Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Thomas Rieger
Abstrak :
Kwee Tek Hoay (untuk selanjutnya disingkatkan 'KTH') lahir pada tahun 1886 di Bogor dan meninggal pada tahun 1951 di Cicurug/Jawa Barat. Antara tahun 1919 dan 1937 ia menciptakan sebelas buah drama. disamping berbagai karya fiksi dan non-fiksi lainnya. Dengan demikian KTH merupakan pengarang drama yang paling produktif dalam sastra Me1ayu--Tionghoa. Karya drama perdananya, Allah jang palsoe (Kwee Tek Hoay, 1919) juga merupakan salahsatu drama modern paling awal yang diciptakan dalam bahasa Melayu, mendahului karya pengarang pelopor lainnya seperti Ang Jan Goan dan Lauw Giok Lan di bidang sastra Melayu-Tionghoa secara khususnya dan Roestam Effendi, Muhammad Yamin dan Sanusi Pane di bidang sastra Indonesia secara umumnya untuk beberapa tahun. Sesuai dengan judul penelitian ini, Kwee Tek Hoay sebagai Dramawan, pembahasan tidak akan terbatas pada karya drama KTH saja, melainkan akan juga mencakup novel dan karya non-fiksi_nya yang dapat menjelaskan sosok pengarang itu. Perluasan 'korpus' itu perlu, mengingat bahwa bukan hanya beberapa novel KTH mempunyai judul yang mengandung kata 'drama' mengambil dunia teater sebagai latar atau disisipi dengan ulasan KTH mengenai 'Drama Melayu', melainkan justru sebuah novelnya, Boenga Roos dari Tjikembang, menjadi 'drama' KTH yang paling sering dipentaskan dan bahkan difilmkan (Salmon, 1981: 211).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11082
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Reni I. Bachtiar
Abstrak :
Aspek yang menonjol di dalam ketiga novel tersebut adalah penggambaran tokoh-tokoh wanita utamanya yang memiliki banyak persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di daerah frontier.
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai ciri-ciri wanita pioneer dalam tokoh-tokoh utama wanita karya Willa Cather tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis untuk menghubungkan karya-karya tersebut dengan sejarah dan aspek-aspek wanita di abad kedelapan belas dan kesembilan belas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama wanita ketiga novel tersebut banyak memiliki persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di jaman frontier. Karenanya, mereka merupakan tokoh-tokoh utama wanita pioneer.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14180
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Widiastuti
Abstrak :
Penyebarluasan agama Kristen di Cina tidak cukup hanya didasari semangat misioner dari para misionarisnya, tetapi diperlukan Pula sarana penunjang lain berupa dana, organisasi yang baik dan kemampuan untuk mengatasi rintangan baik teknis maupun kultural. Aktivitas paling sulit yang dihadapi misionaris di Cina adalah bragaimana mengatasi rintangan teknis maupun kultural dalam penyabaran Agama Kristen di Cina. Sebab kenyataan menunjukkan kurangnya pemahaman para misionaris terhadap sejarah Cina, seringkali menimbulkan konflik antara misionaris dengan masyarakat Cina yang pada masa sekitar Perjanjian Tianjin dan Beijing ditunjukkan melalui penyebarluasan tulisan-tulisan yang memancing reaksi massa untuk melawan misionaris. Misionaris Katolik, khususnya dari Ordo Jesuit adalah misionaris asing pertama yang menyadari pentingnya pemahaman mengenai sejarah masa silam Cina untuk dapat berinteraksi dengan masyarakatnya. Sebab sejarah masa silam itu membentuk corak kehidupan masyarakat Cina yang khas akibat pengaruh filsafat, adat istiadat, kepercayaan mereka. Karena peran aktif Misionaris Jesuit untuk dapat beradaptasi dengan masyarat Cina dengan cara memahami kebudayaan Cina dan berusaha menjalin hubungan baik dengan para penguasa serta usaha mereka untuk menjembatani kebudayaan Barat dan Cina, maka mereka disebut Mediator Kebudayaan Barat dan Cina.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13067
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library