjutnya mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina fertil, kemudian mencit jantan dikorbankan guna pemeriksaan: gambaran histologi testis, persentase spermatozoa motil dan persentase spermatozoa abnormal.
Hasil dan Kesimpulan: Pemberian levamisol dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan 2,5 mg/hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p > 0,05 pada: jumlah spermatogonium A, jumlah sel spermatosit primer pakiten, persentase spermatozoa motif, jumlah anak, berat testis, diameter tubulus seminiferous dan berat badan. Persentase spermatozoa abnormal menunjukkan hasil signifikan p < 0,05 pada dosis 1,0 mg/hari. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian levamisol oral selama 46 hari tidak berpengaruh terhadap kesuburan mencit jantan.;Ruang Lingkup dan Cara penelitian: Kontrasepsi yang efektif bagi pria saat ini sedang dicari dalam meningkatkan keluarga Berencana. Sehubungan dengan hal tersebut, levamisol merupakan alternatif sebagai alat kontrasepsi. Levamisol merupakan antelmintik yang dapat membuat spermatozoa imotil secara in vitro dalam jangka waktu 2 menit, karena menggangu diamine oksidase seminal. Levamisol segera diabsorpsi dari saluran cerna pada pemberian per oral, pemberian intramuskular dan injeksi subkutan serta segera didistribusi luas pada semua jaringan dan cairan tubuh. Adanya kesamaan gugus levamisol dengan nitroimidazol, besar kemungkinan ditemukan levamisol dalam plasma semen. Untuk mengetahui pengaruh tersebut telah dilakukan penelitian pada mencit jantan strain AJ dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan. 2,5 mg/hari selama 46 hari. Selanjutnya mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina fertil, kemudian mencit jantan dikorbankan guna pemeriksaan: gambaran histologi testis, persentase spermatozoa motil dan persentase spermatozoa abnormal.
Hasil dan Kesimpulan: Pemberian levamisol dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan 2,5 mg/hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p > 0,05 pada: jumlah spermatogonium A, jumlah sel spermatosit primer pakiten, persentase spermatozoa motif, jumlah anak, berat testis, diameter tubulus seminiferous dan berat badan. Persentase spermatozoa abnormal menunjukkan hasil signifikan p < 0,05 pada dosis 1,0 mg/hari. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian levamisol oral selama 46 hari tidak berpengaruh terhadap kesuburan mencit jantan."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Choer
"ABSTRAK
Penderita kanker sering dilaporkan mempunyai respon imunitas selular yang menurun: namun demikian, pengaruh pertumbuhan (stadium klinik) kanker terhadap kemunduran respon imunitas selularnya sampai saat ini belum banyak terungkap. Untuk itu, dalam penelitian ini dibandingkan respon imunitas selular in vitro terhadap phitohemagglutinin (PHA), jumlah limfosit, jumlah monosit, dan jumlah granulosit darah perifer dari 24 wanita normal (kontrol), 14 penderita kanker payudara pada stadium I, dan 12 pada stadium II. Respon imunitas selular stadium I maupun stadium II menurun sangat nyata (p0,05). Jumlah limfosit stadium II lebih sedikit daripada stadium I (p0,05), penurunan jumlah monosit terjadi pada stadium II jika dibandingkan dengan kontrol (p0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan, pertumbuhan kanker payudara dari stadium I ke stadium II tidak menyebabkan respon imunitas selularnya menurun. Mungkin, pengaruh pertumbuhan kanker payudara terhadap respon imunitas selular akan terlihat nyata jika seluruh stadium kliniknya (stadium I, II, III, dan IV) tercakup dalam penelitian."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library